Berkunjung

1054 Kata
Gerald menatap gedung tua sederhana yang tampak kokoh dengan bangunan berwarna merah bata. Ia kemudian berbalik menatap Marina, dengan salah satu alis terangkat ke atas."Kau tinggal di sini?" "Ya." Marina dengan pasti dapat membaca apa yang dipikirkan Gerald. Matanya memincing."Meski di luar tampak tidak layak. Tapi percayalah, bangunan di dalamnya cukup bagus. Dan yang pasti murah." Marina menekankan nadanya saat mengucap kata murah. Gerald diam sejenak, sejujurnya dalam hidupnya ia tidak pernah berkunjung ke sebuah apartemen kecil seperti ini. Ia penasaran. Mungkin ini akan jadi pengalamam tidak terlupakan baginya. Dan bukankah ia juga harus mengenal calon istrinya."Bolehkah aku berkunjung?" Mata Marina melotot."Berkunjung? untuk apa?" "Tentu saja ingin mengenalmu lebih dekat." Marina menyerukan nama Gerald dengan nada pasrah, memohon untuk menghentikan semuanya. Tapi ia tahu, kata yang terlontar dari mulutnya tidak akan pernah berefek apapun. Dari tatapan mata Gerald, seolah ia benar-benar makin bertekad sekarang. Marina juga tidak bisa menghentikan Gerald berkunjung ke apartemen kecilnya. Gerald menatap setiap sudut ruangan apartemen itu."Kecil sekali." Itulah satu-satunya kata yang keluar dari mulut Gerald setelah sepuluh menit mengamati setiap detail apartemen Marina. Marina meletakkan secangkir kopi di hadapan Gerald. "Saya tidak sekaya anda Mr.Gerald. Jadi harusnya anda sudah mengerti mengapa saya menolak anda." "Berhenti memanggilku Mister." "Maaf, sudah sangat terbiasa dengan kata itu." Marina tersenyum kaku. Gerald memutar bola matanya. Kini ia mulai melihat kopi yang baunya terasa tidak biasa."Apa ini juga minuman orang biasa seperti kalian." Marina merasa kalimat yang ini cukup menyebalkan."Benar, ini adalah minuman rakyat jelata. Jadi minumlah. Karena jika anda tidak meminumnya, sama saja anda membuang uang saya." Nada Marina terdengar cukup angkuh, bahkan ia cukup terkejut pada dirinya sendiri karena bisa mengatakan itu. Gerald yang sepertinya tidak merasakan rasa kesal Marina menyeruput secangkir kopi itu tanpa rasa bersalah."Cukup enak," katanya. "Bagus kalau begitu." Marina menatap Gerald dengan sinis. Gerald kini justru memandang ramah Marina."Sepertinya kau cukup suka tanaman." Marina mengamati setiap tumbuhan yang tertata rapi di setiap sudut ruangannya. "Ya, aku suka terutama dedaunan. Itu membuat suasana terlihat hidup." Gerald tersenyum mengangkat satu ujung bibirny."Ya kau benar. Mungkin Bernneth House juga harus dibuat seperti ini. Semenjak ayahku meninggal. Mommy lebih sering meninggalkan rumah. Membuat rumah jadi lebih kuno. Tidak tertata. Para pelayan tidak berhak menata rumah. Tanggungjawab itu dulu milik Mommy. Aku harap itu bisa beralih." Marina tau betul maksud kalimat ini. Gerald sedang merayu? atau melamar lagi dengan bahasa kiasan. Lelaki itu melakukannya sepanjang pertemuan mereka. Marina muak. "Kita tidak bisa bersama Mr.Gelard." "Aku rasa tidak ada alasan yang membuat kita tidak bisa bersama," bantah Gerald. Marina menghembuskan nafas panjang. Ia kemudian membuka sekotak makanan sisa. Dan menaruhnya ke piringnya. Memotongnya menjadi irisan daging kecil. Lalu menumisnya dengan saus yang diberikan restauran dan campuran saus tomat. Setelah semua selesai ia melahapnya di depan Gerald. "Kita berbeda Mr.Gerald. Aku memakan makanan sisa. Sementara kau tidak. Aku tidak pernah memiliki brang bermerk sementara kau selalu memakai benda yang nilainya setara satu bulan gajiku. Anda tampan sementara saya bahkan tidak pernah mendapat lirikan seorang pria. Saya bumi dan anda langit. Harusnya pernyataan anda adalah apa ada alasan yang membuat bumi dan langit bersama" Gerald mengambil garpu di yang terletak di meja makan. Ia menusuk daging yang ada di piring Marina dan memakannya. Ia mengangguk-angguk. "Lezat." Ia kemudian menatap Marina. "Aku tidak pernah menginginkan menjadi langit. Karena itu aku tidak pernah menganggap aku dan kamu berbeda." Marina menghembuskan nafas frustasi."Kalau begitu katakan apa yang membuatmu ingin menikahiku Gerald." "Karena kau sangat cocok dengan kriteriaku." "Katakan kriteria yang apa?," perintah Marina. Gerald terdiam sebentar untuk membuat karangan indah. Tapi entah kenapa ia tidak bisa melakukannya. Marina mengebrak mejanya. "Nah, lihatlah. Kau bahkan tidak bisa mengatakannya." Gerald mengambil daging itu lagi, dan memakannya lalu menatap Marina, lagi."Kau percaya takdir? seperti garis yang menentukan kita akan bersama sampai mati atau tidak." "Ya." Gerald meletakkan garpunya di piring Marina, lalu mendekat pada perempuan itu."Aku tidak pernah percaya soal itu." Alis Marina seolah akan menyatu, tapi ia tetap diam hingga Gerald kembali melanjutkan."Tapi saat aku menentukan kriteriaku dan tiba-tiba kamu muncul di hadapanku dengan begitu mencolok. Aku percaya tentang garis takdir itu. Yang terpenting bukan kriteriaku. Tapi kepercayaan atas garis takdirku bersamamu Marina." Marina diam, terkejut dan terpesona. Benarkah pria c***l di depannya mengungkapkan semua pemikiran itu melalui kepalanya. Gerald tersenyum jail."Kenapa diam? mulai terpesona denganku?" candanya. Tidak! Marina tau, ini pasti hanya sebuah cara untuk memanipulasi pikirannya agar Marina jatuh hati padanya, lalu menikahinya. Marina mengerjapkan matanya dengan cepat lalu menggeleng."Tidak! untuk apa aku terpesona." Marina tersenyum sinis pada Gerald, meski hatinya berbunga. "Baiklah kalo begitu. Aku rasa aku harus pamit. Terimakasih atas jamuanmu, Marina." Marina sama sekali tidak menatap Gerald. Sementara Gerald mencoba menunggu reaksinya. Tapi tidak ada apapun untuk beberapa menit kecuali kesunyian. Hingga Gerald kembali dan berkata,"aku harap kamu tidak akan coba menghindariku besok." Marina diam, mengamati Gerald yang berjalan menuju pintu. Gerald kembali berbalik, memberi isyarat melalui mata Marina untuk mengantarnya. Sadar akan isyarat itu Marina berdiri dengan cepat, lalu berjalan menghampiri Gerald. Lelaki itu tersenyum tipis, senyum yang terkesan memiliki maksud terselubung di dalamnya. "Ayo." Marina mengenggam daun pintu untuk membukanya. Ia terkejut, mendapati tangan besar Gerald menahan pintu untuk terbuka. Menatap cepat ke arah Gerald. Lalu sebuah kecupan mendarat di bibir tipis Marina. Ciuman sesaat yang membuat tubuhnya lemas seketika, ia melepas genggamannya dari daun pintu. Menatap Gerald dengan wajah terkejut. Gerald tersenyum."Kecupan selamat jalan," katanya."Suka tidak suka, kita akan melakukannya." Gerald membuka pintu lalu berpamitan pergi dengan anggukan kepalanya. Lalu berjalan menjauh. Saat Gerald sudah tidak ada lagi di hadapannya. Marina tersungkur ke lantai, wajahnya memerah seperti strawberry yang baru di petik. Detak jantungnya menjadi tidak terkendali. Ia memegangi dadanya seolah memastikan bahwa jantungnya tidak melompat ke luar. Tapi ada sesuatu yang aneh dari detak jantungnya yang berpacu kali ini. Tangannya tidak gemetar, ia tidak merasa mual, bahkan ia tidak merasa ketakutan. Bagaimana bisa? Marina bertanya pada dirinya sendiri setelah mengetahui keanehan yang terjadi. Apakah ini karena Gerald objek tulisannya? ya, karena Gerald adalah objek tulisannya. Di mana ia selalu membayangkan bagaimana tubuh seksi Gerald itu menelanjangi tubuhnya dan memberikan kecupan bertubi-tubi di bagian leher dan pinggangnya -tunggu, Marina menggeleng dengan cepat, ini tidak benar. Seharusnya itu wanita lain bukan dirinya. Kenapa ia malah membayangkan Gerald menyatukan tubuh dengan. Marina meronta sendiri di dalam apartemennya yang sunyi. Mengutuk dirinya sendiri karena membayangkan hal yang tidak semestinya dan tidak menampar Gerald saat itu terjadi!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN