Bab 4 Menanti tarian tubuhmu.

1027 Kata
"Aku ke rumah kamu sekarang!" ucap Nathan pada gadis itu. Pada pesan yang ia kirimkan pada Jessi. "Emb... oke." Jawab gadis itu pada pesan balasannya disana. Hingga beberapa saat, bus yang di tumpangi Jessi berhenti tepat di jalan besar yang ada disana, di depan gang masuk rumahnya. Terlihat disana sudah ada Nathan yang ternyata sudah sampai duluan disana. Terlihat lelaki itu sudah berdiri di depan ujung gang masuk rumah Jessi saat itu. "Udah lama nungguinnya? ada apa?" tanya Jessi pada lelaki itu disana. "Mau tidur denganmu!" jawab Nathan disana. Jessi memang tidak kaget mendengar kata-kata lelaki itu. Memang banyak pelanggan di club yang sering menggodanya dan menawarinya untuk tidur dengannya. Namun Jessi menolaknya semua, karena kerjaannya hanya menemani mereka minum saja tidak lebih. "Ayolah Than... ini bukan waktunya bercanda. Aku sangat menerimamu dengan baik karena kamu baik dan karena kamu menolongku serta nenek tempo hari. Jadi... jangan buat aku sekarang ngusir kamu ya!" "Aku serius! aku akan beri uang yang kamu butuhkan itu kemarin. Gimana?" tanya Nathan pada gadis itu. Terlihat Jessi tengah kebingungan disana. "Emb... masuk dulu deh... kita bahas di dalam." Ucap Jessi pada lelaki itu. Jessi berjalan duluan mendahului Nathan saat itu. Dan terlihat Nathan tengah mengikutinya disana. Sampai keduanya berhenti di depan rumah Jessi dan terlihat gadis itu tengah mengeluarkan kunci rumah dari dalam tas nya dan membuka pintu rumah tersebut. "Duduk Than... aku ambilkan minum." Ucap Jessi pada lelaki itu. Nathan pun dengan patuh segera duduk di sofa ruang tamu Jessi. Terlihat gadis itu segera melepas jaket levis yang di kenakan nya disana. Tinggal kaus putih lengan pendek dan rok pendek levis yang gadis itu kenakan saat itu. Nampak membuat Nathan sedikit menelan ludahnya disana. Dan beberapa saat gadis itu kedalam, lalu keluar kembali menuju ke arahnya dengan membawa sebotol minuman kaleng di tangannya. "Cola mau kan?" tanya Jessi pada lelaki itu. Dan Jessi segera memberikan minuman kaleng cola itu untuk Nathan setelah lelaki itu memberi isyarat dengan anggukannya disana. "Gimana? kamu mau bantuin aku?" tanya Jessi penasaran. Dimana otaknya seakan sudah gelap dan tidak bisa berpikir jernih lagi. "Emb... tapi dengan syarat!" ucap Nathan sembari beranjak mendekat kearah gadis itu, dan duduk tepat di sebelah Jessi disana. "Kamu harus menjadi kekasihku selama satu bulan. Emb... mungkin lebih satu mingguan. Dan selama itu, kamu nggak boleh kerja. Aku akan tanggung makan kamu tiap hari. Gimana?" tanya Nathan pada gadis itu. Terlihat gadis itu belum memberi jawaban setelah beberapa saat Nathan menungguinya. "Emb... seratus lima puluh juta... belum lagi biaya hidup setiap harinya aku tanggung. Hemz... sebulan lebih satu minggu... dengan gaji sebegitu banyaknya... bodoh kalau kamu mau menolaknya! berapa bayaran kamu menemani om-om mabuk di club malam hemz... apa kamu akan melewatkan kesempatan ini?" ucap Nathan yang mencoba meyakinkan gadis itu. "Emb... hanya jadi pacar aja?" tanya Jessi lebih jelasnya. "Kalau pacar harusnya kamu tahu sayang... apa yang dilakukan orang pacaran kan? jelas hubungan ranjang! dan... salah satu syaratnya itu juga. Kamu tidak boleh menolak keinginanku untuk bercinta denganmu meskipun kamu berada di tempat umum sekalipun. Itu ibaratnya. itu pun kalau kamu mau. Kalau nggak ya... nggak apa... aku pergi aja... nggak mungkin kan aku ngabisin waktu aku disini dengan sia-sia." Ucap Nathan yang lalu akan beranjak pergi dari sana. Seakan membuat Jessi terdesak saat itu. Ia berat karena jujur Jessi belum pernah tidur atau berhubungan ranjang dengan lelaki manapun. Itu yang membuat Jessi begitu berat. Namun... ia sangat membutuhkan uang itu untuk neneknya. Hingga akhirnya ia mencekal tangan Nathan disana. Membuat lelaki itu menghentikan langkahnya saat itu. Sembari menyunggingkan senyumannya disana. Lalu Nathan berbalik menghadap kearah Jessi. "Apa aku nggak dengar?" tanya lelaki itu. Oke... oke aku setuju. Tolong... transfer ke rekening aku." Ucap Jessi disana. Dan Nathan segera menganggukinya. "Mana?" tanya singkat lelaki itu. Dan Jessi segera memberikan nomor rekening yang ada di ponselnya untuk Nathan. Hingga beberapa saat. Jessi melihat notivikasi dari M-Bankingnya jika sudah masuk transferan dari Nathan sebanyak seratus tujuh puluh juta saat itu. "Ini... ini kenapa banyak sekali?" tanya Jessi pada lelaki itu. Dan Terlihat Nathan tengah membungkukkan badannya ke depan Jessi, mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu, sembari satu tangan lelaki itu mengangkat dagu Jessi keatas sedikit naik disana. "Aku memberimu lebih... karena aku ingin melihat tarian dari liukan tubuhmu nanti. Mengerti?" ucap Nathan disana sembari mendaratkan kecupan lembut di bibir gadis itu. "Tapi Than... sepertinya kamu salah sangka padaku! aku bukan gadis penghibur seperti yang kamu pikirkan! aku tidak bisa menari dan menyanyi, tapi aku hanya..." ucap Jessi yang tertahan karena Nathan sudah meletakkan tas ransel yang di bawanya dan menghujani bibir gadis itu dengan ciumannya, hingga terlihat Jessi terengah disana. Barulah Nathan mengerti. "Hei... sayang... kamu terengah? ayolah... kamu jangan membuatku terkejut begini! kamu benar-benar masih polos? atau pura-pura sih?" ucap Nathan sembari satu tangannya segera beralih ke d**a Jessi yang terlihat menggunung di depannya. Satu telapak tangan Nathan serasa tidak cukup untuk memerasnya disana. Tidak bisa mencakup keseluruhan satu bagian saja. Nathan begitu terkejut saat itu. Tangannya jelas merasakn ganjalan mengeras disana. Dan Nathan langsung tahu jika d**a itu belum pernah terjamah sebelumnya apa lagi sampai di peras dengan kuat. Segera lelaki itu menurunkan tangannya sembari tertawa lebar namun tanp suara. ia melihat wajah gadis itu sebentar saja sudah merona. Membuat Nathan seakan tidak percaya. "Kamu kerja di Bar mana? Club mana?" tanya Nathan saat itu. Sembari satu jemarinya menyibakkan sedikit rambut yang ada di pelipis gadis itu. Jessi terlihat masih mengatur nafasnya disana, sungguh saat itu adalah pertama kalinya ia merasakan dadanya sedikit tidak nyaman karena ulah tangan nakal Nathan tadi. "Bar bunga!" ucap lirih Jessi saat itu sembari menyandarkan kepalanya ke lengan lelaki yang sudah duduk di sampingnya saat itu. Nathan segera tahu jika bar tersebut adalah bar khusus anak-anak klub sepeda motor atau klub mobil tertentu yang nongkrong disana. Dan jelas minuman beralkohol nya pun standarnya sangat jauh. Bisa dibilang bahkan tidak ada sampai lima puluh persen. Meskipun juga bisa memabukkan namun selalu ada penjaga yang menjaga para pekerjanya. Karena yang nongkrong disana hanya untuk berkumpul sharing dan seru-seruan saja. Ada juga om-om, namun Jessi hanya menemani untuk mengambilkan minum saat pelanggannya memesan. Tidak lebih dari itu. Jangan lupa di klik love nya ya... di komenin juga... makasih banyak...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN