Galuh sudah berangkat kerja ke stasiun pagi-pagi sekali. Diantar oleh Kala, Galuh hanya pamit pada Sumarni karena Ayah dan calon Bunda-nya yang bangun terlambat pagi ini. Angga menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat masuk ke dapur dan duduk di meja makan. Suasana canggung terasa semerbak di ruangan yang juga dipakai sebagai ruang makan di rumah itu. Andari menyerahkan kopi dan segelas air putih yang memang sudah jadi kebiasaan pria itu setiap pagi menjelang sarapan. Bukan karena ia tahu. Tapi karena Sumarni yang memintainya tolong. “Terima kasih,” ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya genit pada gadis itu. Andari langsung melotot. Memberi isyarat kalau ada Sumarni di sana. Tapi pria itu seolah tak peduli. Bahkan mungkin berniat memberi tahu ibunya soal hubungan mereka. “Ngga