Gangguan Pertama

1300 Kata
Hari ini terasa terang, seterang hati Maya dan Adam. Walaupun Maya tidak tahu kemana Azam akan membawanya, tapi bagi Maya semuanya sama saja. Jalan yang buruk dan berlubang pun tetap ia rasa seperti jalan aspal yang kokoh dan terasa nyaman saat melintas di atasnya, asal bersama Azam. "Maya, kita hampir tiba. Emh, kamu tutup mata dulu ya! Anggap saja, ini termasuk kejutan." "Kenapa pakai tutup mata segala sih, Zam? Buat penasaran aja deh." "Nngak apa-apa. Ya sudah, kalau gitu biar aku aja yang nutup mata kamu." "Iya." Setelah beberapa menit, mobil rentalan yang mereka sewa berhenti dan Maya tahu kalau artinya mereka sudah sampai. "Ayo turun Maya! Pelan-pelan saja." "Baik ... ." Dengan mata yang masih tertutup, Maya berjalan lambat sesuai iringan langkah kaki Azam. "Sekarang, ayo buka matamu, Maya!" Naya menganggukkan kepalanya. "Azam ... ." Maya melihat sebuah hunian sederhana ukuran sedang (Tipe 45) di hadapannya, dengan pintu yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua. Ini seperti rumah yang ada di dalam mimpiku, baru memandanginya saja, aku sudah merasa nyaman dan bahagia. Ucap Maya di dalam hati, sambil memegang d**a dengan kedua tangannya. "Maya, inilah rumah kita, surga dunia kita. Bagaimana?" tanya Azam sambil memperhatikan ekspresi wajah Maya dan ia mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum menatap Azam dengan hangat. "Ayo kita masuk! Aku baru membersihkan lantai dan langit-langitnya saja. Sedangkan untuk isinya, aku kurang mengerti," ujar Azam sambil terus tersenyum. "Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum ... ." ucap Maya dan Azam serentak sembari menekan gagang pintu rumah mereka. "Waalaikumsalam ... ." sahut mereka kembali, serentak setelah berada di dalam rumah. "Maya, hari ini kita beres-beres rumah saja ya. Karena aku sudah memanggil orang untuk bertemu denganmu, supaya kamu bisa memilih perabotan yang bagus untuk mengisi kamar, dapur, dan ruang tamu rumah kita ini," kata Azam sambil memegang pundak Maya. "Jadi aku tidak perlu masak hari ini?" "Tidak usah, sebaiknya kita beli saja dan hari ini kita hanya fokus untuk mengurus rumah karena lusa kita harus kembali berangkat ke kampus. Kamu tetap ingin kuliah kan, Maya?" Maya menganggukkan kepalanya. "Begitu juga denganku." "Iya, Azam. Terima kasih karena kamu sudah memberikan yang terbaik untukku." "Sama-sama, Maya. Insyaallah aku akan berusaha untuk memberikan nafkah lahir maupun batin dengan baik serta penuh, sehingga kamu tidak kekurangan dan tidak menyesal sudah bersedia menjadi istriku." "Azam," sahutku yang merasa sangat bahagia dan terharu. "Jangan menangis, Maya!" "Iya," sahutku sambil menahan air mata. "Kalau gitu, aku mau membersihkan lantainya terlebih dahulu ya?" "Iya Maya dan aku akan membersihkan kacanya." Maua dan Azam bekerjasama untuk membersihkan dan merapikan rumah mereka. Sekitar 1 jam berlalu, 2 orang laki-laki paruh baya mengetuk pintu rumah dan Azam membukanya. Ternyata beliau adalah orang-orang yang diceritakan Azam untuk memenuhi perabot di dalam rumah ini. Mereka memperlihatkan katalog barang beserta harganya dan saat itu Maya memilih semua peralatan rumah tangga yang sederhana dengan harga yang pantas. Setelah memesan dan barangnya sampai, Maya, Azam dan 4 orang pekerja lainnya langsung membereskan rumah dengan cepat. Dengan kehadiran mereka semua, rasanya pekerjaan menata rumah ini menjadi cukup ringan sehingga Maya tidak terlalu lelah. Maya sangat bersyukur karena memiliki Azam yang sangat mengerti dengan keadaannya dan ia juga bersedia mengurangi beban pekerjaan Maya. Siang berganti malam. Setelah makan malam, Maya memutuskan untuk memasang kain hordeng di beberapa jendela rumah. Awalnya semua ini terasa sangat mudah dan bisa ia kerjakan sendiri sehingga Maya tidak ingin mengganggu Azam yang sedang beristirahat di dalam kamar. Ternyata pikiran dan perhitungan Maya salah, pada saat ia memasang tirai di jendela utama, tepat di ruang tamu, Maya sudah merasa letih bahkan tangannya tidak mampu menjangkau ujung-ujung teratas dari jendelanya hingga ia terpeleset dan hampir jatuh. Tapi syukurnya, ternyata Azam berada di dekat Maya saat itu dan segera menangkap tubuh mungilnya. Azam mengatakan pada Maya bahwa ia bisa meminta bantuan kepada Azam kapan saja, asalkan ia tidak sedang dalam keadaan beribadah. Selain itu, Maya tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatannya. Setelah Azam menurunkan tubuh Maya dari gendongannya, Azam pun langsung naik ke atas kursi dan menggantikan posisi Maya untuk memasang kain hordeng di jendela ruang tamu. Maya sangat ingin cepat beristirahat dan berbaring di samping Azam. Oleh karena itu, Maya langsung ke dapur untuk membersihkan gelas dan piring kotor bekas makan malam mereka. Dengan perasaan yang lelah, namun bercampur bahagia. Maya mulai meneteskan cairan pencuci piring di dalam mangkuk dan membuat gelembung serta busa dari sabunnya, kemudian ia mulai mencuci gelas dan sendok yang berada di atas rak pencuci piring. Saat Maya mencuci beberapa bagian gelas, semuanya tampak dan terasa biasa-biasa saja. Tapi setelah ia mulai mencuci bagian piring dan ingin meletakkannya di atas nampan, tiba-tiba nampannya bergeser sendiri untuk menjauhi Maya. Dari sudut ujung mata kanan, Maya dapat melihat nampan tersebut bergeser dengan sendirinya. Tidak mungkin Azam yang melakukannya, ucap Maya di dalam hati. Tak lama, Maya melihat kotak sendok yang berada di sudut kiri tembok bergetar dengan sendirinya. Dari sini, tampak ujung-ujung garpu seolah-olah mengarah ke wajah Maya. Menyadari hal tersebut, Maya pun berniat untuk segera berlari keluar dapur. Tapi tubuhnya seakan terkunci. Sepertinya seseorang berperawakan tinggi besar dan sangat kuat sedang mendekapnya dengan erat dari belakang. "Astagfirullah hal azim ... Azam ... ." teriak Maya dengan mata yang melotot, seakan-akan ada yang memegangi kedua bagian atas dan bawah matanya secara bersamaan. Tak lama, Azam berlari dengan cepat untuk menghampiri Maya. "Maya ... Maya, kamu kenapa?" tanya Azam sambil memegang kedua pipi Maya dan mengguncang-guncang tubuhnya perlahan. Maya sangat sadar dengan apa yang Azam lakukan kepadanya. Tapi Maya masih tidak mampu menggerakkan tubuhnya seperti biasa. Lalu Azam membacakan surat-surat pendek dan mencuci wajah Maya dengan mengambil air di kran cucian piring. Tak lama, Maya dapat bergerak normal dan Azam menanyakan apa yang telah terjadi kepada dirinya. Maya pun menceritakan hal misterius yang baru saja terjadi, tapi disisi lain, Maya juga mengatakan kepada Azam, mungkin saja ia terlalu letih setelah seharian membereskan rumah sehingga seluruh tubuhnya terasa kaku hampir kesemutan. Azam tampaknya mengerti maksud ucapan Maya tersebut. Maya hanya tidak ingin, Azam berpikir keras dan khawatir tentang dirinya. Lalu Azam mengatakan kepada Maya tentang sesuatu. "Maya, kamu harus menjaga dirimu dari hal buruk atas perbuatan iblis maupun manusia." "Aku mengerti maksud kamu, Azam." Azam juga mengajarkan Maya sebuah ayat yang dapat menangkis hal buruk yang bisa Maya gunakan dimana saja dan kapan saja bahkan sebelum tidur. "Bacalah ayat ini setelah kamu membaca ayat-ayat pendek lainnya! Agar kamu terhindar dari perbuatan buruk manusia dan iblis." اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ دِيْنَنَا وَأَنْفُسَنَا وَأَهْلَنَا وَأَوْلَادَنَا وَأَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ أَعْطَيْتَنَا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي كَنَفِكَ وَأَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِيْ عَيْنٍ وَذِيْ بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ ذِيْ شَرٍّ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ "Allaahumma innaa nastahfidhuka wa nastaudi'uka diinanii wa anfusanaa wa ahlanaa wa aulaadanaa wa amwaalanaa wa kulla syai'in a'thaitanaa. Allahummaaj 'alnaa fii kanfika wa amaanika wa jiwaarika wa 'iyaadzika min kulli syaithaanim mariid wa jabbaarin 'aniid wa dzi 'ainin wa dzi baghyin wa min syarri kulli dzi syarrin innaka 'alaa kulli syai'in qadiir," ucapnya. "Ya Allah, kami memohon penjagaan kepada-Mu dan kami menitipkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta kami, dan segala sesuatu yang Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikan lah kami dalam penjagaan-Mu, tanggungan-Mu, kedekatan-Mu, dan perlindungan-Mu dari gangguan setan yang menggoda, dari orang yang kejam, dari mata orang yang berniat jahat, dari orang yang bermaksud zalim, dan dari keburukan apa pun yang membawa keburukan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu," sambung Azam dengan tatapan matanya yang penuh keyakinan. "Iblis punya banyak cara untuk melemahkan hati manusia ataupun menghasutnya. Tapi Allah sudah lebih dulu memberikan penangkal serta penawarnya melalui ayat-ayat suci Alquran, salam Tinta Emas." Bersambung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tab love dan follow authornya ya para pembaca sekalian. Jangan lupa juga buat mampir ke karyaku yang lainnya. Makasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN