semakin hari aku semakin terobsesi dengan panji, terserah siang malam atau subuh jika aku merindukannya maka kami akan mencari cara supaya bisa bertemu.
dulu dan sekarang berbeda.
dulu aku bisa bertemu dengannya sesuka hati sebab diantara kami belum ada rasa candu prihal aku yang sudah menyerahkan segalanya pada Panji, tidak mungkin kata "Rindu" hanya sebatas ingin bertemu. pasti kami akan melakukanya lagi dan lagi. aku tidak maniak akan hubungan ini, hanya sebatas aku diperlakukan ada olehnya meski hanya jadi yang kedua.
aku sendiri kurang paham, apa yang membuat diriku semakin tertarik pada panji, jika aku mengingat mantan-mantanku maka, Panji tida ada apa apa nya, mantanku jauh lebih hebat dari panji, soal segala hal, entah cara di memperlakukanku, entah cara kita bersenggama bersama, atau cara menangapi ceritaku. bahkan mantan mantanku jauh lebih menghargai aku, dan keberadaanku. sedangkan panji? hanya sebatas ini saja dan aku sudah merasa bahagia. atau mungkin karena dia temanku, selain memberiku rasa aman dia juga membuatku merasa nyaman.
Aman bagiku karena aku tidak khawatir jika terjadi apa apa dikemudian hari. sedangkan
nyaman karena dia sudah tau bagaimana aku dan masih tetap stay di sampingku.
tapi ku pikir dia tetap bersamaku, karena dia mendapatkan keuntungan karena mendapatkan tubuhku seutuhnya, bukan karena dia mencintaiku hanya sebatas itu saja.
sialan
"don't belive if a man saying loved with you, even you and him making love, because this is bullshit."
hari ini aku datang bulan, dan yaaaa aku tidak bisa melakukan aktivitas bersenggama bersamanya. dan kalian tahu? panji ikut mencatat tanggal datang bulan ku, dia bahkan tahu cara menghitung kapan waktu aku sedang subur, dan kapan aku sedang aman.
namun jika kami sedang ingin sekali, kami melakukannya dengan syarat memakai pelindung.
sebenarnya kami sama sama takut, taku sesuatu hal yang tidak kami inginkan terjadi. kalian tahu bukan, untuk aku yang belum menikah Sah menurut agama dan negara malu jika harus "hamil" diluar nikah. lebih lebih tentang status kami yang hanya sebatas teman main saja.
"lo lagi haid ya" tanya panji yang sedang duduk di sampingku
"iya, kenapa?"
"beres kapan?" tanyanya.
"lusaaa"
"gue besok ke laras ya" katanya
"setor?" tanyaku
setor istilah yang aku dan Panji pakai, jika Panji mengunjungi Laras, entah hanya sekedar setor muka atau lebih dari itu.
"iyaaa, gue mau menghabiskan waktu gue sama Laras"
aku terdiam sejenak, ingin marah namun berat di pangkal tenggorokanku, ada getir di sana, ada sesuatu yang menyakitkan menusuk hati, ada kata yang tersedak di tenggorokanku.
"lo gpp kan, Lo ga marah kan" tanyanya
"kan gue yang pinjem lo dari laras, kenapa gue yang harus marah" kataku lalu aku masuk ke kamarku
panji langsung menyusul ku, dia berbaring di ranjang yang sama denganku. dia memelukku dari belakang. namun aku hanya diam seribu bahasa.
"maa, gue terlalu liar buat Lo" katanya
"terus?" kataku
"gue ga bisa, gue ga bisa nunggu. kalau Lo haid ya ada Laras" katanya
"terus salah gue?" tanyaku
"yaudah yaudah gue ga ke laras"ucapnya
"sekarang kita tidur, gue harus keluar dari rumah lo lebih pagi takut ada tetangga liat" tambahnya lagi
"ji denger,, lo gpp ko kalau mau ke laras, pergi aja sok. maaf atas egois gue" kataku
"iyah ma, gue yang ga mau ke laras ko. gue butuh lo ketimbang laras" katanya
"kenapa lo ga putus sama laras" tanyaku
"ada hal lain yang gue belum bisa cerita ke lo ma, tunggu ya. tunggu waktu yang tepat buat gue ceritain ke lo"
"tentang apa? " tanyaku
panji tidak menjawab pertanyaan terakhirku, dia tertidur dan aku pun mulai tertidur.
siang berlalu dengan cepat, aku yang sedang asik bersantai ria di kamar harus keluar rumah karena terlalu ramai, banyak ibu-ibu sedang membicarakan seseorang, samar samar namun sedikit mengangguk, sepertinya ada nama panji di obrolan ibu ibu kali ini. aku yang penasaran langsung menghampirinya.
"mba alma tau ngga, hari ini mas panji lamaran"
aku yang mendengar itu mendadak terdiam, mataku panas tenggorokan ku menjadi berat.
"denger-denger dari gang sebelah calonnya orang deket mba, mba alma ga tau? "
kali ini aku mencoba menarik nafas dalam-dalam. kurasa baru semalam Panji bersamaku, kurasa baru semalam dia memeluk dan mencium ku. lantas lelucon apa ini?
"oh iya bu tahu, kirain tahun depan eh jadi tahun ini ya" kataku yang mungkin terdengar sedikit bergetar. parau dan getir terasa di ujung bibirku
"mba tau ceweknya ga!? katanya cantik"
aku menelan ludah, kembali bernafas sejenak. sebelum akhirnya kembali menjawab pertanyaan ibu ibu.
"cantik bu, tapi cantik aku" kataku sambil tersenyum
"iya mba alma cantik, tinggal nunggu pangeran dateng terus dilamar"
aku tersenyum masam. lalu izin pamit masuk ke dalam rumah, aku mengunci diri dikamar menyalakan musik lalu menangis. aku menangis sejadi-jadinya. siapa sangka, orang yang semalam masih mencium ku, orang yang semalam masih memelukku. hari ini dia memutuskan untuk melamar kekasihnya. lantas bagaimana dengan aku?
aku benar benar frustasi, mencoba menenangkan diri namun tak bisa, aku melempar dan mengacak-acak seluruh kemar ku, mengeluarkan semua baju baju dalam lemari, bahkan semua barang di meja, aku lempar kesegala arah. aku menangis terisak sampai malam datang.
suara dari balik pintu kamar terdengar jelas.
panji sudah berada di luar kamarku, aku mengunci kamarku, beruntung malam ini aku mengurung diri di kamar, aku tidak ingin bertemu dengan Panji, berita tadi pagi membuat aku menjadi segila ini.
"ma, gue tau lo didalam gue perlu ngomong sama lo. dan lo harus denger penjelasan gue" katanya
"ngga usah ji, gue udah tau lo balik aja, persiapkan semuanya dengan sempurna" kataku
"maaa, lo salah paham lo harus denger semuanya" katanya lagi
"gue bilang ga usah, lo balik gue ga mau kenal lo lagi. gue ga berarti buat lo, gue sampah, gue busuk, gue hancur, lo ga perlu perbaiki gue lagi, gue udah ga mau diperbaiki lagi sama lo" kataku
"lo salah, gue yang diperbaiki sama lo, gue yang makin hari makin tumbuh jadi baik, gue yang makin hari makin sadar lo se berarti ini buat gue....
"ma buka, atau gue dobrak bila perlu gue panggil pak RT"
suara pertengkaran aku dan panji terlalu kencang, ada beberapa warga yang ternyata mendengar dan langsung bertanya ke panji ada apa.
alasan panji aku tidak bisa dengar, hanya saja 2 bapak-bapak itu kembali pergi dari halaman rumahku.
"gue itung sampe 3 lo ga keluar gue dobrak" ancam nya lagi
"satu, ........
" duaaaa.... seruis ma gue ga bercanda.....
aku langsung membuka pintu kamarku, saat pintu terbuka panji diam menatapku. mataku sembab suaraku parau.
"maaa, kenapa?" tanyanya dan langsung memelukku.
aku terdiam, menerima pelukannya, dia memelukku erat, tangis ku pecah dan tangis panji pun pecah.
"gue bodoh ma, gue g****k. kenapa lo ga hadir dari beberapa bulan yang lalu, kenapa lo baru hadir pas hal bodoh yang gue lakuin terjadi, ma kenapa." ucapnya yang masih terisak
"laras hamil, udah 1 bulan lebih, gue baru dikabarin kemarin, makannya gue langsung ngelamar dia, kemaren pas gue nginep gue mau cerita ke lo tapi gue ga mau liat lo patah ma, gue ga mau orang yang gue cinta patah ma" katanya
"gue udah patah ji, bahkan udah remuk gue ga bisa diperbaiki ji" kataku
"ma jangan tinggalin aku"
"ga bisa ji, lu punya tanggung jawab yang harus lu kerjain. bukan gue lagi yang jadi sandaran lo tapi laras" kataku
"maaa, perasaan gue buat lo bukan laras ma, gue cuma mau sama lo maaaa jangan tinggalin gue" pinta panji
"ji tanggung jawab setidaknya sampe laras lahir lepas itu terserah lo"
"lo mau nunggu gue ma?"
"kurang tau, liat nanti ji. gue sanggup ga nunggu lo, bahkan liat lo jadi suami orang lain" kataku
aku melepas pelukannya.
"ji gue lepas lo yaaaa terimakasih, jangan datang lagi" tambah ku lagi