PART 2 - Pertemuan Menyebalkan

1247 Kata
"Kau sudah melihatnya, kan? Bagaimana? Aku benar, kan? Dia adalah laki-laki tertampan yang pernah aku lihat selama ini. Bagaimana bisa laki-laki memiliki kulit semulus dia?" kata Hyura - resepsionis di Louis Hotel. "Kau benar. Aku melihatnya waktu makan siang di restoran bawah. Dia seperti karakter yang keluar dari komik. Aku tak percaya ada wajah setampan itu selama ini. Dia bahkan lebih tampan dari Jang Ki-yong." Hyeri melirik sinis Bora. "Mana ada laki-laki yang lebih tampan dari Jang Ki-yong? Kau terlalu berlebihan, deh." "Kalau kau tak percaya, kau bisa melihatnya sendiri nanti. Biasanya pukul delapan malam dia makan malam di Mahalini Bar di lantai atas." Lena melewati para resepsionis yang tengah bergosip itu. Perempuan itu mendorong kereta pembersih dan menyapa teman-teman kerjanya itu. "Lena, hari ini kau membersihkan lantai berapa?" tanya Hyura. "Lantai 20 VVIP. Aku bertukar shift dengan Ji-soo," kata Lena. "Nah, lantai 20 - tempat Alan Park menginap." Hyeri mendekati Lena. "Lena, berarti kau akan membersihkan kamar Alan Park, manusia paling tampan yang pernah aku temui. Kalau kau bertemu dengannya, jangan lupa beritahu aku," kata Hyura. Lena tersenyum kecil. "Tak mungkin aku bertemu dengannya. Aku membersihkan kamarnya, itu berarti dia sedang pergi," kata Lena. "Tetap saja - jika kau menemukan fotonya - bisakah kau memotretnya untukku? Aku akan memperlihatkannya pada Hyeri agar dia percaya betapa tampannya laki-laki bernama Alan Park itu." Lena mengangkat jempolnya. "Oke. Aku akan melihatnya nanti," kata Lena lalu meninggalkan teman-temannya. Lena memasuki lift khusus pelayan menuju lantai 20. Lantai dimana pelanggan VVIP berada. Perempuan itu melihat penampilannya di dinding lift. Memastikan wajahnya tertutupi masker agar tak ada yang mengenalinya. Lena memang idol gagal, tapi ia yakin ada beberapa orang yang masih mengenalnya. Dan menjadi pelayan hotel bukanlah sesuatu yang akan membanggakan Maserati. Jika ia ketahuan menjadi pelayan hotel, mungkin judul berita mengerikan akan segera terbit. Leader Maserati - Lena Kim - berakhir menjadi pelayan di Louis Hotel setelah Maserati dinobatkan menjadi grup idol paling gagal sepanjang sejarah Leader grup idol gagal - Maserati - tertangkap kamera tengah menjadi pelayan di hotel karena tak memiliki panggilan manggung Lena menggelengkan kepalanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu. Perempuan itu keluar lift dan membuka pintu kamar 204 - kamar paling besar yang dekat dengan lift. Pintu terbuka dan mata Lena langsung melihat pemandangan gedung-gedung yang indah di balik dinding kaca yang terbuka. Kamar itu masih sangat rapi dan kosong. Satu buah koper masih tergeletak di dekat pintu. Menandakan pemiliknya yang baru datang kemarin. Setelah membersihkan tangannya dengan antiseptik, Lena segera menata ranjang kamar itu. Merapikan bantal dan guling lalu melipat selimut dan menggantinya dengan yang baru. Lena membersihkan jendela kaca dan terkejut ketika tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka. "Siapa kau?" tanya laki-laki di belakangnya. Lena merapatkan topinya. Melirik sekilas laki-laki yang ada di depannya dan langsung menutup mata. Laki-laki itu mengenakan handuk yang hanya menutupi bawah pinggangnya. Rambut hitam legamnya basah oleh air. Dan air itu juga membasahi d**a telanjangnya yang terlihat kuat - lalu turun ke otot perutnya yang indah - lalu ke tempat yang tak bisa Lena lihat dan bayangkan. Lena tak tahu darimana pikiran gila itu berasal. Tapi lebih aneh lagi jika Lena tak berpikir seperti itu. Karena seperti yang teman-temannya gosipkan tadi - laki-laki di depannya ini seperti karakter yang keluar dari komik. Tajam, kuat, indah, dan tampan. Apalagi sekarang ia sudah setengah telanjang di depan Lena. "Kutanya sekali lagi siapa kau? Apa yang kau lakukan?" tanya laki-laki itu dengan tajam. Lena mendekati kereta pembersihnya. "Maaf, Tuan. Saya pelayan hotel yang bertugas membersihkan kamar Anda. Saya pikir Anda tak ada di kamar," kata Lena dengan wajah menunduk. Laki-laki itu menutup pintu kamar mandi. "Aku pikir hotel ini yang terbaik di kota ini. Tapi sama saja. Berapa kali kukatakan jangan ada yang masuk sembarangan ke kamarku? Aku sudah bilang ke manajermu langsung! Hanya manajermu yang boleh masuk ke kamarku! Bukan pelayan kotor seperti kau!" kata laki-laki itu sambil melirik tangan Lena yang penuh debu akibat membersihkan jendela. Alis mata Lena terangkat. Tak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu. Lena datang untuk melakukan pekerjaannya. Apa yang salah? Kenapa laki-laki itu memarahinya. "Pelayan kotor? Apa maksud Anda?" Lena membuka topinya dan mendekati laki-laki itu. "Apa Anda pikir hanya karena saya seorang pelayan hotel, Anda bisa memperlakukan saya seenaknya?!" Laki-laki itu menyilangkan tangannya di depan Lena. "Jangan dekat-dekat denganku atau aku akan memanggil manajermu untuk memecatmu!" katanya sambil melirik tangan Lena. Lena semakin tersinggung. Padahal tangannya tak begitu kotor. Memangnya apa yang laki-laki itu takutkan sih? Lena pun menjauh dan menenangkan dirinya. "Maaf, Tuan. Seharusnya saya tak masuk ke kamar Anda tanpa izin. Saya sudah minta maaf dan saya akan keluar. Jadi, Anda tak perlu melaporkan ini semua ke manajer saya, kan?" Laki-laki itu memiliki mata sipit yang melengkung indah. Selama ini mata sipit tak terlalu populer di masyarakat Korea Selatan. Semua orang menginginkan mata besar dengan dua lipatan. Semua orang bahkan rela menghabiskan ribuan dollar untuk mengoperasi mata mereka agar lebih besar. Tapi - sepertinya itu tak berlaku pada laki-laki di depannya itu. Mata sipitnya membuat wajahnya semakin tampan dan sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Tak sadar mengagumi wajah laki-laki di depannya, Lena melangkah satu kali lagi untuk melihat wajahnya dengan jelas. "Sudah kubilang jangan dekat-dekat aku! Tanganmu kotor! Dan astaga! Rambutmu berminyak! Apa kau tak keramas hari ini?! Kau tahu berapa kuman yang menempel pada tubuhmu sekarang! Pergilah dariku, Pelayan Kotor!" teriak laki-laki itu. Kening Lena berkerut. Perasaannya tersakiti karena ucapan laki-laki itu. "Apa kau memiliki msyophobia?" tanya Lena. Laki-laki itu menatap Lena tajam. "Bukan urusanmu! Pergi saja dari sini! Sekarang juga! Dan jangan pernah masuk lagi ke kamar ini!" kata laki-laki itu. Lena pun mengalah dan membawa kereta pembersihnya keluar dari kamar laki-laki itu. Sebelum laki-laki itu menutup pintunya, ia berkata sambil menatap tajam Lena. "Panggil manajermu kesini-" Laki-laki itu melihat name tag di d**a Lena. "-Kim Lena. Aku akan memberitahunya bahwa salah satu pelayannya sangat tak sopan padaku!" Lena menggeleng tak terima. "Anda tak boleh melaporkan saya. Saya tak melakukan kesalahan apapun. Saya hanya membersihkan kamar Anda. Itulah pekerjaan saya. Lalu apa yang salah?" tanya Lena. "Yang salah adalah kau bertemu orang yang tak tepat. Panggil manajermu segera karena aku harus menyingkirkan jejak keberadaanmu di kamarku!" kata laki-laki itu sebelum menutup pintu kamarnya dengan kasar. Lena menghembuskan napas panjang. Seumur hidupnya, ia tak pernah bertemu laki-laki semenyebalkan itu. Lena tak pernah bertemu laki-laki seaneh itu. Meskipun wajahnya bak dewa, tapi sikapnya yang menyebalkan membuat Lena sama sekali tak tertarik padanya - baik sebagai manusia - ataupun sebagai laki-laki. "Lena!" teriak seseorang di belakangnya. Lena berbalik dan melihat Dong-won, manajernya berjalan buru-buru ke arahnya. Manajernya itu terlihat marah dan tangannya sudah terpasang sarung tangan lateks. "Lena, apa kau baru saja masuk ke kamar Pak Alan? Bagaimana bisa kau masuk? Pak Alan sangat sensitif pada orang baru dan kotoran! Dan kau!" Dong-won melihat Lena dari atas sampai bawah. "Apa kau masuk seperti ini? Lihatlah sepatumu kusam dan banyak tanah yang menempel di bawahnya. Tanganmu kotor dan kau bahkan tak memakai sarung tangan! Dan rambutmu! Kau tak boleh bertemu dengan Alan Park seperti ini, Lena. Pantas saja Pak Alan langsung meneleponku." Dong-won mendorong Lena dengan kesal. "Minggir! Aku harus segera membereskan masalahmu!" kata Dong-won lalu mengetuk pintu kamar Alan Park. Lena segera pergi sebelum Alan Park membuka pintu kamarnya. Perempuan itu tak ingin lagi bertemu laki-laki bernama Alan Park itu. Sungguh - kalau memang laki-laki itu sangat sensitif dan sepenting itu - kenapa Dong-wong tak memberitahu Lena sebelumnya. Kenapa manajernya itu membuat Lena harus berhadapan dengan laki-laki msyophobia seperti Alan Park yang sayangnya sangat tampan itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN