Bab 17

1000 Kata
"Minah, tunggu!" panggil Andra. Sayang gadis itu sudah pergi. Minah berlari menuju kelasnya. Ia tak punya muka untuk berhadapan dengan Andra. Satu-satunya orang yang menerima keberadaannya. Kini semua pupus. Karena Andra ternyata satu geng dengan Raditya. Dan ia yakin Andra sudah tak mau berteman lagi dengannya. "Minah, kenapa kamu seperti menghindariku? Jangan-jangan kamu berpikir bahwa aku sama seperti Radit yang tega kepadamu. Sehingga kamu takut kepadaku. Aku tidak jahat Minah. Entah kenapa sudut hatiku ingin selalu memperhatikanmu. Dan hatiku sakit setiap kali kamu menderita," batin Andra. Andra sedih melihat Minah pergi begitu saja.  Minah berlari menuju ke kelasnya dengan perasaan yang campur aduk. Semua perkataan kasar Raditya menusuk relung hatinya. Dan tatapan dari Andra yang terlihat kecewa membuat ia sedih. Pasti setelah ini Andra tidak akan mau berteman lagi dengan dirinya. Karena Andra pasti sekarang sudah menganggap dia hanya anak pembantu. Walaupun kenyataannya lebih pahit. Dia hanya anak piatu yang hidup sendirian di kota itu. Ayahnya entah ke mana. Dan ia hanya hidup dari belas kasih Rasti dan Dimas. Tanpa mereka mungkin saat ini ia akan tidur di jalan. Lebih parah, mungkin ia sudah kelaparan. "Kak, pasti kamu sudah tak mau berteman dengan aku," gumam Minah sedih. Setelah beberapa lama berlari ia kelelahan dan menyandarkan tubuhnya di tembok depan kelasnya. "Sudahlah Minah. Tempat ini tidak cocok untukmu. Hanya orang-orang kaya yang bisa berteman. Fokuslah belajar dan tak perlu memikirkan tentang pertemanan." Minah menepuk jidatnya berkali-kali mencoba melupakan ekspresi Andra yang mengusik pikirannya. *** Suasana kantin seperti biasa, ramai dipenuhi para murid yang sedang menikmati makan siangnya. Minah berjalan ragu dan mengedarkan mata mencari keberadaan Raditya dan kawan-kawan. Sebenarnya ia tak nyaman dengan tempat itu semenjak insiden bersama Shena tempo hari. Tetapi sedari mata pelajaran ke tiga Raditya tak henti mengganggunya dan mengingatkan akan tugasnya yang baru tertunaikan belum genap sehari. Dari meja ujung Raditya melambaikan tangan ke arah Minah, memanggil manggil dengan mulut komat-kamit agar Minah mendekat. Minah mempercepat langkahnya menuju meja Raditya. Ia segera menghampiri Raditya dan kawan-kawan. "Lama amat sih!" cerca Raditya begitu Minah sudah ada di hadapannya. "Maaf Dit. Tadi guru suruh Minah mengantarkan buku tugas ke kantor." "Ya sudah! Cepat aku lapar." "Hah?" Minah tak mengerti maksud Raditya. "Huh, pesankan makanan untuk kami. Tunggu apa lagi?" "Maksudnya Minah yang harus pesankan, begitu?" "Iyes, kalau tidak untuk apa aku menyuruhmu datang ke kantin? Mentraktirmu begitu? Jangan mimpi!" Alex terkikik geli melihat Raditya begitu galak pada Minah. Sedangkan Andra terlihat kesal, tak suka dengan perlakuan kasar Raditya. Brakkk Tiba-tiba Andra menggebrak meja, Membuat Raditya dan Alex terkejut. "Apa-apaan sih Ndra?" Refleks alex marah karena terkejut. "Aku ambil sendiri makanannya." Andra beranjak berdiri dan menuju ke konter makanan. Raditya dan Alex hanya saling pandang, heran dengan sikap Andra. "Sana, kamu pesankan untuk kami berdua kalau Andra tidak mau." "Iya, iya. Kamu mau makan apa?" "Yang panas dan enak dimakan di cuaca begini. Minumannya yang dingin dan segar." "Apa itu?" "Tugas kamu pilihkan makanan itu dong. Masih mau bertanya lagi?" Minah menggeleng. "Ya sudah sana! Ini uangnya. Cepat kami sudah lapar." Minah menyusul Andra dan memesankan dua mangkuk soto dan es jeruk. Beruntung di konter makanan sudah tidak terlalu ramai. Minah kewalahan untuk membawa dua mangkuk soto yang masih panas. Karena nampan yang harusnya ada kini sudah tak tersedia. Mungkin sudah digunakan semua siswa yang datang ke kantin. Karena suasana cukup riuh. "Aduh, bagaimana caranya aku membawanya ke sana? Panas sekali mangkuk ini?" gumam Minah seorang diri. Panas dari kuah soto begitu menyengat mengenai tangannya. Ia meletakkannya kembali ke meja konter karena tak tahan. Diam-diam Andra memperhatikan Minah yang kebingungan. Ada rasa iba di hatinya melihat Minah kesulitan. Ia paham ini bukan pertama kalinya Raditya mengerjai orang. Tapi entah mengapa ia kesal saat Minah menjadi sasaran Raditya kali ini. Andra membawa makanannya ke meja. Menurunkan mangkuk dan gelasnya ke atas meja. Kemudian ia kembali ke konter makanan dengan membawa nampan miliknya. Raditya dan Alex semakin bingung dengan sikap Andra. Hingga keduanya melotot melihat Andra membantu Minah, si gadis udik. "Minah! Letakkan di sini!" perintah Andra dengan lembut. Minah melirik Raditya yang melotot padanya. "Nggak usah Kak, nanti Raditya tambah marah lagi." "Sudah abaikan saja cecunguk itu. Letakkan dulu di sini, nanti kamu yang bawa sendiri ke sana. Biar Raditya nggak marah." "Baiklah," jawab Minah dengan wajah yang berseri. Kini dua mangkuk dan gelas itu ia ambil alih dari tangan Andra. Mereka berjalan beriringan menuju meja makan Raditya. Sesekali keduanya berbicara pelan lalu tertawa. Membuat sepasang mata tak berkedip memandang aktivitas mereka berdua dengan kebencian. "Dasar udik sialan! Baru saja aku peringatkan jangan mendekati Radit. Dan sekarang dia malah mendekati Andra." "Lho Shen, kamu itu sebenarnya mau Radit apa Andra sih? Kok aku jadi bingung," komentar Wini teman satu geng Shena. "Diem deh Win. Jangan bikin aku tambah kesal." "Iya iya deh maaf." Shena menatap kebersamaan Minah dan Andra dengan penuh kemarahan. Sementara di sudut lain Rachel dan teman-temannya juga menatap Minah dengan intens. "Chel, ternyata dia nggak kapok kita kerjain kemarin. Lihat saja dia masih berani mencari simpati Kak Andra," ucap Vita. "Benar-benar cewek tak tahu diuntung." Rachel mengeratkan giginya karena marah. "Jangan-jangan dia sengaja mendekati Kak Andra untuk mendapatkan dukungan?" sahut Erina semakin memperparah keadaan. "Kenapa sih, nggak Mama, nggak Papa, nggak Kak Andra. Begitu peduli pada gadis udik menyebalkan itu?"batin Rachel kesal.. "Sudahlah biarkan. Nanti kita susun strategi baru untuk membuat udik menderita." Di meja Raditya. "Lama amat cuma ambil makanan begitu saja?" ucap Raditya kesal. "Maaf Dit. Tadi tidak ada nampan. Aku jadi tidak bisa membawanya. Untung ada Kak Andra." Andra yang mendudukkan diri di sebelah melirik Raditya sekilas, seakan memberi kode pada lelaki itu agar tidak membuat masalah lebih lagi. Raditya paham kemauan Andra. Hingga ia tak mau membuat masalah lebih lagi. "Ya sudah, letakkan." "Minah, kamu nggak makan?" tanya Andra. "Enggak Kak. Minah masih kenyang." Kruyuuk Perut Minah berbunyi karena sebenarnya ia lapar. Tapi ia tak punya uang untuk makan. Hari ini Tante Rasti belum pulang, jatah uang saku yang diberikan Raditya sudah diambil Rachel. Untung saja bunyi perutnya tidak terlalu keras. Jadi ia tak terlalu malu dibuatnya. Namun Minah salah, rupanya laki-laki yang duduk di sebelahnya dapat mendengar bunyi perutnya yang kosong. Dan lelaki itu semakin merasa kasihan pada Minah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN