Prolog

2061 Kata
Hari ini adalah hari yang termasuk bersejarah untuk Akira. Karena untuk pertama kalinya dalam kariernya sebagai jurnalis, dia akhirnya memiliki kesempatan untuk mewawancarai Chiko, seorang actor ternama yang belakangan ini sedang hangat-hangatnya jadi perbincangan semua orang karena film terbarunya sukses total. “Akira, sudah dipelajari teks wawancaranya?” Tanya Judy, salah satu seniornya di kantor. Akira memang tergolong masih baru di dunia jurnalis. Selama ini tugasnya hanya menulis berita dari sumber yang di dapat oleh atasannya. Akira bisa di bilang menyerupai seorang asisten untuk seorang wartawan senior di kantornya sebelum akhirnya dia bisa mewawancarai secara langsung narasumber hebat seperti Chiko. “Sudah mbak, tapi soal pertanyaan yang nomor tujuh agak sedikit ....” “Ahhh itu, jangan ragu, itu justru salah satu poin utamanya mengingat selama ini Chiko selalu menyangkal semua gosip kedekatannya dengan wanita. Bukankah ada kemungkinan dia menyukai sesama jenis atau semacamnya.” Potong Judy tanpa ragu sedikitpun. Akira masih memiliki rasa tidak enak dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya sedikit keterlaluan. Tapi Judy bahkan sudah tanpa berpikir lagi ketika menanyakan banyak hal pada para narasumbernya. Akira pernah sekali ikut kerja lapangan bersama Judy ketika mewawancarai artis yang terkena skandal dan pertanyaan Judy tergolong sangat kejam. “Baik mbak, pakaian aku udah rapi kan mbak?” Akira terlihat gugup. Judy tersenyum. “Rapi kok, Chiko bukan tipe yang menilai orang dari tampilannya. Sikapnya sama wartawan selama ini baik kok dan lagipula ini wawancara ekslusif jadi lebih santai karena tidak ada wartawan lain.” Ucap Judy kembali menenangkan. “Tapi inget, kesempatan wawancara ekslusif dengan Chiko ini sulit di dapat, karena itu kamu tidak boleh membuat masalah. Bos mendapatkan kesempatan ini dengan susah payah dan dia mempercayakan padamu karena itu kamu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan besar ini.” Tambah Judy lagi. Akira mengangguk mantap. Akhirnya dia sampai di sebuah hotel tempat Chiko menginap, laki-laki itu sedang ada jadwal syuting di daerah dekat hotel ini. Sehingga daripada bolak-balik ke rumahnya yang cukup jauh, dia memilih untuk menginap di hotel. Lagipula hanya satu minggu jadwal syuting di tempat itu. “Mbak Akira dari Star Media News?” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Akira di lobby hotel. Akira tersenyum dan mengangguk sopan. “Iya mbak. Mbak managernya mas Chiko yah?” Tanya Akira balik. “Bukan mbak, tapi saya adalah salah satu staffnya. Nama saya Sarah.” Jawab Sarah tak kalah sopan. “Mari saya antar ke tempat mas Chiko menunggu mbak!” Tambah beliau lagi diangguki oleh Akira. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju lantai di mana Chiko menginap. Akira kemudian diarahkan untuk masuk ke dalam sebuah ruang pertemuan. “Silakan mbak masuk dulu, nanti mas Chiko akan datang menemui mbak. Saya tinggal dulu yah mbak, kebetulan saya ada keperluan di lokasi syuting.” Ucap wanita bernama Sarah itu membuat Akira mengernyitkan dahi bingung. Di dalam ruangan yang Akira masuki tidak ada orang juga. Hanya ada minuman dan beberapa snack yang sepertinya dipersiapkan untuknya. Tapi bukankah Chiko actor besar? Benarkah dia di biarkan wawancara dengan orang asing tanpa ada satu orangpun yang mengawasi atau menjaga? Akira merasa sedikit janggal. Tapi daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing, Akira memutuskan untuk duduk di tempatnya saja dan menunggu. Hari sudah siang, karena Chiko menginginkan bertemu sekitar jam satu siang dan sekarang masih setengah satu. Kemungkinan Akira datang terlalu awal sehingga tidak ada siapapun disana. Sayup-sayup Akira mendengar langkah mendekat sehingga dia berdiri. Begitu pintu dibuka, Akira langsung menunduk hormat dengan sopan. Untuk beberapa detik Akira sempat mematung karena Chiko ternyata jauh lebih tampan ketika dilihat langsung. Rambutnya tebal dan sedikit berantakan, hidungnya mancung, kulitnya putih bening, alis matanya tebal dan mata yang saat ini sedang menatap Akira dengan eskpresi yang sulit dibaca itu sangat tajam, tegas dan indah. Pantas saja jika dia memiliki jutaan penggemar baik di sosial media maupun di dunia nyata. “Selamat siang mas Chiko, saya—” Belum sempat Akira menyelesaikan perkenalannya, tiba-tiba saja Chiko menabrak beberapa pajangan di dekat pintu masuk hingga beberapa pecah. Laki-laki berjalan sempoyongan, Akira tanpa pikir panjang langsung mendekat untuk membantunya. “Mas Chiko nggak papa?” Tanyanya panik. Wajah Chiko terlihat memerah, pandangannya juga aneh, dan entah kenapa Akira kemudian menangkap sinyal bahaya. Belum sempat Akira menghindar, bajunya sudah di tarik Chiko menuju sofa yang ada di sana kemudian laki-laki itu menindihnya. Akira bahkan belum sempat protes karena mulutnya langsung di bungkam oleh bibir Chiko. Dia sedang dicium oleh seorang actor tampan yang beberapa menit lalu di pujinya. Bukan! Dia sedang dicumbu. Tercium bau aneh dari mulut Chiko tapi Akira tidak bisa mendeskripsikannya. Otaknya blank, Akira tidak bisa berpikir. Apalagi ketika merasakan bibir Chiko semakin menuntutnya. Tangan laki-laki itu juga sudah merobek baju Akira dan gadis itu mulai menangis. Sejak tadi dia berusaha memberontak tapi tenaganya kalah kuat dengan tenaga laki-laki bertubuh besar ini. Bibirnya terluka ketika Akira memaksa menarik kepala Chiko untuk menjauh darinya. Napas laki-laki itu memburu. Akira menghindari ciuman laki-laki itu sehingga bibir Chiko mengenai lehernya. “Mas, jangan lakukan ini,” isaknya. “Mas Chiko sadar!” Suara Akira terdengar lirih sambil menahan rasa yang di timbulkan akibat sentuhan yang di lakukan Chiko di mana-mana. “Chiko buka pintunya!” sebuah teriakan terdengar di pintu. Akira mulai panik. Gedoran di pintu juga mulai terdengar keras sekali tapi Chiko seperti tuli. Akira kembali menarik kepala Chiko hendak memberitahunya bahwa ada orang di pintu. Akira semakin panik ketika mulai terdengar orang di depan pintu itu membuka kunci. Tapi belum sempat akira mengeluarkan suaranya, bibirnya kembali dilumat oleh Chiko. Kemudian pintu terbuka dan sebuah teriakan keras memanggil nama Chiko terdengar keras. Akira meringkuk ketakutan ketika Chiko ditarik dan dipukul beberapa kali. Akira tidak berani melihat, matanya tertutup rapat tapi telinganya mendengar suara pukulan dan suara Chiko yang mengaduh kesakitan. Akira terus menangis hingga sesuatu menyelimutinya dan dia dipeluk erat oleh seseorang. “Maaf, maafkan anak saya.” Wanita yang memeluk Akira terus mengucapkan maaf sambil menangis. “Regarta sudah!” Sebuah suara keras dari seorang laki-laki menghentikan kegaduhan itu. Akira masih tidak berani membuka matanya. Wanita itu dengan suara lembutnya mengajak Akira keluar dari ruangan itu menuju sebuah kamar. Pelan-pelan Akira akhirnya membuka matanya dan melihat seorang wanita paruh baya yang masih cantik sekali tersenyum tipis kearahnya sambil menyodorkan baju. “Ganti baju dulu yah, nanti kita bicara.” Ucapnya lembut. Akira mengangguk, memakai baju yang di berikan oleh wanita itu sambil menyadari beberapa bagian kulitnya perih terkena kuku Chiko. Tangannya juga sedikit memar karena ditahan oleh laki-laki itu ketika Akira berusaha memberontak. Dari semua itu Akira menyadari dia di jebak. Entah oleh rekan kerjanya, oleh perusahaannya, oleh wanita bernama Sarah tadi atau oleh Chiko sendiri. Akira melihat sebuah kamera kecil terlempar dari beberapa pajangan yang di jatuhkan oleh Chiko ketika dia masuk. Mulut Chiko juga bau aneh yang kemungkinan adalah alkohol. Tapi Akira tidak tahu harus bagaimana. Jika memang perusahaan tempatnya bekerja yang melakukannya lantas apa yang bisa dia lakukan? Dia hanya karyawan baru yang tidak memiliki kekuatan apapun. Akira kembali menangis hingga wanita tadi datang lagi membawa sebotol minuman dan beberapa obat. “Jangan menangis! Tante minta maaf kamu harus mengalami ini. Nama kamu siapa?” Tanyanya. “Akira tante.” Jawab Akira masih dengan terisak. Melihat dari bentuk wajahnya yang sedikit banyak mirip Chiko, kemungkinan wanita cantik ini adalah ibu Chiko. Keluarga yang selama ini di sembunyikan oleh Chiko rapat-rapat dari media kini ada di hadapan Akira. Tapi keadaannya buruk karena itu Akira tidak mungkin memikirkan pekerjaan di saat seperti ini. Tapi entah kenapa, Akira seperti pernah melihat wanita cantik ini di suatu tempat. “Tante bundanya Chiko. Nama tante Lisa, tapi Akira boleh panggil Bunda kayak yang lain.” Ucapnya lembut. Setelah itu mulai mengobati luka di beberapa bagian kulit Akira akibat paksaan Chiko. “Diminum dulu airnya biar tenang.” “Terima kasih tante.” Ucap Akira. Merasa kurang pantas jika memanggil Lisa dengan sebutan Bunda karena Akira bukan siapa-siapa. Kemudian seseorang masuk ke dalam kamar itu membuat Akira nyaris tersedak minumannya. Karena pengusaha ternama yang wajahnya sering menghiasi majalah bisnis dan salah satu idola ayah Akira berdiri di sana. Adrian Setyo Aji. Si pemilik bisnis raksasa yang kehidupan pribadinya sangat privasi. Beliau memiliki tiga orang anak tapi hanya anak pertama saja yang di publikasikan. Tidak ada yang tahu seperti apa anak kedua dan ketiganya. “Bagaimana keadaanya sayang?” Tanyanya pada Lisa membuat Akira melongo. “Chiko Malvino anaknya Adrian Setyo Aji?” Gumam Akira tanpa bersuara. Ini bisa saja menjadi berita paling heboh di negeri ini jika sampai jatuh ke tangan wartawan. Tapi melihat keadaannya sekarang, Akira tidak mungkin melakukannya. Karena sudah pasti dia akan menjadi incaran konglomerat ini dan tidak akan bisa lolos. Adrian Setyo Aji terkenal dengan kekejamannya pada para musuhnya. Dan Akira tentu saja tidak mau mendaftar menjadi salah satu musuhnya. “Masih syok kayanya, sementara biar tenang dulu. Jangan terlalu keras juga sama Chiko mas!” Ucap Lisa lembut. Akira menunduk tidak berani menatap Adrian. Laki-laki itu jauh lebih berwibawa di banding yang terlihat di majalah. Akira bahkan merasa dirinya seperti akan menghilang hanya di tatap sebentar oleh laki-laki itu. “Jangan di belain terus anaknya sayang! Kali ini dia salah dan di keluarga kita nggak ada kompromi buat orang yang salah.” Ucap Adrian dengan suara tegasnya. Laki-laki itu kemudian mendekat ke arah Akira. “Om akan pastikan dia bertanggung jawab.” Ucapnya berubah lembut. Akira mengangkat wajahnya dan melihat senyum di bibir laki-laki itu. Tapi tunggu dulu! Apa yang di maksud dengan bertanggung jawab? Akira berencana meminta maaf, setelah itu dia akan menghilang dan tidak akan muncul lagi di hadapan Chiko karena wawancara ini gagal dan kemungkinan dia akan dipecat dari perusahaanya. Setelah itu Akira berencana mencari pekerjaan lain dan tidak mau berhubungan dengan jurnalistik lagi. Tapi dalam keadaan sekarang, tubuhnya masih gemetaran. Akira hanya mengangguk saja dan tidak membalas sepatah katapun ucapan Adrian. Pertemuan pertamanya dengan Chiko yang Akira pikir akan bisa dia banggakan dan dia pamerkan kepada adiknya yang sangat mengidolakan laki-laki itu nyatanya berujung berantakan. Dan setelah pertemuan ini kemungkinan hidup Akira juga akan berantakan. Akira sedikit menyesali pertemuan ini. Seharusnya dia tidak menjadi wartawan, seharusnya dia mengikuti keinginan ayahnya agar dia melanjutkan bisnis restoran milik keluarganya. Sekalipun bisnis itu tidak besar setidaknya dia tidak perlu berurusan dengan orang-orang berbahaya seperti Chiko dan keluarganya. “Akira sudah tenang?” Lisa berucap lembut setelah beberapa lama keduanya terdiam. Lisa memahami Akira, sehingga untuk beberapa menit dia tidak mengajaknya berbicara. Akira mengangguk menjawab pertanyaan Lisa. “Akira temannya Chiko? Atau pacarnya?” Tanya wanita itu. Akira langsung menggeleng dengan kuat. “Akira wartawan tante. Hari ini ada jadwal wawancara ekslusif sama mas Chiko.” Akira menjelaskan. Lisa sedikit kaget. “Kamu wartawan?” tanyanya sekali lagi. Akira mengangguk, kemudian Lisa tersenyum lembut. Sungguh ibu Chiko sangat baik menurut Akira. Pembawaannya lembut, cantik, tenang dan dalam keadaan seperti sekarang, Akira merasa tenang diajak bicara olehnya. Seseorang kemudian masuk lagi. Kali ini seroang perempuan yang juga tak kalah cantik. Dia tersenyum ke arah Akira. “Regarta udah tenang kan, Wen?” Lisa bertanya. “Udah sedikit tenang Bun, di tenangkan ayah. Tapi Chiko sedikit babak belur padahal beberapa hari lagi dia harus menghadiri award.” Balas perempuan cantik itu. “Biarin aja nggak usah datang! Lagian siapa suruh jadi artis. Udah bunda bilang jangan jadi artis tapi adik ipar kamu itu keras kepala.” Lisa terlihat kesal. Akira diam saja sambil menunduk. “Bunda yang sabar jangan ikutan marah-marah. Bunda baru mendingan kan?” “Iya Wen.” Lisa kembali mendesah. "Oh iya Akira, ini Wendy. Istrinya kakak Chiko, Regarta.” Ucap Lisa memperkenalkan. Akira mengangkat wajahnya dan menatap wanita cantik itu. Dia tersenyum ramah. Rupanya ini adalah istri dari Regarta Setyo Aji yang selalu membuat para wartawan penasaran. Seorang desainer ternama dan pemilik bisnis kue terkenal yang misterius. Tidak pernah muncul di media setelah gosip kecelakaan yang menimpanya, keberadaannya sangat di sembunyikan oleh keluarganya setelah kejadian itu. Bahkan banyak muncul gosip tentangnya. Salah satunya adalah wajahnya cacat karena kecelakaan dan sebagainya. Padahal dia sangat cantik, anggun dan lemah lembut. Semua photo dan berita tentangnya yang dulu juga di hapuskan dari media manapun. Entah berapa uang yang dikeluarkan keluarga Setyo Aji untuk menghilangkan semua itu. Tapi itu bisa menjelaskan bahwa perempuan ini adalah menantu kesayangan Setyo Aji. Akira seperti mendapatkan beberapa asupan berita hebat sekarang ini. Tapi dia tidak mungkin bisa menerbitkannya menjadi sebuah artikel apalagi memberitahukannya pada orang lain. Karena berurusan dengan keluarga Adrian, sama saja dengan menggali kuburannya sendiri. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN