"Kehilangan bukan karena tidak menjaganya dengan baik. Kadang kehilangan sengaja dilakukan Tuhan untuk melihat seberapa kuat hatimu bertahan."
----
Beberapa jam, sebelumnya.
Edward tengah berada di salah satu klub malam paling terkenal di Inggris Raya. Malam ini, ia menikmati pesta lajang yang sedang diselenggarakan oleh Marvin, sahabatnya yang akan menikah dua hari lagi.
Di sana, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk minum dan bersenang-senang. Edward sendiri sudah lupa berapa banyak gelas vodka yang sudah ia teguk malam ini.
Menjelang larut malam, Edward yang merasa kepalanya sudah berat memutuskan untuk kembali ke Hotel. Ia pikir, bisa berbahaya jika terus-terusan terlarut dalam pesta.
Baru saja melangkah maju melewati meja bar, seorang wanita cantik tanpa sengaja menabrak lalu menumpahkan minuman ke tubuhnya. Edward ingin marah. Tapi, melihat kondisi wanita itu sedang mabuk berat, ia menahan diri lalu memilih untuk mengabaikan.
Namun, ketika ia mencoba untuk kembali melangkah, wanita mabuk itu dengan serta merta malah memeluk tubuh Edward dengan erat.
"Jangan tinggalkan aku. Ku mohon, jangan tinggalkan aku," racaunya masih memeluk tubuh Edward.
Karena bingung, Edward mencoba mengurai pelukan sejurus kemudian memberanikan diri untuk menepuk pelan pipi wanita itu, lalu bertanya.
"Nona, siapa namamu? Sebaiknya segera pulang. Kau begitu kacau, sekarang."
Wanita itu mengangkat wajahnya, berusaha menatap ke arah Edward.
"Panggil aku Naomi. Tolong antarkan aku pulang. Aku mohon padamu," ucapnya dengan mata sendu.
Merasa kasihan, Edward menyetujui permintaan Naomi untuk mengantarkannya pulang. Tapi, di sepanjang perjalanan, Naomi lebih banyak meracau dan tidak sedikit pun memberitahu di mana alamat rumahnya.
Mengingat hari semakin larut, Edward berinisiatif membawa Naomi pergi ke hotel tempat ia menginap. Pikirnya, ia bisa menanyakan alamat setelah wanita itu sadar dari mabuknya.
Ketika mereka sampai di Four Season Hotel, Edward langsung memapah tubuh Naomi lalu membawanya ke kamar. Setelah membaringkan tubuh wanita itu di atas tempat tidur, Edward bermaksud ingin mandi. Namun, baru saja memutar badan, Naomi tiba-tiba menarik pergelangan tangan Edward hingga pria itu jatuh menindih tubuhnya.
"Jangan tinggalkan aku," racau Naomi. Bau alkohol kentara tercium dari mulutnya. Edward yang masih setengah sadar berusaha bangun. Tapi, wanita itu malah mengunci tubuh Edward lalu memeluknya erat-erat.
"Nona, kau sedang mabuk. Sebaiknya kau beristirahat." Edward terus mencoba untuk lepas.
Naomi menggeleng lemah.
"Tidak, kau tidak boleh meninggalkanku. Tolong aku, tubuhku terasa begitu panas." tanpa aba-aba, Naomi menarik wajah Edward lalu mencium pria itu dengan paksa dan menuntut. Tangannya bahkan sudah bergerilya mencoba untuk membuka kancing kemeja yang Edward kenakan.
"Hentikan perbuatanmu. Kita tidak saling kenal," hardik Edward setelah berhasil menarik wajahnya.
Dengan mata sayu, Naomi tersenyum.
"Just one night. One night stand, i promise u."
Edward menggeleng.
"No, I can't. Honestly, we hardly know each other."
Wajah Naomi memerah, terlihat jelas ia sedang gelisah. Detik berikutnya wanita itu meraih jemari Edward dengan lembut.
"Tidak perlu saling kenal untuk melakukan hubungan ini. Ku mohon tolong aku, tubuhku benar-benar terasa panas sekarang."
Edward terdiam sejenak. Menimbang apa harus menuruti permintaan wanita di hadapannya. Ia sama sekali tidak mengenal Naomi. Selama ini, Edward selalu memastikan bibit bebet bobot wanita yang akan ia ajak berkencan. Ia tidak pernah mau memilih sembarang wanita. Mengajak wanita untuk naik ke atas ranjang pun sebenarnya tidak pernah. Lantas, apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Oh, ayolah." Naomi kembali menggoda.
Belum lagi sempat Edward menjawab, Naomi kembali menarik tubuh Edward hingga terbaring di ranjang. Dengan sekali gerakan ia bahkan berhasil menarik lepas kemeja yang pria itu kenakan. Sejurus kemudian terus mencium hingga akhirnya Edward tergoda dan melakukan apa yang seharusnya tidak mereka berdua lakukan.
****
Four Season Hotel.
78-82 Renshaw St, Liverpool L1 4EN, Inggris Raya.
Edward terbangun dari tidur sambil terus memijat kepalanya yang terasa berat. Ketika kedua matanya terbuka sempurna, ia sempat terkejut mendapati seorang wanita cantik tengah tertidur pulas di dalam pelukannya.
Edward memejamkan matanya. Mencoba untuk merangkai kembali kepingan memori tentang kejadian semalam. Apa yang membuatnya bisa bersama seorang wanita pagi ini.
"Sial, kau masih perawan! Kita tidak bisa melanjutkan permainan ini."
"Kau terlalu banyak bicara. Cukup diam dan nikmati saja apa yang aku lakukan. Kau tidak akan rugi."
Kepala Edward semakin berdenyut nyeri. Ia mulai mengingat satu per satu apa yang terjadi padanya semalam.
Ya Tuhan
Edward menepuk pelan keningnya.
Semalam kau meniduri seorang perawan Sebastian Eduardo.
Edward menurunkan pandangan, mengintip sesuatu dari balik selimut yang membungkus dirinya.
Kau bahkan tidak memakai pengaman semalam.
Astaga.
Kalau ternyata wanita ini mengidap penyakit Aids, bagaimana?
Atau kalau nanti wanita ini akhirnya hamil, apa kau yakin ingin memiliki anak di umur semuda ini?
Apa kata kedua orang tuamu? Kau jelas-jelas bisa mencoreng nama baik keluarga.
Edward terus mengumpat dalam hati.
Tunggu dulu,
Seingatku, semalam aku sudah melarang wanita itu melakukan hubungan ini. Tapi ia yang terus saja memaksa. Apa itu artinya sama saja kalau dia yang memerkosaku?
Yah benar.
Edward mengangguk penuh percaya diri.
Wanita itu yang memerkosaku. Jadi dia yang harusnya bertanggung jawab.
Sibuk bergulat batin dengan diri sendiri, Edward merasa wanita didalam pelukannya menggeliat pelan. Terlihat jelas olehnya, bulu mata lentik itu bergerak-gerak cantik. Mengerjap hingga akhirnya terbuka lebar.
Edward dan Naomi saling pandang. Saling menyelami manik mata mereka yang sama-sama berwarna hazel. Cukup lama sampai akhirnya Naomi memutuskan untuk melepas pelukan lalu beringsut turun dari ranjang.
Jelas di mata Edward, tubuh polos Naomi yang tidak mengenakan busana melenggang santai seraya memunguti pakaiannya yang tergeletak begitu saja di lantai. Tanpa suara, wanita itu mengenakan gaunnya. Merapikan rambut dan make up, lantas bersiap untuk pergi.
"Sepertinya aku mabuk berat semalam," ucap Naomi lalu tersenyum tipis. "Terima kasih telah membawaku. Maaf kalau aku begitu merepotkanmu." Naomi berkata tanpa beban lalu ia melangkah menuju pintu keluar.
"Tunggu dulu!" tahan Edward.
Naomi memutar tubuhnya lalu memandang Edward penuh tanya. "Ada apa?"
"Kau bahkan tidak memberi tahu terlebih dahulu siapa dirimu kepadaku," ucap Edward.
"Tidak penting siapa aku," jawab Naomi singkat.
Edward tercengang.
"Setelah kejadian semalam, kau mau pergi begitu saja?"
Naomi menaikkan sebelah alis matanya.
"Memang kau mau apalagi?"
"Apalagi?" Edward tersentak kaget melihat ekspresi Naomi yang benar-benar biasa saja. "Kau tidak meminta sesuatu padaku? Misalnya bertanggung jawab? Kalau kau lupa, aku bahkan merenggut keperawananmu. Ya, walaupun sebenarnya kau yang memaksa. Jadi ini murni bukan salahku, tapi ---"
"Stop!" potong Naomi setelah mendengar Edward yang mengoceh panjang lebar. "Lupakan saja soal kejadian semalam. Kau tidak perlu bertanggung jawab."
"Kau benar-benar tidak ingin meminta sesuatu, seperti uang atau hal lain?" tanya Edward.
"Aku bukan pelacurr yang setelah berhubungan lalu kau beri uang sebagai imbalan."
"Tapi kau yakin tidak ingin sesuatu dariku?" Edward kembali memastikan.
Naomi mengangguk.
"Sangat yakin. Lagi pula aku juga tidak tertarik denganmu," balas Naomi sembari memandang dalam ke arah Edward. "Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku harus pergi sekarang. Sekali lagi, terima kasih atas malam panas yang kau berikan." Naomi tersenyum mengejek lalu pergi meninggalkan Edward.
Di atas tempat tidur, Edward mendengkus.
"Seriously, setelah menyerahkan keperawanannya begitu saja, ia pergi tanpa beban meninggalkanku?" Edward menggeleng tidak habis pikir.
Di dunia ini, bahkan semua wanita terpesona dengan kharismanya. Siapa yang tidak ingin menjadi kekasih atau teman kencan seorang tuan muda dari keluarga Cullen. Dan wanita tadi, jelas-jelas menolak, bahkan mengatakan tidak tertarik dengannya.
"Sial!" rutuk Edward. "Aku harus mencari tau siapa wanita itu sebenarnya."
Edward lantas Beringsut turun lalu meraih ponsel miliknya yang ada di atas nakas. Menghubungi seseorang yang ia yakini bisa membantu untuk mencarikan informasi siapa wanita yang semalam tidur dengannya.
"Halo, Hans. Aku butuh pertolonganmu. Ada hal penting yang harus kau kerjakan." seringai tajam terbit di wajah Edward.
Aku harus mencari tahu siapa dirimu sebenarnya nona aneh!
(bersambung)
.
====Note===
.
Halo,
Cerita ini eksklusif tayang/terbit di aplikasi Dreame/innovel dan hanya bisa di baca di sana. Jadi, jika kalian menemukan cerita ini dijual bebas dalam bentuk PDF oleh orang yang tidak bertanggung jawab, mohon bantuannya untuk melapor/memberitahu aku, yah. Karena tindakan tersebut bisa di proses secara hukum dan di tuntut untuk mengganti rugi.
.
Salam, Fhee
.
JUDUL n****+ : PLAYBOY VS PLAYGIRL
PENULIS : NOVAFHE
LINK : https://m.dreame.com/n****+/XN1DCbBuh7rak1kM3COfPg==.html