bc

Cinta CEO dan Tuan Putri

book_age18+
2.1K
IKUTI
30.9K
BACA
reincarnation/transmigration
HE
time-travel
goodgirl
CEO
heir/heiress
bxg
icy
another world
crown prince
like
intro-logo
Uraian

“Berikan Shelena kepada saya,” pinta Dharen.

Roy bergeming saking terkejutnya mendengar permintaan Dharen.

“Saya harus segera menikahinya, karena dia sudah mencuri hati saya!” lanjut Dharen yang kemudian menghela napas. Kenyataan yang langsung membuat Roy membelalak tak percaya dengan mulut terbuka.

*****

Cinta CEO dan Tuan Putri merupakan kisah cinta dua dunia. Menceritakan seorang gadis bernama Shelena yang disembunyikan oleh sang ayah, hanya karena Shelena terlahir sebagai wanita. Namun, semenjak mendapatkan buku usang dari Shean sang kakak, kehidupan Shelena menjadi berubah drastis, lantaran dari buku tersebut, Shelena menjalani perjalanan waktu dan membuat Shelena ada di kehidupan sebelum bereinkarnasi.

Dari kehidupan di masa lalu tersebut, Shelena mengetahui jika dirinya pernah sangat dicintai. Di masa lalu, Shelena yang ternyata seorang tuan putri, memiliki kekasih bahkan suami yang merupakan calon raja dari kerajaan Safron bernama CEO. Hanya saja, karena kerajaan mereka saling bermusuhan, hubungan mereka juga tidak mudah. Parahnya, ketika Shelena kembali ke kehidupan nyata, Dharen selaku pria arogan yang menjebak Shelena dalam perjodohan, dan sangat mirip dengan CEO, justru tidak mengenali Shelena. Di mana yang ada, Dharen justru berusaha menghancurkan Shelena demi cinta yang lain yaitu Mikha istri Dharen.

Akankah Shelena bisa bersama dan kembali mendapatkan cinta Dharen, sedangkan selain Dharen yang sudah menikah, Shelena justru dijual kepada tua bangka untuk membayar hutang?

Cover by : Maple Design

chap-preview
Pratinjau gratis
Episode 1 : Lamaran Dari Tuan Muda Dharen
“Saya harus segera menikahinya, karena dia sudah mencuri hati saya!” Episode 1 : Lamaran Dari Tuan Muda Dharen *** Hening. Dua buah cangkir kecil yang terbuat dari tanah liat lengkap dengan teko dan berisi teh hijau, tersaji di meja kaca. Cangkir berikut teko yang sama-sama masih mengepulkan asap tersebut, menjadi saksi bisu kebersamaan Roy dan Dharen. Dan yang menjadi perbedaan mencolok di sana, tak lain perihal ekspresi kedua penghuninya. Karena ketika Dharen si pria muda bertubuh tinggi, terlihat begitu tenang bahkan santai, Roy si pria paruh baya justru dilanda keresahan. Hal tersebut terjadi sesaat setelah Roy dibuat terkejut tatkala Dharen selaku pewaris tertinggi perusahaan pertelevisian di Indonesia--sebuah bidang usaha yang juga Roy geluti, tiba-tiba berkunjung ke perusahaan Roy. Antara kehormatan, atau malah malapetaka, ketika Tuan Muda yang terkenal dingin itu sampai berkunjung. Pun meski Roy yakin, perusahaan pertelevisiannya tidak membuat masalah dengan perusahaan besar milik keluarga Dharen. Hanya saja, semenjak kedatangannya, Dharen yang sampai dikawal enam ajudan pria berseragam setelan jas hitam, begitu santun kepada Roy. Benar-benar pemandangan aneh dan terbilang sangat langka. Akan tetapi, keadaan tersebut tak lantas membuat Roy berhenti bertanya di dalam hatinya. Apakah Roy atau orang perusahaannya, telah melakukan kesalahan fatal, hingga Dharen sengaja menampar Roy, melalui sikap santun layaknya sekarang? Karena tidak mungkin juga, Dharen berkunjung tanpa alasan, apalagi Roy bahkan semua orang paham, bahwa sedetik waktu Dharen begitu berharga. “Tuan Muda Dharen, sebuah kehormatan bagi saya karena Tuan mau berkunjung ke kantor kecil saya,” ucap Roy membuka obrolan setelah sampai menuangkan teh hijau dari teko untuknya dan juga Tuan Muda di hadapannya. Dharen mengulas senyum sambil menaikkan sebelah kakinya ke atas kaki sebelahnya. Gaya yang membuat pria berusia dua puluh lima tahun berwajah tampan itu, terlihat sangat menawan layaknya seorang putra mahkota dari kerajaan besar. “Jadi, adakah yang bisa saya bantu untuk Tuan Muda?” sambung Roy masih bersikap semanis mungkin. Semoga, ketakutan yang tengah mengacaukannya, tidak terbukti. Roy benar-benar berharap, kedatangan Dharen ke kantor Roy, hanya untuk urusan biasa, tanpa masalah besar apalagi keadaan yang mengancam usaha Roy. Mendadak, Dharen berdeham. Gayanya santainya kontras dari sikap dingin yang selama ini santer terdengar. “Saya dengar, Anda mempunyai putri yang sangat cantik?” Dharen mengempaskan punggungnya pada sandaran sofa tempatnya duduk, sesaat setelah mengibaskan sebelah jas hitam bagian depan yang dikenakan. Dharen menatap Roy sambil menunggu balasan dari pria paruh baya berparas gagah itu. Anehnya, kenapa wajah Roy langsung terlihat sangat masam dan pucat? Terlepas dari itu, Roy juga terlihat sangat marah hanya karena Dharen membahas putri cantiknya. “Apakah Shelena membuat masalah kepada Tuan Muda?” sergah Roy terdengar geram sekaligus tak percaya. Terlepas dari itu, apa yang menimpanya kali ini yaitu harus berhadapan dengan Dharen, memang sangat membuatnya tertekan. Dharen mengangguk pelan sembari mengedipkan sendu matanya. Dan mendapati itu, Roy menghela napas dalam. Kali ini tak hanya kecemasan, melainkan emosi di antara napasnya yang terdengar memburu. “Kenapa ini bisa terjadi? Bukankah selama ini aku selalu mengurung Shelena? Tapi kenapa sekelas Dharen sampai mengetahui Shelena? Bahkan Shelena membuat masalah dengan Dharen?! Apakah