Bab 3 Kamu akan menjadi milikku

1070 Kata
"Gimana?" tanya Nathan pada gadis itu, saat terlihat Jessi tengah berjalan dengan langkah gontai dan mendekat kearah Nathan, wajahnya menunduk dan dengusan dalamnya terlihat beberapa kali. "Nenek harus menginap disini, nenek terkena serangan jantung, dan...dia butuh pemasangan ring jantung secepatnya. Aku..." ucap Jessi pada lelaki itu dengan ringannya. "Aku apa?" tanya Nathan pada gadis itu. "Aku butuh satu bulan bekerja di diskotek dan bar untuk mendapatkan uang tersebut. Seratus lima puluh juta, uang yang bagiku tidak mudah aku dapatkan." Ucap Jessi yang terlontar begitu saja dari bibirnya. Jessi terlihat sangat tidak peduli pada perasaan lelaki di hadapannya itu, ia tidak peduli Natahan akan memandangnya seperti apa, yang ia tahu...ia harus lebih bekerja keras untuk tujuannya. Yaitu mendapatkan uang secepatnya. "Jess...kamu bilang apa tadi? kamu kerja di bar?? hah...diskotek??" ucap Nathan saat itu, hingga membuat pandangan lelaki itu pada Jessi sedikit berubah. Lelaki itu mengira, Jessi adalah cewek nggak bener, ia merasa tantangan yang akan ia bayangkan sulit untuk mendapatkan Jessi, nyatanya jalannya malah sudah terbuka lebar di depannya. Karena gadis itu terlihat demi uang akan berbuat apa saja. Nathan hanya mengangguk-angguk mengerti sebagai jawabannya. "Nathan segera meraih tangan gadis itu dan menariknya paksa, membawanya menuju ke kursi tunggu yang ada disana. Lelaki itu lalu mendudukkannya di kursi tersebut, lalu ia pun turut duduk pula disana. "Hei...apa kamu mau uang?" tanya Nathan pada gadis itu. Dan seketika itu pula Jessi segera menatap kearahnya. Tatapannya penuh arti dan tanya. "Hei...jangan menatapku seperti itu ya!" ucap Nathan lagi. "Maksud kamu apa?" tanya Jessi yang langsung pada intinya. "Harusnya kamu sudah tahu maksud aku apa." Ucap Nathan lagi. "Aku beneran nggak tahu maksud kamu, eh tunggu kamu yang namanya Nathan kan?" tanya balik Jessi pada lelaki di sampingnya. "Nggak penting Jess itu sekarang, yang penting...kamu sedang butuh uang kan?" tanya Nathan yang seolah terus mengejar gadis itu, menggiringnya agar berkata "iya". "Iya, jelas aku butuh uang secepatnya. Dan uang itu aku dapatkan dengan cara bekerja. Kamu tanya sedari tadi padaku, memangnya kamu mau ngasih kerjaan apa padaku?" tanya Jessi pada lelaki itu. "Berapa yang kamu butuhkan?" tanya Nathan yang malah bertanya berapa jumlah uang yang Jessi butuhkan, bukannya menjawab apa yang gadis itu tanyakan padanya. Jessi yang mendengarnya hanya bisa membuang muka menatap kearah lain. Hingga membuat lelaki itu geram, karena ia sudah kian penasaran dan ingin segera mendapatkan Jessi seutuhnya. "Hei! aku tanya padamu!" ucap Nathan dengan kedua tangan yang kasar menekan dan memaksa kedua lengan gadis itu, agar Jessi menatap kembali kearahnya. "Sakit Nathan..." ucap Jessi dengan rintihannya, namun Nathan malah terfokus pada bibir merah ranum milik Jessi yang terlihat mengaduh kesakitan. "Makanya jawab!" ucap Nathan dengan sedikit nada meningginya. "Seratus lima puluh juta." Ucap Jessi dengan bibir yang susah ia buka, dan suara yang hampir hilang tertelan. "Seratus lima puluh juta?" tanya Nathan lagi pada gadis itu yang mengulangi apa yang Jessi ucapkan. Dan Jessi lalu mengangguk sebagai jawabannya. "Oke aku sudah tahu sekarang nominalnya. Jika kamu kerja di bar dan juga diskotek itu, berapa hari kamu bisa mengumpulkan uang sebanyak itu?" tanya Nathan pada gadis itu. "Mungkin...selama satu bulan, itu juga bisa lebih, sedangkan nenek aku sudah nggak ada waktu selama itu. Apa kamu mau meminjamiku? pasti aku akan kembalikan lagi, aku janji padamu." Ucap Jessi dengan rengekannya. "Nanti aku kabari lagi deh...aku usahakan, tapi nggak gratis ya...sekarang kamu temani nenek kamu dulu, aku mau balik dulu." Ucap Nathan saat itu. Lalu mengambil paksa ponsel yang ada di tangan gadis itu disana, dengan paksa pula lelaki itu menarik ibu jari tangan kanan Jessi dan menekankannya pada kunci sidik jari pada ponsel gadis itu. Jessi hanya menatapnya saja dan mengawasinya. Sampai ponsel itu kembali ke tangannya. "Tuh simpan nomor aku baik-baik." Ucap Nathan pada gadis itu lagi, dan Jessi hanya mengangguk sebagai jawabannya. Lalu Nathan pun pergi setelah melihat anggukan dari gadis itu disana. Kini hanya tinggal Jessi sendirian. "Saudara? akankah mereka mau membantu? mereka sendiri kesusahan." Ucap Jessi pada dirinya sendiri yang mencoba menekan perasaan ingin meminta bantuan pada sanak saudaranya yang ada di kampung. "Apa aku jual saja rumah dan tanah nenek yang ada di kampung?" ucap dalam hati gadis itu lagi yang merasa sangat kacau dan bimbang. Dimana ia saat itu tengah membutuhkan uang untuk biaya sang nenek di rumah sakit Kota, tapi Jessi juga khawatir ibunya yang sudah belasan tahun pergi akan kembali lagi dan hanya rumah di kampung itu yang menjadi tujuannya. Jessi dan neneknya pergi dari kampung dan memilih menempati rumah kontrakan di Kota untuk kehidupan yang lebih layak lagi. Jessi kuliah dan juga mendapatkan pekerjaan di Kota, namun karena di Desa tidak ada yang merawat sang nenek, akhirnya gadis itu membawa neneknya serta ke Kota. Sedangkan di rumah Nathan. Setelah sampai rumah, lelaki itu langsung saja mencari keberadaan papanya. Ia bermaksud berdiskusi dengan sang papa mengenai kepindahannya kuliah, saat itu papa Nathan menyarankan sang putra kuliah ke luar Negeri agar bakat lukisnya kian terasah dan banyak peminatnya dari luar Negara. Nathan akan menyetujuinya dengan syarat meminta sejumlah uang untuk di berikannya pada Jessi. Namun di balik itu jelas Nathan punya niat tersembunyi disana. Selain ia ingin mendapatkan Jessi, ia juga akan pindah kuliah. Namun itu juga tidak memberatkannya. "Papah..." sapa Nathan saat melihat papanya ada di ruang kerja. Lelaki paruh baya itu pun segera menyuruh sang putra masuk dan duduk di kursi depan meja kerjanya. "Ada apa? tumben nyari papa, kelihatannya serius sekali sih?" ucap papa Nathan pada sang putra. "Pah...Nathan mau pindah kuliah seperti yang papa sarankan, tapi...Nathan punya satu syarat." Ucap Nathan pada papanya, dan saat itu sang papa hanya mengangguk-angguk saja. "Apa? katakan?" tanya papa Nathan pada anaknya. "Emb...Nathan boleh pinjam uang nggak pah? lima puluh juta saja?" ucap Nathan pada papanya, karena ia sudah punya simpanan sendiri sampai seratus juta lebih saat itu. Papanya yang merasa sang putra memiliki syarat yang lumayan ringan itu pun hanya bisa menganggukinya. "Boleh, baiklah...papa transfer sekarang." Ucap papa Nathan pada sang putra. "Baiklah Jessi...kamu akan menjadi milikku sekarang." Ucap Nathan dalam hati yang masih penasaran karena gadis itu. Segera saja Nathan menghubungi Jessi, saat ia sudah keluar dari dalam ruang kerja papanya. "Kamu dimana?" ucap pesan Nathan yang ia kirimkan pada gadis itu. Dan kebetulan Jessi saat itu tengah naik kendaraan umum untuk pulang kerumah, untuk mengambil berkas-berkas yang rumah sakit minta. "Di bus, sedang dalam perjalanan pulang ke kontrakan." Jawab balasan gadis itu disana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN