Episode 5 : Pertemuan Pertama

1698 Kata
Dharen tengah menjalani perjalanan dan duduk di bangku penumpang. Dalam diamnya, ia masih memikirkan pertemuan pertamanya dengan Shelena, bahkan ia memang tidak bisa berhenti memikirkannya. Bukan mengenai kecantikan Shelena yang bahkan memiliki tubuh idaman, melainkan kehadiran gadis itu yang tiba-tiba saja mendorongnya, tepat ketika ia baru saja meninggalkan pintu apartemen, di mana di saat itu, ada sosok misterius yang berusaha melukainya menggunakan belati tajam, tetapi karena Shelena tiba-tiba datang dan menghantam tangan kanan sosok tersebut yang mengendalikan belati, menggunakan ransel, rencana penusukan terhadapnya gagal total. Meski kejadian dua hari lalu itu merupakan pertemuan pertamanya dengan Shelena, tetapi Dharen merasa tidak asing terhadap sosok Shelena. Pun meski ia sempat melihat foto Shelena. Rasanya, semakin ia menatap lebih dekat wajah Shelena bahkan kedua tangannya juga bergerak dengan sendirinya menyentuh, membelai wajah berikut rambut panjang berwarna hitam gadis itu yang begitu indah ... Dharen justru merasa sebelumnya, mereka sudah memiliki hubungan yang begitu dekat.  Sayangnya, belum sempat berucap juga saling sapa, Shelena yang terlihat keletihan justru tiba-tiba pingsan, di mana Dharen juga refleks menahannya dalam dekapan erat. Sebuah gerakan refleks dengan rasa kekhawatiran yang begitu membuncah. “Tuan Muda, mengenai kasus kemarin. Ternyata dia Manager Pelaksana yang baru saja Tuan pecat setelah terbukti melakukan penggelapan uang,” ucap Pak Hans yang duduk di sebelah sopir, dan merupakan orang kepercayaan Dharen. Dharen mengernyit dan menepi dari lamunannya. “Semuanya sudah diproses sesuai hukum. Dan mengenai Nona Shelena,” sambung Pak Hans. Ketika nama Shelena di sebut, Dharen kian mengernyit atas keingintahuannya terhadap gadis itu. Bahkan Hans, pria berusia empat puluh tahun itu bisa membaca ketertarikan majikannya terhadap Shelena. “Nona Shelena baik-baik saja, Tuan. Dan saya juga memastikan, Nona Shelena tidak mengetahui hubungan Tuan dengan Nona Mikha, termasuk keberadaan Tuan di depan apartemen Nona Mikha kemarin malam, tepat di pertemuan pertama kalian.” Dharen menghela napas lega sambil menegakkan punggungnya. “Tetapi mengenai kabar ini, Keluarga besar sudah mengetahui rencana Tuan, mengenai lamaran berikut pernikahan yang ingin Tuan laksanakan segera,” tambah Pak Hans. Dharen mengernyit sarat kekesalan. “Aku bisa mengatasinya.” Dharen berangsur bersedekap kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempatnya duduk sambil memejamkan mata. “Tetapi mengenai Nona Shelena,” tahan Pak Hans. “Kenapa kamu terus membahasnya? Bahkan kamu tahu kalau dia sama sekali tidak penting! Dia hanya mainan baru untukku dan setelah itu pun, aku hanya akan memanfaatkannya!” saut Dharen dengan mata yang masih terpejam. Pak Hans tertunduk. “Maaf, Tuan. Tetapi Nona Shelena tidak seperti yang kita pikirkan. Dia berbeda.” Merasa jengkel, Dharen pun membuka matanya. “Pak Hans, buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya! Kita sama-sama tahu, betapa serakahnya Roy ayahnya! Juga, betapa brengseknya Shean yang sudah membuat adik Mikha depresi! Sudah jangan membahasnya lagi!” Ia menatap tajam, bahkan nyaris menerkam Pak Hans yang sampai menghadap padanya. “Baik, Tuan.” Pak Hans menutup obrolan sambil menunduk sopan. “Omong-omong, kamu belum memberitahuku mengenai perjalanan pendidikannya. Umurnya baru 20 tahun beberapa hari lalu, dengan kata lain, seharusnya dia masih kuliah, kan?” ucap Dharen tiba-tiba dengan nada yang terdengar masih sewot. Pak Hans kembali menghadap Dharen dengan sopan. “Jangankan sekolah, keluar dari rumah saja tidak pernah, Tuan.” Dharen mengernyit tidak percaya. “Apakah kamu sangat menyukainya? Kenapa dari tadi kamu terus membelanya?!” “Mana mungkin dia tidak sekolah bahkan keluar rumah, jika kemarin saja, pukul 12 malam dia masih keluyuran di apartemen!” Dharen makin meledak-ledak. Sedangkan lawan bicaranya masih menyikapinya dengan sangat tenang. Lain halnya dengan sang sopir yang sudah berulang kali menghela napas pelan saking tegangnya. “Mengenai itu, kabarnya, selama satu minggu, tiba-tiba Nona Shelena menghilang secara misterius. Itu kenapa Tuan Shean langsung marah dan menuding Tuan mengenai menghilangnya Nona Shelena selama satu minggu.” Dharen langsung diam. Mengenai tudingan Shean yang dimaksud Pak Hans, di awal ia mengantar Shelena, Shean yang terlihat sangat marah memang menjeratnya dengan pertanyaan tersebut. Hanya saja, Dharen sengaja membuat Shean kesal tanpa melakukan banyak pertimbangan dengan jawaban yang dia berkan. Di mana, ia mengatakan jika kepergian Shelena selama satu minggu itu untuk bersamanya. Dia dan Shelena menghabiskan waktu bersama. *** Sambil membiarkan Ratri mengurus rambutnya, Shelena mulai bersiap membaca buku usang pemberian Shean. Yang membuat Shelena merasa aneh, kenapa dadanya berdebar-debar? Kenapa ia harus merasa begitu tegang hanya karena ia akan membaca buku yang sempat membuatnya ketakutan lantaran buku itu juga sampai mengeluarkan cahaya yang begitu berkilau? Bahkan, ada ketakutan-ketakutan tersendiri yang berangsur menyekapnya.  Namun, kendati ketakutan-ketakutan yang menyekapnya sempat membuatnya ragu membuka lembar pertama buku tersebut, Shelena justru menuntut dirinya untuk segera mengetahui isi buku yang ia yakini memiliki rahasia besar. Ia harus segera mengetahuinya agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi apalagi sampai merugikan. Terlebih, buku tersebut juga menceritakan mengenai seorang Tuan Putri yang menikahi kakaknya sendiri, terlepas dari buku tersebut yang merupakan pemberian Shean. Dan beberapa detik kemudian, lembar pertama buku usang tersebut akhirnya berhasil Shelena buka. Di antara dengung suara pengering rambut, Shelena membacanya. -- Semua berawal dari pertemuan tak terduga. Pertemuan tak terduga yang langsung membuat keduanya begitu menikmati kebersamaan mereka. Putri Rosella yang selama ini hidup terkekang, benar-benar tak dianggap hanya karena terlahir menjadi seorang wanita, dipertemukan dengan seorang pemuda pemberani yang rela bertaruh nyawa untuknya. Pria berambut keemasan itu, memiliki sorot mata tajam berwarna cokelat yang begitu memikat, dan dari sorot mata itu juga, Putri Rosella menemukan kehangatan sekaligus kedamaian. Kala itu, Putri Rosella terbangun lantaran bising suara dari pedang yang saling diadu menyerupai suara peperangan. Belum lagi, Putri Rosella juga dikejutkan oleh percikan darah yang menyambut pandangannya dan langsung membuatnya terlonjak. Pemandangan yang membingungkan itu tak hanya membuat Putri Rosella takut, sebab gadis anggun itu juga bekerja keras untuk mengambil keputusan lantaran selain peperangan di hadapannya begitu menakutkan, keberadaannya di kereta kuda tak berkusir juga sudah dihadapkan pada jurang yang hanya tinggal tak kurang dari lima meter! Putri Rosella memutuskan menyelamatkan diri dengan loncat dari kereta kuda yang membawanya. Namun, bukannya merasakan sakit, sesosok pria yang menutupi kepala beserta wajah dengan kain sutera berwarna merah, berhasil menangkap tubuh Putri Rosella. Pria itu membawa pergi Putri Rosella menggunakan kuda yang dipacu sangat cepat, bahkan meski Putri Rosella sempat berusaha menolak. Selain itu, demi menghindari kejaran pasukan yang kiranya tinggal 20 orang, pria itu sengaja memanfaatkan kuda yang nyaris terjun ke jurang, untuk menghalang-halangi kejaran. Alam bebas, jalan setapak di antara pepohonan hutan yang rindang hingga berakhir di hamparan gersang yang dikuasai nuansa jingga pekat, selaku saksi pertemuan senja dan matahari. Matahari terbenam! Putri Rosella yang sempat kebingungan apakah pria yang membawanya menggunakan kuda merupakan orang yang bisa dipercaya atau tidak, langsung bersorak girang. Putri Rosella tak hentinya berlari ke sana-kemari sembari membentangkan tangannya saking senangnya, untuk pertama kalinya bisa menikmati alam bebas terlebih matahari tenggelam. -- Membaca itu, d**a Shelena menjadi terasa sesak sedangkan kedua matanya yang terasa memanas juga sudah basah. Ini kejadian kemarin. Kenapa bisa begini? Sebenarnya ini buku apa? Kenapa bisa sama seperti yang kualami bersama Dharen?  Shelena gelisah. Ia menduga-duga, dengan kata lain, ialah yang menjadi Tuan Putri Rosella? Dan jika buku tersebut menceritakan tentang Tuan Putri Rosella yang menikahi kakaknya sendiri, apakah di masa lalu, Dharen adalah kakak yang ia nikahi? Tapi, masa iya? Atas dasar apa bisa sangat kebetulan? Dan bila memang di masa lalu ia menikahi kakaknya sendiri, kenapa sekarang, Dharen justru kembali ingin menikahinya? Apakah ada ikatan khusus yang membuat mereka merasakan kehidupan di masa lalu? Kehidupan masa lalu? Memangnya apa yang ia alami, memang kehidupan masa lalu? Bagaimana jika itu hanya delusi? Meski belum beres membaca, berikut rambutnya yang belum selesai dikeringkan oleh Ratri, Shelena bangun dari duduknya dengan ketegangan yang menguasainya. “N-nona, ada apa?” tanya Ratri bingung sesaat setelah mematikan mesin pengering rambutnya. Shelena yang awalnya membelakangi Ratri segera balik badan, menatap pelayan khususnya itu. “Aku harus bertemu Kak Shean,” sergahnya sambil menenteng buku usangnya. Aneh saja, kejadian yang ia alami bersama Dharen setelah buku usang yang ia dapatkan dari Shean tiba-tiba bergerak, terasa panas dan bahkan sampai mengeluarkan cahaya begitu silau yang langsung menariknya, tercatat sangat detail dengan awal cerita yang tertulis di sana. “Tapi sepertinya Tuan Muda sudah berangkat ke kantor, kan, Non?” tahan Ratri. Shelena tak peduli dan terus melangkah dengan keyakinannya. Ia harus bertemu, meminta penjelasan Shean secepatnya. Mengenai buku usang yang ia dapatkan, berikut kejadian aneh yang menimpanya. Ia yakin kejadian itu bukan semata delusi. *** Shean masih menatap serius Roy yang terduduk pada kursi kehormatannya. Pada salah satu gedung pencakar langit yang dinding sekitarnya berdominan kaca hingga penghuni di sana bisa melihat suasana di luar dengan leluasa, ia masih menunggu balasan sang ayah mengenai hubungan Shelena dengan Dharen. “Apa yang membuat Dharen sampai mengenal Shelena bahkan selama seminggu Shelena menghilang, mereka justru bersama?” Shean yang berdiri di depan meja kerja megah Roy, menatap sang ayah prihatin sekaligus kecewa.  “Bahkan aku yakin, Papa juga tahu Dharen itu bukan pria baik-baik! Dia bisa mendapatkan banyak wanita dengan sangat mudah bahkan bisa jadi, dia hanya akan memanfaatkan Shelena, Pa!” Roy menghela napas kemudian mengulas senyum. “Kamu ini kenapa? Ini pencapaian luar biasa yang pernah kita lakukan karena kita bisa menembus perusahaan Universal Vision, bahkan kita sampai memiliki 30 persen saham di sana,” ucapnya. Shean langsung menahan ucapan Roy, “jadi maksud Papa, Papa sengaja memanfaatkan Shelena untuk mendapatkan 30 persen saham di Universal Vision?!” Roy tersenyum sarkastis sambil mengangguk santai di tengah kedua tangannya yang saling mencengkeram di depan tubuh. “Bila terjadi apa-apa dengan Shelena bagaimana? Kenapa Papa menempatkan Shelena dalam posisi sulit?” “Dharen itu pria yang sangat licik, Pa! Dan sampai kapan pun, aku nggak akan pernah rela kalau dia yang menjadi suami Shelena!” tegas Shean dengan suara lantang. “Sebenarnya kamu ini kenapa, Shean?” balas Roy terheran-heran. “Batalkan semuanya dan biarkan Shelena menjalani kehidupan bebas!” balas Shean masih sarat penuntutan. Roy menatap Shean dengan mengernyit. “Pergi dan lupakan ini. Mengenai Shelena, biarkan dia berguna untuk kita!” “Pa!” Nada suara Shean meninggi bahkan menggelegar. Roy yang tak percaya dengan apa yang Shean lakukan terhadapnya, sampai refleks bangkit dari duduknya. “Sudah lupakan dan kerjakan apa yang seharusnya kamu kerjakan!” bentak Roy. “Kalau Papa nggak mau menghentikannya, biar aku yang mengurusnya sendiri!” tegas Shean sesaat sebelum berlalu dengan emosi yang meledak-ledak. Bahkan selain rahangnya yang mengeras, kedua tangannya juga mengepal kencang. Di waktu yang sama, ketika Shean baru saja meninggalkan ruang kerja Roy, tak jauh dari ruang tersebut, Dharen dan keenam ajudannya yang mengenakan setelan hitam lengkap dengan kacamata tebal berwarna senada, berangsur menghentikan langkah mereka. Dharen menyambut Shean dengan seulas senyum yang terlihat begitu santai, sedangkan yang bersangkutan justru semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.  Meski langkahnya sempat memelan ketika mendapati Dharen berikut ajudan pria itu ada di depan matanya dan dengan kata lain akan menemui Roy, Shean segera menghampiri Dharen dengan langkah tergesa. Di mana, mendapati itu, keenam ajudan Dharen juga langsung bergerak cepat menghentikan Shean, menjauhkannya dari tuan mereka. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN