Mata Gerald terpusat pada Marina yang sedang berjalan mencari mobil Gerald. Ia mengamati sekali lagi perempuan itu. Marina mengelung rambutnya dengan asal, hingga rambut hitam legamnya yang cukup indah beberapa terjuntai. Ia memakai sweater hijau army besar yang membuat bentuk badannya tak terlihat. Ia memakai sepatu hak tinggi yang menutupi tubuh pendeknya hingga membuat tubuhnya yang sedikit berisi itu tidak terlihat. Namun tetap saja itu tidak menariknya untuk Gerald. Sialnya, perempuan itu juga sama sekali tidak tertarik padanya? ada harga diri yang tercoreng sebagai seorang playboy. Dan itu menyebalkan.
Gerald masih melihat Marina yang berputar-putar kebingungan. Hingga terpaksa Gerald keluar dari mobil tesla biru miliknya untuk menyambut Marina. Ia melambaikan tangan pada Marina, begitu perempuan itu melihat Gerald kaki-kaki kecilnya berlari seperti gadis kecil yang akan menerima sebuah permen. Rasa kesal yang Gerald buat sendiri sinar seketika melihat kaki-kaki kecil Marina berlari.
"Tidak usah lari-lari," kata Gerald. Ia menggunakan nada bicara yang sama saat dia berbicara dengan adik terkecilnya Bella.
"Ayo! keburu ketahuan karyawan lain." Marina sudah berlari di samping mobil untuk bersiap membuka mobil itu, tapi ia berhenti saat tidak menemukan apapun untuk membuka pintu mobil itu. Ia mengamati dengan hati-hati, tapi ia tetap tidak mengerti cara mobil canggih itu bekerja. Ini memalukan. "Gerald," katanya.
Gerald yang hampir masuk akhirnya berhenti. "Ya?"
"Bagaimana bukanya?"
Gerald terkekeh, sementara Marina cemberut dengan semburat merah muda di pipi yang mengemaskan. Ia kemudian menghampiri Marina dan membukakan pintu untuknya melalui sensor gerak yang terpasang di mobil canggih itu.
Marina jelas tidak bisa berhenti menatap takjub setiap interior canggih mobil itu, hampir semuanya layar sentuh. Kecuali bagian setir.
"Ini pasti mahal," celetuk Marina.
"Tidak juga," balas Gerald. Lelaki itu mulai mengaktifkan fungsi autopilot saat sampai di jalan raya. Mencoba membuat Marina takjub, dan jelas gadis itu tidak berhenti kagum dengan setiap fitur mobil yang dijelaskan Gerald. Dan Gerald sangat bangga menceritakan semua fitur yang dipunya mobil itu seolah ia pemilik perusahaannya.
Suasana mobil jadi cukup mengasikan dengan keingintahuan Marina soal mobil, tapi semuanya kembali hening ketika tiba di restauran yang Gerald pesan. "Maaf tidak memberitahu soal restauran yang sudah ku pesan. Sejujurnya aku masih belum tau apa masakan seleramu. Aku hanya tau kamu makan sushi, tapi jika kita ke sana, ruang privasi akan sangat berkurang."
"Tidak apa-apa Mr.Bernneth."Marina menatap mata ke atas, mencari kata pas yang bisa diutarakan untuk Gerald. Ia kemudian memandang Gerald kembali dan berkata,"aku rasa aku suka semua masakan."
Marina tidak mengerti kenapa dia harus mengiyakan ajakan Mr.Gerald yang jelas punya tujuan khusus atau mungkin dapat bertindak lebih untuk tujuannya. Ingat Marina, dia ambisius. Akan butuh waktu sangat lama untuk dia dapat menerima sebuah penolakan. Tapi, Marina juga bukan orang yang sangat menarik hingga harus menggunakan effort sangat keras untuk layak dimiliki. Ia bahkan sama sekali tidak layak untuk dimiliki. Karena itu sampai saat ini tidak ada yang mendekatinya, bahkan hingga saat ini ia harus berkubang dengan terapi yang sama untuk menyembuhkan penyakitnya. Tidak ada kemajuan karena ia tidak memiliki tujuan untuk sembuh, termasuk seseorang yang mendorongnya untuk sembuh.
"Ms.Gillbert." Marina mendongak.
Tapi Gerald mendekatinya, meski dengan tujuan khusus untuk mendapatkan harta. Apa sebaiknya Marina mengiyakan lamarannya? menghabiskan waktu selamanya bersama b******n yang mungkin akan meninggalkannya setiap saat. Tidak! Saat tau penyakit Marina, ia tahu Gerald pasti akan langsung menghindar darinya. Tidak akan ada lelaki yang dapat menerimanya. Ia selalu yakin ia akan menghabiskan masa-masa tua sendirian.
Marina menatap Gerald penuh keyakinan. "Mr.Bernneth, aku ingin bertanya."
"Silahkan saja." Seorang pelayan datang saat Marina mulai membuka mulutnya. Menghentikan kata yang akan keluar dari mulut Marina hingga sang pelayan selesai menyiapkan makanannya. "Apa yang akan kamu katakan Ms. Gillbert."
"Meski saya setuju berkencan dengan anda, bukan berarti saya menerima lamaran anda."
Luar biasa. Wanita ini bisa menghancurkan mood Gerald dalam beberapa detik saja. Tidak seperti wanita yang Gerald ajak ke atas ranjangnya, yah mungkin bahkan dia tidak peduli perasaan semua wanita itu. Mungkin sama seperti Marina saat ini yang tidak mempedulikan perasaannya. Senyum sinis Gerald terlihat dengan cepat. "Terserah, terserah kau saja Marina."
Marina yakin ia sudah membuat kesalahan besar. Senyum Gerald sudah menghilang diganti dengan rahangnya yang tampak mengeras dari tadi. Kepalanya pening sekarang, apa yang dapat ia lakukan agar semuanya dapat menjadi baik. Ia tidak ingin dipecat.
Menerima lamaran.
Tidak! tidak mungkin!
"Maaf Mr.Bernneth."
Gerald sekali lagi menatap Marina dengan tampang malas. Wajahnya seolah tidak bisa menyembunyikan diri dari Marina. "Apalagi Marina?"
"Saya tidak akan dipecatkan hanya karena menolak lamaran andakan?"
Gerald orang yang cukup profesional. Jelas ia tidak akan melakukannya. Tapi sekedar untuk mengerjai perasaan gadis ini, Gerald rasa itu tidak masalah. Toh, perasaannya tadi juga sudah dipermainkan.
Gerald tersenyum jail. Sudut bibirnya setengah terangkat ke atas. Dengan wajah antusia mendekat pada Marina."Ide yang bagus." Wajah Marina langsung pucat pasif. Gerald kembali melanjutkan keisengannya. Ia berkata,"toh kamu juga sudah terlambat pada acara penting perusahaan. Aku rasa itu bukan hal yang baik."
Marina mengenggam kembali telapak tangannya. Mencoba meraih kekuatan untuk menghilangkan rasa takut dan khawatir. "Maaf Mr.Bernneth anda tidak bisa melakukannya, itu tidak profesional."
Gerald mendorong makanannya menjauh lalu melipat tangannya dan meletakkannya di atas meja. "Aku tau, tapi semuanya demi masa depanku juga. Jika kamu tidak mau, kau juga sama saja menghancurkan masa depanku. Jadi memecatmu aku rasa bukan sesuatu yang buruk."
"Anda dapat menikahi perempuan lain dengan mudah, anda bahkan bisa memilih dengan jari anda dari puluhan wanita yang anda tiduri. Mr.Bernneth." Nada suara Marina tampak kacau, dan anehnya Gerald menyukai itu.
"Ya. Kau benar. Kau benar."Marina tersenyum lega atas tanggapan Gerald. Hingga kata-kata Gerald selanjutnya ternyata menjadi bencana untuk Marina. "Tapi maaf aku menginginkanmu." Gerald berbisik pelan, lalu kembali berkata,"Jika aku menginginkan sesuatu, aku tidak akan pernah peduli sesuatu itu lebih baik atau buruk. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya, Sayang."
Marina seperti dijalari sengatan listrik yang menakutkan. Ia menelan ludah dalam-dalam. "Bagaimana kalau aku masih tidak menyetujui hingga satu bulan ke depan."
"Kamu akan menyetujui lamaranku sesegera mungkin Marina. Aku sangat yakin soal itu,” tegas Gerald.
Marina tidak menjawab apapun, matanya sekarang tak lagi ingin menatap Gerald.
Melihat tingkah calon istrinya, lelaki itu sedikit mendekat ke arah Marina. "Makanlah Sayangku, aku lebih suka perempuan gemuk ketimbang kurus. Ya seenggaknya aku bisa menikmati tubuhmu dengan nikmat saat kau menjadi istriku nanti. Ingat aku akan memberikan banyak hal untukmu sementara kamu hanya akan memberikan tubuhmu itu padaku."
Marina semakin pening sekarang, hubungan seksual? sialan dia sudah dapat mengendalikan ketakutannya dengan menulis buku erotis, tapi karena Gerald perasaan mual kembali menjalar di tubuh kecil Marina.
"Aku permisi." Marina dengan cepat berdiri. Ia setengah berlari menuju toilet lalu membuang semua makanan yang baru ia telan. Tubuh Marina bergetar, dan lemas ia tersungkur di lantai toilet dengan segera.
Marina tidak pernah menyangka pada akhirnya ia akan dilamar seseorang. Ini mengejutkan, perempuan tidak cantik seperti dia di lamar oleh Gerald. Sangat jelas perempuan buruk seperti dia tidak mungkin tidak mau. Ia hanya tidak bisa. Lelaki seperti Gerald adalah pria yang sangat jelas membutuhkan hubungan seksual dan untuk memperoleh pewaris kleuarga. Dan Marina jelas-jelas tidak bisa memberikannya.
“Ada sesuatu yang bisa aku bantu Miss?” Seseorang dengan raut wajah cemas bertanya pada Marina.
Marina menatap perempuan berambut pirang itu lalu menyunggingkan senyum ramah tamah sambil menggeleng.”Tidak, aku tidak apa-apa.”
“Baiklah kalo begitu,” katanya dengan nada ragu. Perempuan itu kemudian keluar dengan wajah yang masih penuh dengan kecemasan.
Saat Marina mulai keluar dari pintu toilet sosok Gerald yang menunggunya di depan pintu membuatnya terkejut setengah mati, Marina bahkan sudah akan mengayunkan tasnya untuk menyerang. Ia bersyukur memiliki reflek cepat hingga ia dapat mengarahkan tas ke arah berlawanan yang menjadikan Marina jadi terlihat makin aneh.
“Anda mengejutkanku Mr.Bernneth.”
Gerald menatap tajam Marina dan melonggarkan dasinya.”Bisakah kau berhenti memanggil nama belakangku? kita sedang berkencan sekarang.”
Marina ingin membantah bahwa ini bukan kencan, tapi justru ia ingat kata-kata yang dilontarkannya beberapa jam lalu. Secara harfiah ataupun tersirat ini jelas-jelas memang kencan. Ia menutup mulutnya. Lalu kembali berkata,”baiklah Gerald.”
“Bagus. Ayo kita pulang. Karena dari perkataan perempuan tadi kau sedang sakit.” Gerald mengenggam tangan Marina mencoba membawa pergi Marina.
Marina yang maisih ingat bahwa makanannya masih utuh, tidak akan membiarkan itu terbuang sia-sia. “Makanannya?”
“Apa?”
“Aku masih menyentuh sedikit makanannya. Kita harus membungkusnya,” kata Marina.
Gerald memiringkan kepalanya. “Bungkus? sisa makanan? tidak-tidak beli saja.”
“Tidak-tidak itu mahal. Kita tidak boleh menyisakannya.”
“Kau gila Marina?” tanya Gerald, mulai terlihat kesal.
“Tidak, aku hanya miskin. Aku akan minta pelayan untuk membungkusnya.”
“Kau sedang sakit dan kau bugar hanya untuk membungkus makanan sisa?” Gerald bertanya dengan sorot mata keheranan.
“Ya Gerald. Kau tau inilah yang menyebabkan kita tidak bisa menikah kita berbeda.”
Gerald tersenyum.”Kau wanita pintar, menjadikan semua hal sebagai alasan agar kita tidak menikah. Tapi itu tidak mempan.”
“Baiklah, tapi tolong biarkan aku membungkus makananku.” Marina memohon dan anehnya Gerald mulai luluh.
“Baiklah.” Nada Gerald pelan dan pasrah disambut senyum riang Marina yang menjauh menuju meja Front Office Restoran. "Sialan, dia aneh." Tapi Gerald tersenyum kemudian.