semua wanita memang ditakdirkan hanya untuk membuat masalah?” batin Roy. Dharen tersenyum sarkastis ketika kedua tangan Roy mengepal kencang dan sampai menghantam lutut. Roy terlihat sangat marah. “Kesalahan fatal apa yang telah Shelena lakukan kepada Tuan? Saya benar-benar minta maaf atas kelalaian ini. Saya janji, hal semacam ini tidak akan terjadi lagi,” sesal Roy yang kemudian menunduk gagah. Ia bak ksatria yang begitu pemberani. Mau meminta maaf padahal belum mengetahui cikal bakal perkara yang dihadapi. Dharen tak langsung menjawab. Yang ada, ia justru meraih gagang cangkir kemudian menyesap teh hijau di dalamnya dengan elegan. Roy masih mencoba bersikap setenang mungkin kendati kedua tangannya mengepal kencang, sedangkan gigi-giginya bertautan tak kalah kencang. Entah apa yang akan Dharen lakukan padanya maupun perusahaannya, mengenai masalah yang telah diciptakan Shelena. Denting suara cangkir dan lambar terdengar dan mengusik keheningan kebersamaan, kendati Dharen meletakan cangkirnya dengan hati-hati. Dan tak lama setelah itu, Dharen bergumam santai, dengan sebelah tangan menutupi mulutnya. “Berikan Shelena kepada saya,” pinta Dharen. Roy bergeming saking terkejutnya mendengar permintaan Dharen. “Saya harus segera menikahinya, karena dia sudah mencuri hati saya!” lanjut Dharen yang kemudian menghela napas. Kenyataan yang langsung membuat Roy membelalak tak percaya dengan mulut terbuka. Kali ini senyum yang menyertai Dharen, merupakan senyum tersipu. “Jangan khawatir. Menikahnya Shelena dengan saya akan sangat menguntungkan Tuan Roy sekeluarga. Anda akan mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaan saya.” Tanpa Roy sadari, sebelah sudut bibirnya tertarik seiring hatinya yang seketika bergejolak senang. Sungguh, apa yang Dharen katakan sangat menggiurkan. Memiliki saham di perusahaan pertelevisian terbesar di negaranya bahkan itu mencapai 30 persen? Tentu ini penawaran yang sangat langka! *** Shelena tengah membaca buku di sudut ruangan menghadap jendela di perpustakaan kamarnya, ketika seorang pelayan wanita di rumahnya mengabarkan, Roy sang ayah ingin bertemu. Seperti orang linglung, itulah yang terjadi pada Shelena setelah mendengar kabar itu. Wanita berambut lurus sepinggang itu memastikan suasana di luar melalui jendela di hadapannya. Matahari masih terasa sangat menyengat, sedangkan selain selalu pulang larut malam, Roy juga tidak pernah peduli pun sekadar mengajaknya berbicara. Sedangkan kini, ayahnya itu mengajaknya bertemu? Untuk apa dan atas dasar apa? Bukankah Roy juga sangat membencinya hanya karena Shelena terlahir sebagai perempuan yang dianggap Roy tidak bisa diandalkan? Juga, karena setelah melahirkan Shelena, Sheila meninggal dunia? “Nona, ayo jangan sampai membuat Tuan menunggu. Nanti Tuan marah-marah,” ujar pelayan wanita yang masih menunggu balasan Shelena. Shelena yang awalnya kebingungan dan berujung bengong, segera mengangguk gugup. “I-ya, Ratri ...,” sergahnya. Biar bagaimanapun, sikap keras Roy memang membuat seisi rumah takut sekaligus tunduk termasuk Shelena yang selama ini tak beda dengan Rapunzel. Seorang putri yang dikurung dalam rumah dan tidak diizinkan keluar rumah apa pun alasannya. Selain itu, ketika ada orang lain yang sedang berkunjung ke rumah, Shelena juga dilarang keluar dari kamarnya. Di lantai bawah sana, Roy telah mondar-mandir di depan meja ruang keluarga. Sesekali Roy tampak memastikan waktu melalui arloji yang menghiasi pergelangan tangan kiri yang tertutup jas hitamnya. Sambil menuruni anak tangga dan berpegangan pada pegangan tangga, Shelena menatap takut Roy. Anehnya, tak seperti biasa, Roy sampai menatapnya bahkan dengan raut wajah yang begitu semringah. “Cepat duduk, Papa tidak punya banyak waktu karena Papa harus segera kembali ke kantor,” sergah Roy tak sabar. Shelena semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Roy dan itu berhubungan dengannya? “Begini. Bukankah selama ini kamu selalu ingin membantu dan berguna buat Papa?” Roy langsung mengatakan maksudnya sesaat setelah Shelena duduk mengikutinya. Mereka duduk pada sofa panjang yang saling berhadapan tersekat meja besar yang berada di tengahnya menghadap pada televisi 88 inci. Shelena mengangguk ragu sambil terus menatap kedua bola mata Roy. “Bagus! Kalau begitu, besok juga kamu harus pergi menemui Dharen. Papa sudah menerima lamarannya untukmu dan dalam hitungan hari, kalian akan menikah!” Semangat Roy semakin menjadi-jadi. Kontras dari Shelena yang kebingungan. Putri semata wayangnya yang terlahir begitu anggun itu jelas keberatan dan akan melayangkan protes. “Kalau kamu menolak, Papa dan keluarga kita dalam masalah besar. Camkan itu! Kamu harus memuaskan Dharen bahkan bila bisa mengendalikannya! Dia aset yang sangat berharga dan kesempatan ini sangat langkah!” Shelena kebas. Nyawanya seolah dicabut paksa detik itu juga. Roy bilang, papanya itu sudah menerima lamaran Dharen dan ia harus memuaskan bahkan kalau bisa mengendalikan pria yang sama sekali tidak ia kenal? Atas dasar apa? Kenapa Shelena justru merasa Roy telah menjualnya pada pria bernama Dharen? Sialnya, Shelena tak bisa melakukan apa pun apalagi menolak dikarenakan nasib keluarganya menjadi taruhan. “Ratri, siapkan yang terbaik untuk Shelena. Bantu dia menjadi secantik mungkin!” tegas Roy pada pelayan yang sedari awal mengabarkan mengenai pertemuan kini pada Shelena, dan kini berdiri di sebelah sofa keberadaan Shelena. “Siap, Tuan! Saya akan melakukan yang terbaik!” balas Ratri bersemangat. Tanpa menunggu balasan apalagi persetujuan Shelena, Roy berlalu begitu saja. Pria itu menjadi pria dingin yang terasa begitu asing, walau dalam tubuh Shelena mengalir darah berikut gennya. Kenapa kebersamaan pertama antara dirinya dengan Roy justru kebersamaan yang tidak Shelena inginkan? Kenapa papanya harus menjualnya pada pria bernama Dharen sedangkan masa depan keluarganya menjadi taruhan? Memangnya, Dharen pria seperti apa? Apakah Dharen merupakan tua bangka kaya raya yang hobinya mengoleksi daun muda? Membayangkannya saja, Shelena tak sanggup. Kalau tidak bisa kabur, ia ingin menghilang detik itu juga. “Nona sangat beruntung!” sergah Ratri semringah. Shelena yang menitikkan air mata, menatap tak percaya pelayannya. Wanita yang kiranya berusia dua puluh enam tahun itu begitu antusias menatapnya. Apakah Ratri mengenal Dharen? Apakah Dharen pria baik-baik hingga Ratri begitu bersemangat? “Memangnya, Ratri kenal Dharen?” tanya Shelena tak bersemangat. “Tentu! Dia sangat terkenal bahkan hingga ke luar negeri melebihi artis papan atas!” Pelayan itu langsung mengangguk mantap dengan kedua tangan mengepal di depan perut. “Tuan Dharen itu salah satu konglomerat, Nona!” Ya. Tentu dia konglomerat. Mana mungkin Papa menjualku pada orang biasa bahkan keluarga menjadi ancamannya? Duh, apa yang harus aku lakukan? Kak Shean ...? Kendati sang pelayan begitu antusias, menggebu-gebu dalam membahas Dharen, tetapi Shelena yang kadung sedih dijodohkan dengan pria yang bahkan tidak ia ketahui seluk-beluknya pun sekadar foto, memilih berlalu kembali ke kamarnya. “Ratri, berhentilah membahas Dharen. Sekarang katakan padaku, apa yang bisa kulakukan agar tidak berurusan dengan pria bernama Dharen itu?” tanya Shelena masih tak bersemangat sembari melewati anak tangga menuju lantai atas selaku keberadaan kamarnya. Ratri terdiam bingung. “Kenapa begitu? Dilamar Tuan Dharen merupakan suatu keberuntungan, meski Nona Shelena juga pantas mendapatkannya atas kecantikannya, kan?” gumam Ratri yang buru-buru menyusul kepergian Shelena. Mendengar langkah Ratri yang terburu-buru bahkan mungkin berlari bila terdengar dari langkah cepat dari belakang, Shelena kembali bertanya, “Kak Shean belum kasih kabar? Kapan Kak Shean pulang?” “Tuan Muda Shean akan pulang satu minggu dari sekarang, Nona.” “Satu minggu dari sekarang? ... dua hari lagi ulang tahunku,” batin Shelena yang menjadi tersenyum getir. “Bahkan ulang tahun kali ini aku tidak bisa merayakannya dengan Kak Shean ...,” gumam Shelena yang masih meratapi nasibnya sendiri. “Semenjak Kak Shean dengan Kak Fify, waktu Kak Shean untukku benar-benar tidak ada. Jangankan sepuluh menit, memikirkan aku saja, sepertinya memang sudah tidak pernah lagi?” Memikirkan itu, Shelena begitu bersedih. Ia bahkan sampai berlinang air mata dan buru-buru menyekanya, sembari memasuki kamarnya yang langsung dipersilakan oleh Ratri. “Adakah yang bisa membawaku lenyap dari kehidupan ini?” batin Shelena. “Di dunia ini tidak ada satu orang pun yang peduli apalagi menyayangiku. Jangankan orang lain, ... karena keluarga saja tidak, meski sebelum ada Kak Fify, Kak Shean begitu menyayangiku.” Shelena hanya mampu berbicara dalam hatinya. “Mereka begitu sibuk dengan dunia mereka. Jadi tidak salah, kan, kalau aku lenyap saja?” batin Shelena yang sampai mengasihi dirinya sendiri. Shelena yang berangsur tertunduk, menggigit bibir bawahnya. “Jika di kehidupan sebelumnya, ada orang yang benar-benar peduli bahkan tulus mencintaiku, aku mau kembali ke masa itu dan melupakan perasaanku kepada Kak Shean.” “Toh, bersama apalagi menikah dengan Kak Shean, hanya mustahil ... memang ada, wanita yang menikah dengan kakaknya sendiri?” lanjut Shelena lagi yang masih berbicara dalam hatinya. “Nona, percayalah, semua wanita normal sangat menginginkan Tuan Dharen. Bahkan di luar sana banyak wanita yang rela menjadi cinta sesaat, atau malah menyerahkan diri pada Tuan Dharen.” “....” “Jadi, jika Tuan Dharen justru sampai melamar Nona, Nona adalah wanita paling beruntung!” tambah Ratri masih dengan gaya yang begitu sopan. Ratri masih berusaha meyakinkan Shelena. “Beruntung? Bagaimana mungkin, aku bisa menjalin hubungan terlebih menikah dengan orang yang tidak aku kenal? Lebih baik aku lenyap saja!” batin Shelena yang mulai merasa depresi. Langkah Shelena menjadi lebih pelan, hingga akhirnya benar-benar berhenti, tepat di depan pintu kamar yang baru saja ia masuki. Mendapati Shelena justru terdiam tak bersemangat dan terlihat sangat terpukul, Ratri yang ikut menghentikan langkahnya pun bertanya, “Nona, apa Nona baik-baik saja? Kenapa Nona hanya diam? Apakah Nona butuh sesuatu?” Shelena tidak mengindahkan pertanyaan sekaligus penawaran Ratri. Karena yang diinginkan Shelena saat ini, hanyalah terhindar dari perjodohan atau bahkan lenyap dari kehidupan. Benar-benar tidak ada hal lain! Bersambung ...

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
223.7K
bc

#MAFIAZONE - REFERRAL (Indonesia)

read
331.1K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
75.4K
bc

I'm Not Rapunzel

read
83.3K
bc

Luna for the Alpha Rogues

read
12.4K
bc

Trip To a CEO's Heart

read
5.4K
bc

No Escape, Honey (BAHASA INDONESIA)

read
18.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook