Bab 32

1037 Kata
Setahun lebih sudah Minah tinggal di rumah itu, keadaan masih sama. Rachel dan Raditya masih saja membencinya. Tapi mereka sudah jarang membuli Minah. Tapi tetap saja kedua anak Rasti belum bisa menerima kehadiran Minah. Apalagi Minah belum menepati janjinya untuk pergi dari rumah itu. Karena Minah tak tahu harus kemana. Pagi itu seperti biasa mereka tengah menikmati sarapan pagi bersama. Dan ucapan Rasti memecah keheninga di antara mereka. Ya, Minah tak berani bicara di depan Raditya dan Rachel karena takut dikira mencari perhatian lagi. "Dit, Chel. Mama dan Papa harus pergi ke luar kota untuk mengurus bisnis di sana. Mungkin akan makan waktu beberapa hari, tapi Mama usahakan untuk cepat pulang. Jadi kalian baik-baik di rumah ya?" ucap Rasti kepada anak-anaknya. "Iya, terserah Mama. Ini bukan pertama kalinya juga kan?" ucap Rachel ketus. "Maaf sayang Mama terpaksa harus pergi. Karena ini pekerjaan penting. Mama janji deh akan bawa oleh-oleh untuk kamu." Rachel hanya tersenyum malas. "Dit, kamu jaga Rachel ya. Awasi adikmu," nasehat Dimas. Raditya hanya mengangguk seraya menikmati nasi gorengnya. "Papa ... memangnya Rachel anak kecil harus diawasi?" tanya Rachel kesal. "Iya. Karena kamu putri Papa. Dan Papa sayang sama kamu. Jadi Papa mengkhawatirkan kamu, Nak. Selama Papa tidak ada jangan bawa pulang pacar kamu itu. Dan tidak boleh pulang malam-malam." Rachel berdecak kesal karena larangan papanya. "Dit, Mama juga titip Minah ya. Jaga dia ya Nak." "Apa? Kalau Rachel its okay. Dia adikku. Tapi kalau dia? Kenapa harus aku? Minta saja Andra untuk menjaganya. Dia kan pacarnya." "Radit! Saat ini Minah tanggung jawab kami. Jadi kami yang seharusnya menjaga Minah. Kali ini tolong Mama dan Papa menjaganya." "Okay, terserah saja. Raditya mau berangkat sekolah." Raditya memundurkan kursi miliknya dan menyandang tas meninggalkan rumah itu. Hati Raditya kesal karena harus berurusan dengan Minah. "Jaga diri baik-baik ya Minah. Selama Tante tidak ada, titip rumah. Juga titip Rachel, tolong kamu jaga Rachel." "Iya Tan. InsyaAllah." "Apaan sih Ma. Kenapa harus udik ini yang jaga Rachel. Kan ada Kak Radit." "Karena kamu benar-benar harus diawasi Chel. Dan ingat Chel selama Mama tidak ada kamu tidak boleh menginap di rumah Erina atau Vita." Rasanya Rachel ingin berontak karena larangan Mamanya. Sayang ia tak bisa berbuat apa-apa. *** Suasana toilet sekolah sepi karena masih jam pelajaran. Minah yang terburu-buru ingin kencing, segera masuk ke toilet, namun betapa terkejutnya dirinya. Minah melihat ada murid laki-laki di toilet wanita. Minah memastikan dirinya tak salah toilet, dan benar saja. Ini toilet wanita. Dan yang paling mengejutkan lagi ternyata laki-laki itu tak sendirian. Ada seorang murid wanita juga yang duduk di atas wastafel. Kancing baju gadis itu terbuka, dan lelaki itu terlihat sibuk b******u dengan gadis itu. Kedua orang yang asyik dengan kegiatannya tidak menyadari kehadiran Minah. Tapi Minah dapat melihat jelas bagaimana lelaki itu menyentuh d**a gadis itu. Minah juga dapat melihat jelas siapa lelaki itu. Minah membekap mulutnya agar tak. berteriak, kemudian gadis itu membuka pintu perlahan dan lari dari toilet itu. "Astaga, apa yang aku lihat tadi. Bukannya itu Kak Dafa ya?" Minah mengingat-ingat memang lelaki tadi adalah Dafa, kekasih Rachel. "Aku harus memberi tahu Rachel. Kasihan dia kalau disakiti oleh Kak Dafa." Minah berjalan tergesa menuju ke kelasnya, melupakan rasa ingin kencingnya. "Chel, Chel. Aku ... aku ...." Minah memperhatikan keadaan sekeliling, beberapa teman sekelasnya memperhatikan dirinya. Dan Rachel melotot tak suka karena Minah sok akrab dengannya. "Please, ikut aku Chel." Minah menarik tangan Rachel keluar kelas. "Apaan sih? Mau mati ya?" Rachel semakin memelototi Minah. "Ini penting Chel. Dengarkan aku. Lebih baik kamu segera putuskan Kak Dafa." "Apa? Apa maksudmu? Setelah kamu mendapatkan Kak Andra, kamu mau merebut Dafa dariku?" Rachel mengeratkan giginya marah. "Bukan begitu. Aku ... aku melihatnya bersama dengan gadis lain di toilet." "Bohong! Kamu hanya mau menghancurkan hubungan kami, iya kan?" "Tidak Chel. Ayo kita buktikan." Minah menarik paksa Rachel ke toilet. Rachel terpaksa mengikutinya dengan enggan. Setelah sampai di toilet, Minah membuka pintu dan terkejut. "Mana? Kamu bohong!" "Enggak Chel, beneran." Rachel memutar bola matanya malas. Sudah terlihat di depan mata jika tak ada siapa pun di toilet, dan Minah mengatakan hal yang tidak masuk akal. "Lihat sendiri bodoh! Tak ada orang di toilet. Ah, bodohnya aku percaya pada ucapanmu. Kamu benar-benar ingin menghancurkan hubungan kami ya? Kalau lain kali kamu bohong lagi awas saja," ancam Rachel meninggalkan Minah yang kebingungan. Flashback on Dafa menarik tangan Mita dan membawanya ke toilet putri. Beruntung, keadaan toilet sepi. Ia dapat melakukan apa pun dengan gadis yang sekarang berada dalam dekapannya. Dengan tergesa, Dafa menyambar bibir berwarna pink itu. Melumat dan mengulum sembari tangannya mulai meraba kemana-mana. Sungguh hasrat lelaki itu sudah berada di ubun-ubun. "Kak, bagaimana kalau ada yang masuk?" protes Mita ketika ciuman mereka terlepas. "Tidak akan Mit. Tenang saja, aku sudah meletakkan tanda perbaikan di depan." Tak sabar Dafa mengangkat tubuh Mita dan mendudukkan gadis itu di atas wastafel. Bibirnya menyerang bibir gadis itu lagi. Dan dengan lihai tangan Dafa membuka kancing gadis itu satu per satu. Hingga terlihat buah ranum yang menggiurkan di depan matanya. Dan hanya dengan sekali sentak, kaitan kain pembungkus terlepas. Dafa tak menyia-nyiakan kesempatan, segera mencumbu d**a gadis itu. "Eum ... ah," desah Mita menikmati rasa ketika Dafa mencumbu leher dan dadanya. Lelaki itu terus mencumbu kekasihnya, seolah sedang memuaskan dahaganya. Ceklek Minah masuk ke dalam toilet dan sangat terkejut melihat percumbuan dua insan yang berbeda jenis itu. Keduanya tak menyadari akan kehadiran manusia lain di toilet itu. Hingga mereka menangkap suara pintu toilet yang berdecit ketika tertutup. Dafa segera menyudahi kegiatannya dan melihat Minah yang berlari menuju kelasnya. "Ayo Mit, kita pergi sebelum Rachel datang kemari. Karena gadis udik tadi teman sekelas Rachel. Kita tidak boleh ketahuan, kita masih membutuhkan gadis bodoh itu." Dafa panik setelah melihat kepergian Minah. Ia segera membantu membenahi pakaian Mita. "Ck, menyebalkan. Aku kan sudah bilang untuk mengunci pintunya. Kakak tidak mau mendengarkan aku. Inilah akibatnya." "Sudahlah, jangan sampai kita ketahuan. Atau kita kehilangan tambang emas kita." "Iya Kak, benar. Kalau Rachel tahu kita tak bisa memanfaatkannya lagi." "Bagus kalau kamu tahu. Nanti lanjut di rumahku saja ya Mit. Kebetulan Mama dan Papa sedang tidak ada di rumah." "Okay sayang." Cup. Mita mengecup bibir kekasihnya sebelum meninggalkan toilet dan kembali ke kelas masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN