Hubungan yang aneh

1004 Kata
Vante pulang dalam keadaan pikiran yang bercabang-cabang. Pekerjaan dan cinta melebur jadi satu memenuhi otaknya. Laki-laki itu berniat melampiaskan kemarahannya hari ini pada Andara. Vante samgat marah saat dia tahu jika Andara mengunjunginya tadi, saat wanita itu bertemu dengan Raihan juga dan pekerjaannya menjadi tidak fokus akibat memikirkan istrinya. Dia itu cemburu dan juga egois, tidak pernah mengerti bagaimana rapuhnya Andara dan melupakan janjinya pada Tuhan untuk selalu menjadikan Andara sebagai satu-satuya wanita dalam hidupnya. Ada apa dengan Vante? Dia berubah karena kehadiran Dena Adisti. Vante pun membuka pintu kamar dengan perasaan menggebu-gebu penuh emosi dan wajah yang memerah padam. Bahkan, mulutnya sudah siap bersumpah serapah karena tidak tahan untuk melampiaskannya pada sang istri. Setelah terbuka pintunya dengan dorongan kuat, nyatanya nihil. Tidak ada Andara di sana dan juga isi kamar mandi yang kosong. Rasanya, Vante semakin kacau balau dan hancur, kemana istrinya sore-sore begini tidak ada di rumah? Kabur? Bersama Raihan? Rasanya mustahil. Tapi, bisa saja, kan? Vante berinisiatif untuk menuju dapur dan melihat pintu halaman belakang yang terbuka. Taehyung pikir Andara mungkin di sana. Dia pun sangat emosi dan ingin Andara mengetahuinya dan mendapatkan serangan kemarahan darinya. Intinya, Vante sangat cemburu dengan kejadian siang tadi, menangis di d**a Raihan bukanlah solusi dan kesalnya karena Vante tidak bisa langsug menemui Andara. Tapi, lihat apa yang terjadi. Perasaan emosi dan marah itu sirna begitu saja, secepat itu karenanya. Vante tengah mendapati istrinya di sisi pagar pembatas dengan tangan yang penuh goresan luka dan bercak darah yang cukup banyak. Istrinya tengah menolong seekor kucing yang terjebak di sana. Ah, inilah alasan kenapa Vante selalu jatuh cinta pada Andara setiap hari. Lantas, kenapa Vante berselingkuh? Bukankah Andara jauh lebih baik dari Dena? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ikatan masa lalu itu tidak bisa Vante tinggalkan? Seberharga itukah Dena bagi laki-laki tersebut? Kembali, Andara tidak peduli dengan tangannya berdarah dan bekas luka yang terlihat jelas, hingga kucing itu selamat dan Andara menolongnya keluar. Andara yakin kucing itu bertuan karena postur tubuhnya yang sehat dan juga bersih. Setidaknya, kebaikan kecil hari ini membuat hatinya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan siang tadi yang penuh drama. "Istriku ...," panggil Vante dengan suara yang begitu lembut. Getaran suara bawah yang begitu mendominasi seluruh atensi seorang Andara Jeo. Mendengar suara itu yang begitu khas, Andara dengan cepat menoleh ke si pemilik suara. "Vante ... kau sudah pulang." Andara buru-buru menyembunyikan tangannya ke belekang punggung saat Vante tidak lepas melihat ke arah tangannya yang terluka. Dia tidak ingin apa yang terjadi menyebabkan pertengkaran. "Aku melihat dari tadi, pasti sakit ...," ucap Vante sembari berjalan mendekat ke arah istrinya. Andara sangat cantik dengam bola mata yang kelewat bambi. Lagi, milik Vante dan sampai kapanpun hanya milik Vante seorang. Janji pria muda tersebut dengan senyuman getir karena rasa bersalah yang ia sadari. Diambilnya tangan Andara dengan gerakan hati-hati dan dikecupnya dengan lembut agar tidak menyakiti sang empu. "Hatimu sangat lembut dan halus, ringan seperti kapas, Sayang." "Aku hanya menolongnya ... sesama makhluk hidup," balas Andara. Baginya, itu sudah kewajiban dan terlalu berlebihan dengan pujian itu. Vante tersenyum mendengar balasan tersebut. "Setelah kau pergi tadi, aku tidak melanjutkannya kembali dengan Dena. Aku hanya ingin memberitahu." "Aku tahu, sekretarismu tadi yang bilang kalau kau mau rapat," seloroh Andara. Biarpun begitu, tetap rasa sakitnya begitu dalam. Andara pikir, dia yang tersayang di mata Vante. Nyatanya, ada perempuan lain yang lebih spesial. Vante mengangguk dan menuntun istrinya masuk ke dalam rumah. Sesekali, dikecupnya puncak kepala Andara dan bahunya. Vante sayang, sangat sayang sekali. *** Vante dan Andara sedang berbaring pada tempat tidur king size milik mereka. Keduanya sedang sama-sama lelah hatinya. Pasangam suami istri itu juga saling menyalurkan cinta lewat pelukan hangat dan kecupan kecil satu sama lain. Vante mencintai Andara dan sebaliknya. Andai saja, semua berjalan dengan kehidupan rumah tangga yang lebih baik, mungkin sudah ada malaikat kecil yang ikut berbaring di antara mereka berdua. "Ibu sudah menanyakan bayi." Vante membuka percakapan lebih dulu dan tangannya mengelus punggung Andara untuk membuat wanita itu merasa terlindungi. Andara yang barada di pelukan Vante sesekali meremas bahu suaminya itu. "Apa Dena belum hamil?" Pertanyaan itu membuat Vante langsung membeku. Bukan jawaban itu yang ingin Vante dengar, dia ingin malaikat kecil dari Andara langsung. "Aku tidak ingin membicarakannya. Aku menyayangi kalian berdua. Kau istriku dan ibu menunggu cucu dari rahimmu." "Apa bedanya dengan Dena, kau bisa memberikan punyamu pada gadis itu. Setelah itu, kau bisa menceraikanku sesegera mungkin." Andara menahan tangis saat mengatakan itu, walau air mata telah di ujung tanduk pun Andara berusaha menahan mati-matian agar tidak terjatuh. "Setelah aku menceraikanmu, apa yang akan kau lakukan? Keliling dunia tanpa pusing memikirkan laki-laki lagi?" tanya Vante, sesak dadanya tidak bisa dipungkiri, jelas dia tidak terima. "Berkeliling dunia tentu saja, ditemani mas Raihan," jawabnya dengan santai, bahkan diselingi senyuman kecil yang hambar. "Kau bisa pergi keliling dunia denganku, Andara." "Tidak, nanti Dena akan cemburu. Sudah cukup aku menyakiti hatinya dengan menjadi istrimu." Andara terkekeh dengan sarkas yang ia buat sendiri untuk menyindir Vante. "Kau tidak menyakiti hatinya, Sayang. Aku kembali bersamanya setelah menikah denganmu. Itu, bukan kesalahanmu." Oh, tentu saja. Andara adalah korban dari perbuatan keji kalian berdua. "Cihhh ... Vante Adinan benar-benar suami b******k, kapan aku bisa terlepas darinya, huh?" gumam Andara. Tentu saja, pria itu mendengarnya. "Tidak akan pernah, kau selamanya milikku." Vante mengeratkan pelukannya, semakin kencang. "Jangan bodoh," celetuk Andara. "Mulai sekarang hidupku terbagi dua, setengah untukmu dan setengah lagi milik mas Raihan." Tersungging senyuman licik dari bibir Andara. Vante menghela napas putus asa. "Akan ku bunuh Raihan nanti dengan tanganku sendiri." "Coba saja, aku akan bunuh diri setelah itu," kilah Andara tidak mau kalah. "Kau tidak memikirkan perasaanku Andara, kau tidak memikirkan ibuku, dan juga kakak-kakakmu di rumah." Vante membuat suaranya sedikit gemetar karena itu kunci satu-satunya untuk meluluhkan Andara, yaitu suara yang terdengar begitu lirih dan mengandung kepediahan. "Jangan bunuh mas Raihan, kau pikirkan adiknya yang sedang sakit parah. Hanya itu, maka aku akan bertahan denganmu, Vante." Senyum Vante sedikit mengembang mendengar Andara bertahan untuknya. Setidaknya, Andara masih bertahan sampai Vante benar-benar mengambil keputusan. •••

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN