"Pergilah, Nak. Minta maaflah sama Nisa karena kamu emang salah, akui kesalahan kamu dan nikahi dia secepatnya. Ibu ingin melihat kamu bahagia, Fan," ucap Karlina menatap sayu wajah sang putra. "Pasti, Bu. Doakan semoga Nisa mau memaafkan saya. Saya pamit dulu," jawab Irfan lalu melanjutkan langkah kakinya. Pria itu berjalan keluar dari dalam kamar dengan perasaan campur aduk juga dihujani rasa penyesalan yang mendalam. Ia merasa tidak habis pikir dengan sikapnya sendiri, mengapa dirinya bisa bersikap sekasar itu kepada Nisa, bahkan mengatakan hal yang tidak seharusnya ia ucapkan? Padahal, Nisa dengan tulus membantu sang ibu tanpa mengatakan apapun kepadanya. Itu artinya, apa yang dilakukan oleh Nisa bukan hanya untuk menarik perhatiannya saja. Anehnya, ia merasakan ada sesuatu yang ja
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari