P2-Kehidupan

2437 Kata
Netra bulat itu terus saja menatap sosok yang tengah duduk di balkon kamarnya, sementara dia sendiri bersandar di pintu sebari menyilangkan kedua tangan didepan d**a. Sudah lima belas menit berlalu tanpa ada yang membuka suara sedikitpun, mereka sama-sama menikmati hening dan gelapnya malam hari ini. Deheman dari si cowok bermata bulat membuat atensi sosok yang duduk di balkon teralihkan, dia menoleh. Hanya sekilas, lantas kembali menatap kosong ke arah depan. Si cowok bernetra bulat berjalan mendekat. Tubuhnya yang jangkung ditambah dengan otot bahunya yang terekspos begitu saja menambah kesan manly pada dirinya. Bisa dibilang visualnya 11-12 dengan Daniel. Hanya saja, yang ada pada dirinya adalah kebalikan dari Daniel. Daniel berkulit putih sedangkan dia berkulit eksotis, tinggi badan Daniel 180 cm sementara cowok itu 183 cm, Daniel punya mata yang tajam sementara dia mata yang bulat lucu, Daniel suka sekali gonta-ganti pacar sedangkan dia belum pernah sekalipun pacaran. Banyak sekali perbedaan di antara mereka berdua, tapi perbedaan itu lah yang menyatukan keduanya hingga bisa menjadi sahabat. Cowok itu duduk disamping Daniel, masih tak ada pembicaraan sama sekali. Lima menit terlewati dengan keheningan, kalau sama-sama berdiam diri seperti ini, lantas kapan mereka akan berbicara? Lucas Malvines, sahabat satu-satunya yang dimiliki oleh Daniel. Sama dengan Tiara dan Bima, mereka dipertemukan saat MOS lantaran sama-sama kena hukuman. Sejak saat itu mereka mulai menjalin pertemanan yang semakin lama semakin dekat hingga statusnya berganti menjadi sahabat. "Masalah itu lagi, Niel?" tanya Lucas tanpa menoleh ke arah Daniel, hanya anggukan kepala yang diberikan. Selalu masalah itu lagi dan itu lagi, seandainya Daniel mau menuruti sarannya maka masalah itu tidak akan sampai separah ini. Menurut Lucas, masalah yang dialami oleh Daniel hanya bisa diselesaikan dengan ‘komunikasi’ itu saja. "Mau sampe kapan lo kayak gini terus sih, Niel?" "Nggak tau." jawab Daniel singkat. Dia tertutup oleh gengsi, Daniel merasa tidak bersalah, dia pantas bersikap seperti ini. "Lo nggak pengen pertimbangin saran gue kemaren? Gue bisa nemenin lo, nyakitin banget lihat lo terpuruk sendiri kayak gini" crocos Lucas penuh empati. Lucas tau semuanya tentang Daniel karena cowok itu tak pernah menutupi masalahnya, Daniel selalu terbuka apabila dengan dia. Karena sangking dekatnya mereka sudah seperti lintah yang selalu menempel. Jika ada Daniel di suatu tempat, disitu pasti juga ada Lucas. Pokoknya mereka itu sudah sepaket. Lucas memang tau banyak tentang Daniel, tapi tidak berlaku sebaliknya. Daniel tidak pernah tau apa-apa tentang Lucas karena cowok bermata bulat itu enggan bercerita kepadanya. Daniel tak keberatan, dia menghargai privasi Lucas. "Gue bingung banget, Cas. Kadang gue pengen amnesia aja, tidur gue nggak pernah nyenyak, kejadian itu selalu jadi mimpi buruk buat gue." Curhat Daniel, terlihat begitu frustasi. Lucas hanya menghela nafas, dia tak paham dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh sahabatnya itu. Lucas membasahi bibirnya yang kering, lantas kembali menimpali ucapan Daniel. "Denger-denger, lo lagi pdkt sama wakil ketua osis itu ya?" tidak ada yang bisa dilakukan oleh Lucas, dia akhirnya mengalihkan pembicaraan. Tadi sore sebenarnya Lucas ada bersama Daniel di lapangan futsal, hanya saja Daniel menyuruhnya pulang duluan entah apa alasannya. Mendengar sebutan wakil ketua osis berhasil memunculkan senyum di wajah Daniel, dia seakan lupa dengan masalahnya sendiri. Cowok itu menoleh ke arah Lucas, lantas terkekeh, "Lo nggak berpikir gue serius kan?" “Kenapa nggak? Secara, dia satu-satunya cewek yang mungkin benci banget sama cowok kayak lo." "Astaga, lo tau nggak. Tadi siang dia jambak rambut gue, sialan! Kayaknya dia beneran benci sama gue, Cas." kini raut wajah Daniel berubah jadi berseri-seri, membuat Lucas tersenyum dalam hati. Untung saja topik Tiara berhasil menyingkirkan topik yang menyedihkan tadi. "Dia bener-bener cewek ter bar-bar yang pernah gue temui." "Tiara cantik juga, Niel." Daniel terkekeh, "Lo suka sama dia? Gue bisa bantuin lo biar bisa deket sama Tiara" tawar cowok ber visual anime itu kepada Lucas. "Biar lo tau gimana rasanya pacaran, secara lo kan jomblo dari zigot." "Bangke lo!" Keduanya tertawa renyah, Daniel melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Dia lantas berdiri "Gue cabut duluan, deh." "Nginep ajalah, Niel" tawar Lucas yang langsung disambut gelengan kepala oleh Daniel. “Kayak nggak punya rumah aja nginep di rumah lo terus-terusan.” Ya, Daniel memang sering tidur di rumah Lucas, kadang bahkan sampai seminggu full. Lucas tak keberatan, toh di rumah dia hanya berdua dengan sang kakak. “Gaya banget, biasanya juga gimana.” Daniel tak menjawab lagi, cowok itu melenggang pergi sembari menyambar jaket yang tergeletak di atas ranjang Lucas. Terdengar pintu ditutup, Lucas masih belum beranjak dari tempat duduknya, dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Sebenarnya, Lucas pun punya masalah, tapi dia tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain termasuk Daniel. Angin malam menerpa wajah tampan remaja 18 tahun itu, ketenangannya terusik saat pintu kamar kembali terbuka. Tak lama muncul lah sosok yang wajahnya lebih dewasa, matang serta sangat tampan. Sosok itu duduk disebelah Lucas, “Lo udah dapet pesan dari Mommy?" tanya dia, Lucas mengangguk singkat. “Damn it! Kenapa sih mereka kayak gitu ke kita? Gue nggak bisa ambil cuti kuliah secara mendadak kayak gini, perasaan gue juga udah bilang ke Mommy sama Daddy buat nggak ngirim undangan secara mendadak. Ish! Males banget gue sama mereka." cowok itu menghentikan ucapannya, dia menoleh ke arah Lucas. "Kalo kakak lagi ngomong tuh di dengerin, sat!" Lucas menyatukan alis tebalnya seraya menatap Kai dengan risih, "Lo panggil gue apa??" tanya dia dengan suara rendah. "Lo panggil gue b*****t?? Cih! Dasar Bangkai!" "Eh?!" Sebenarnya Lucas tidak salah memanggil seperti itu karena sosok yang ada disampingnya, alias abangnya bernama Kaisar Malvines. Cowok yang sama-sama tampan, berahang tegas serta berkulit eksotis. Badan Kai lebih atletis dan berisi dibanding dengan Lucas yang jangkung. "Gue udah sering kasih peringatan ke elo, jangan gabung panggilan bang sama nama gue!" lanjut Kai tak suka. Lucas hanya terkekeh tak peduli. "Lagian elo yang mulai, Bang. Gue denger apa yang lo curcolin tadi. Sekarang lo mikir deh, mereka sengaja kirim undangan itu secara mendadak biar kita bolos tanpa izin cuti. Kalo kita keseringan bolos, apa akibatnya? DO kan. Setelah itu mereka bakal lebih gampang buat pindahin kita ke negara yang mereka mau." Lucas menjelaskan panjang lebar tentang keinginan orang tua mereka. Jadi, kedua orang tua Lucas dan Kai tidak tinggal di Indonesia, mereka sering berpindah-pindah negara untuk tinggal. Karena itu biasanya mereka akan mengadakan dinner, entah sebulan sekali atau dua kali di berbagai negara. Undangan itu sering kali datang secara mendadak membuat mereka berdua otomatis keseringan bolos sekolah dan kuliah, fyi, Kai sudah masuk bangku perkuliahan. Ups. Sekarang kalian sudah tau salah satu permasalahan yang Lucas miliki. Selain itu, kedua orang tua Lucas dan Ki ingin sekali keduanya pindah dari Indonesia. Entah apa alasannya, mereka tidak tau karena kedua orang tua mereka tidak pernah memberitahu. Kai mencerna baik-baik ucapan Lucas, setelah paham dia akhirnya kembali menimpali. "Jadi, kita harus datang apa enggak nih??" “Kan, gini nih kalo serbuk micin di kasih nyawa. Ya jelas nggak usah dateng lah Bang-Kai! gimana sih” Tatapan Kai menyipit, Lucas memang luar biasa laknatnya. Tapi kali ini dia tidak ingin mencari gara-gara dengan Lucas, lantaran keduanya harus kompak menghadapi tingkah laku Mommy dan Daddy nya yang aneh. “Gue pergi deh, panas kuping gue kalo denger lo hina mulu” kata Kai, lantas berjalan menjauh. Tapi sebelum keluar kamar cowok itu kembali menoleh, “Oh iya, cokelat yang di kulkas gue makan” “Sialan! gue kejar lo sampe ke neraka!” Lucas spontan berdiri dari tempat duduknya dan berlari sungguhan mengejar Kai. Kai boleh memakan apapun miliknya di kulkas, kecuali coklat putih. Karena coklat itu dari penggemar rahasianya. Coklat yang selalu di jaga oleh Lucas karena cowok itu hanya akan menerima coklat putih seminggu sekali, di hari senin. Dan dengan seenaknya Kai bilang dia memakan coklat itu, sialan! Setelah kejadian ini, Lucas akan membeli kulkas sendiri yang akan di taruh di kamarnya hanya untuk menyimpan coklat putih agar tidak ada yang bisa mencurinya lagi. (^_^)(^_^) Daniel melangkah masuk ke dalam rumah yang sudah 3 hari tak ia pijaki, seperti biasa suasana tampak sangat sepi. Hanya ada dua pembantu yang tengah bercakap-cakap di dapur menunggu majikan mereka pulang. Saat mendengar langkah kaki Daniel kedua pembantu itu langsung berdiri dan menawarkan makan serta apapun yang Daniel butuhkan karena jarang-jarang Daniel mau pulang seperti ini. “Mas Daniel udah makan? Bibi siapin ya, mau makan apa?" kata salah satu dari mereka saat Daniel tiba di anak tangga. “Bawain ke kamar, Bi, apa aja deh. Daniel mau mandi dulu” jawab Daniel singkat, sebelum melangkah lagi dia menyempatkan diri untuk bertanya sesuatu. "Bibi udah makan?" Mereka berdua menggeleng, "Belum, nunggu mas Daniel pulang dan makan dulu." Cowok bak anime hidup itu mendesah tak suka. "Lain kali kalo waktunya makan, makan aja. Nggak usah nungguin Daniel pulang, Daniel nggak suka lihat kalian sakit. Nanti nggak ada yang ngurus Daniel lagi." Meski sederhana dan terkesan cuek, tapi kedua pembantu itu paham kalau Daniel sebenarnya care. Mereka mengangguk seraya tersenyum singkat, lantas menjawab. "Iya, Mas." Setelah itu, barulah Daniel melanjutkan langkah kakinya menaiki anak tangga, lantas masuk ke dalam kamar. Daniel tinggal sendiri di lantai dua, sementara kedua pembantunya tinggal di lantai dasar. Kegiatan yang ingin Daniel lakukan sekarang adalah mandi, badannya sudah terasa lengket meskipun wajahnya tetap tampan. Dia masuk ke dalam kamar mandi, melepaskan semua pakaian yang membalut tubuhnya, kini dia berdiri di bawah shower, air hangat langsung mengguyur badan nya. Rilex, Daniel memejamkan mata. Lama, Daniel menghabiskan waktunya untuk berendam. Hingga 30 menit kemudian cowok itu keluar dari bathup dan memakai handuk kimononya. Sekarang tubuh Daniel sudah segar, cowok itu mengusap rambutnya yang basah, tetesan air perlahan turun, duh, damage nya itu loh. Makan malam sudah tersedia di meja kamar cowok itu, tapi Daniel sepertinya tak begitu bernafsu untuk menyantapnya. Fyi, Daniel punya dua ponsel. Si putih khusus keluarganya dan Lucas. Dan si hitam untuk meladeni peternakan betina nya yang setiap hari mengirimkan pesan-pesan berupa ajakan kencan atau hanya sekedar makan. Ponsel putih Daniel berdering, nama Mommy terpampang disana. Daniel menggeser tombol hijau sebelum menempelkan benda pipih itu di telinganya. “Mom" sapa Daniel, duduk di tepi ranjang. “Daniel, habis dari mana saja kamu? Mommy coba telepon berkali-kali tapi nggak bisa" Daniel tersenyum tipis “Ponsel Daniel ketinggalan dirumah tadi, ada apa, Mom?" “Mommy akan pulang dalam waktu dekat setelah urusan Mommy selesai” Kabar yang paling membahagiakan bagi Daniel, Mommy nya akan pulang. Tak jauh beda dengan Lucas, kedua orang tua Daniel juga tidak tinggal di Indonesia, mereka tinggal luar negeri. Ah, mungkin tidak apa-apa dibahas sekarang. Jadi, hubungan Daniel dan Mommy nya sangat dekat meskipun mereka jarang bertemu. Tapi tidak untuk hubungan Daniel dan Daddy nya. Entahlah, Daniel seperti menyimpan dendam tersendiri pada pria itu. "Mommy pulang sendiri kan?" Hening selama beberapa saat, sebelum akhirnya Mommy Daniel kembali berbicara. "Iya, Mommy sendiri kok" Barulah Daniel bisa bernafas lega dan merasa bahagia. “Kamu nggak tanya gimana kabar Daddy?” Kali ini Daniel yang terdiam, “Daddy pasti baik-baik aja.” “Daniel” panggil Mommy nya kemudian, Daniel hanya menjawab dengan deheman. “Kalian kapan mau berdamai? Sampai sekarang Mommy nggak tau apa alasan kalian bertengkar seperti ini.” entah siapa yang dimaksud oleh Mommy Ana, kita mungkin tidak tau, tapi Daniel tau. “Mommy nggak perlu tau, ini urusan aku sama dia. Mommy jaga kesehatan dan jangan sampai sakit aja.” Setelah berbincang sebentar dengan Mommy Ana, kini panggilan telepon mereka terputus. Mood cowok itu kembali terbit saat mengingat Mommy Ana akan segera pulang meski waktunya belum pasti, netra tajam Daniel menatap makanan di meja, tiba-tiba saja rasa lapar langsung menyerang. Daniel berganti pakaian terlebih dulu, lantas baru menyantap makan malamnya. Sembari makan, Daniel menonton film kartun kesukaannya. Ya, playboy macam Daniel hobi sekali menonton kartun. Bahkan sangking asiknya, cowok itu tak peduli bila jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kantuk menerpa Daniel saat perutnya sudah kenyang. “Sialan, kenyang terus ngantuk. Manusia banget gue” kata cowok anime bermonolog, dia menaruh piring kembali ke meja, tanpa mematikan film yang sedang diputar Daniel meloncat naik ke atas ranjang, dia on the way ke alam mimpi. (^_^)(^_^) Kaisar, cowok berusia 21 tahun itu menyentuh bibir yang sedikit berdarah lantaran di hantam tinju adik laknatnya, siapa lagi kalau bukan Lucas. Kai juga kapok, baru pertama makan coklat saja sudah begini akibatnya, apalagi kalau dia keseringan makan coklat milik Lucas, pasti wajahnya yang tampan tak akan berbentuk lagi. Sialan! jadi cokelat itu lebih penting dari abang nya sendiri. Tengah malam, tapi Kai masih belum tidur. Dia memikirkan kembali ucapkan kedua orang tuanya yang penuh dengan ancaman. Ponsel Kai kembali menyala, dia sudah bisa menduga pesan siapa itu. “Lucas menolak datang, kali ini apa rencana kalian? Mommy sama Daddy nggak habis pikir, apa salahnya kalau kalian pindah dari negara itu sih?” Tanpa membalas Kai melemparkan sembarangan ponsel seharga motor itu, cowok berwajah tampan dan matang itu mendengus, dia menutup matanya, mencoba untuk tidur. Tapi tak lama dia kembali membuka kelopak matanya lagi, benar-benar tak bisa terpejam. Karena frustasi Kai mengacak rambutnya dengan brutal. “Arrghhh! sialan!” umpat cowok itu lantas bangkit dari tidurnya. “Gila! gue nggak bisa tidur sama sekali!" monolog Kai, sekarang sudah pukul dua dini hari. Dengan gontai Kai melangkahkan kaki keluar kamar dengan wajah seperti zombie, niatnya hendak mengambil sekotak s**u. Karena keadaan gelap Kai kaget saat Lucas mendadak berdiri di hadapannya “b*****t!” “Ngumpat aja terus, tuh mulut emang nggak ada suci-sucinya sama sekali” balas Lucas, dia mendahului Kai menuruni tangga. “Lo ngapain jam segini masih melek?” Kai menatap sang adik dengan raut wajah sebal. Dia masih kaget dengan kejadian beberapa detik yang lalu. “Nggak bisa tidur, ancaman Mommy bener-bener bikin gue parno tau nggak” Kakak beradik itu kini duduk berdampingan sembari memegang minuman masing-masing “Dateng ajalah, Bang. Dari pada nggak di kasih jatah bulanan lagi kan, mau jajanin cewek lo pake apa nanti” celetuk Lucas, padahal tadi dia kekeh tidak mau datang. Tapi saat Mommy nya mengancam, nyali remaja itu langsung menciut. Mommy Giselle mengancam akan memblokir kartu kredit Kai dan Lucas apabila mereka berdua tidak mau datang “Sialan! gue jajanin cewek nggak pernah pake uang Mommy sama Daddy ya.” jawab Kai dengan malas. Sebenarnya cowok itu bekerja sampingan sebagai pelatih dancer, gajinya tak seberapa dibanding uang bulanan dari kedua orang tuanya tapi, Kai suka, jadi dia menjalani profesi itu dengan senang hati. “Berarti harus bolos lagi dong” “Terpaksa, mau gimana lagi” Kai mengangguk pasrah, dia benar-benar pasrah. “Heran banget gue sama mereka” “Dahlah, gue mau tidur. Lo juga jangan kebanyakan begadang, sorry kalo gue kelepasan nonjok lo tadi” Kekehan kecil meluncur dari bibir Kai, lantas menepuk pundak Lucas bersahabat “Sadar juga lo, t*i!" "Bangkai!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN