Ibu Tiri berbaik hati mengantar Renata ke tempat gadis itu bakal menjadi maid. Sebenarnya dia penasaran, seperti apa sih orang yang menyebabkan cewek manipulatif semacam Renata rela turun pangkat menjadi maid.
"Yey seriosa mau krejong jadong maid? Lekong model apipa yang bisa bikin yey sumbang tenaga sia~sia gitu?" ucap Ibu Tiri sambil ikutan menyeret koper besar Renata.
"Ih, Ibu tiri. Lihat saja ntar. Kaya pasti. Ganteng juga. Wih, mengagumkan deh."
"Yey kalau nepsong sama dia, napa yey ngelamar jadong maid dia? Nahjong! Cuss, jadiin lekong yey aja ajijay.."
"Haiya, Ibu Tiri. Dia masih kecil tau, masa mau aku pedofilin?"
Mereka sampai didepan penthouse Valen. Renata langsung memasukkan kode passwordnya. Pintu itu terbuka hingga menampilkan pemandangan mewah didalamnya, Ibu Tiri sampai ngeces melihatnya. Apalagi saat menemukan Valen yang berdiri menatap mereka keheranan. Wih gantengnya amit~amit!
"Dia lekongnya? Ciyuss, eyke juga mau dah jadong maid disini. Butuh maid lagi helilo lekong ganteng?" tanya Ibu Tiri pada Valen sembari tersenyum centil.
Tentu saja Valen bingung. Mau jawab apa, ngerti pertanyaannya juga kagak.
"Tuan kecil, dia tanya kamu butuh maid lagi enggak? Dia mau ngelamar tuh," kata Renata menjelaskan.
"Maaf Bu.. eh, Pak. Sebenarnya saya tak butuh pelayan disini. Ini Renata yang memaksa jadi maid disini."
"Yey... jangan panggil eyke Pak atau Bu. Eyke punya nama Elsye. Organ~organ di Rumah Singgah biasa panggil eyke Ibu Tiri. Yey sutra deh panggil eyke apipa. Sayang juga boleh,ciyus!"
Mendengar ucapan kenes Ibu Tiri, Valen bergidik ngeri. Untung Renata pengertian, diusirnya makhluk jejadian Ibu Tiri dari penthouse Valen.
Sesaat suasana menjadi sunyi, hingga kemudian Valen berkata dengan tenang, "Renata, seperti kubilang sebenarnya kau tak perlu melakukan semua ini. Kalau kau berubah pikiran, kau boleh pergi sekarang juga."
"Ih, Tuan kecil. Ngapain coba aku jauh~jauh kemari untuk berubah pikiran? Jangan~jangan Tuan kecil keberatan berbagi nasi denganku? Tak usah khawatir Tuan kecil, makanku gak banyak kok."
Yang disebut ‘Tuan kecil’ itu tersenyum geli. Hm, senyumnya menawan sekali. Hati Renata berdesir dibuatnya.
***
Sepertinya kehadiran Renata di penthouse si Valen tak banyak membantu. Membuat semarak dengan celotehnya sih iya, tapi kalau soal beberes rumah... no comment dah. Amburadul! Nyapu kagak bersih, ngepel malah bikin becek dan kotor.. akhirnya Valen juga yang diam~diam membereskannya.
Nyuci baju asal cemplung ke mesin cuci hingga banyak baju mahal Tuan kecil yang rusak dan kelunturan. Setrika juga tak membuat mulus, malah terlipat asal-asalan. Intinya kerjaannya tak ada yang beres, tapi cewek itu tak merasa demikian. Padahal diam~diam Tuan kecil yang membereskan pekerjaannya. Tak efektif dan merepotkan. Namun Valen tak pernah protes, saking baik hatinya dia.
Trus satu hal, Renata ini julukannya doang yang maid. Kenyataannya? Entah siapa majikan siapa pelayannya, Renata suka sekali memerintah Tuan kecil-nya. Seperti kali ini.
"Hei Tuan kecil, aku harus belanja ke pasar. Banyak yang harus dibeli. Mana uang?" todong Renata.
"Berapa banyak yang kamu butuhkan Renata?"
"Ehm, berapa ya? Lima jeti dulu deh, kalau lebih juga gapapa. Kan ntar dibalikin."
Tanpa banyak komentar, Valen mengeluarkan uang dari brankas. Lima juta.. cash! Wih orang kaya memang gayanya beda, keren sekali kalau menghabiskan duitnya. Coba kalau orang miskin, nelangsa melihat mereka terpaksa mengeluarkan uangnya.
"Tuan kecil, ayo kita pergi!" ajak Renata penuh semangat.
"Hah? Mau kemana?"
"Ke pasar. Ayo anterin aku ke pasar!" ucap Renata sambil menyeret Valen keluar penthousenya.
Tuh kan, majikan saja dianggap supir. Crazy maid woman nih.
Kasihan yang menjadi majikannya, tak cuma dijadikan supir. Tuan kecil juga dijadikan jongos. Tukang angkut~angkut barang belanjaannya. Sementara Renata melenggang kangkung dengan centilnya, Valen nampak kerepotan membawakan belanjaannya. Tanpa mengindahkan perasaan yang lain, Renata masih mengajak berhenti di lapak jual bh.
"Ih, lucu amat bra ini." Renata mencomot seuntai bra bergambar kartun betty boop.
"Tuan kecil, cucok kah ini dipakai aku?" tanya Renata sambil mematut bra unyu warna pink itu ke dadanya.
Merona pipi Valen menyaksikannya, buru-buru ia mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Idih, ditanya pendapat gak mau jawab. Tuan kecil.." rengek Renata manja.
"Aku tak tahu Renata, kau pilih sesuai seleramu saja."
"Yee Tuan kecil. Kan Tuan kuminta memilihkan untukku. Jadi berhubung Tuan yang memilihkan, berarti Tuan wajib membayarnya. Gitu lho." Keluar lagi jurus manipulasi Renata, bilang saja minta dibayarin. Dasar Renata!
Valen yang polos hanya berkata, "kamu pilih sendiri saja, Renata. Tak masalah, gunakan saja uang yang tadi kuberikan padamu."
Wajah Renata sontak berseri~seri, dengan semangat dipilihnya beberapa bra yang warnanya ngejreng. Dan kurang ajarnya ia menaruh beberapa bra yang sudah dipilihnya ke bahu Valen. Cowok itu dengan malu~malu menepiskan bra-bra centil itu dari bahunya dan menaruhnya di tempat lain.
"Amboi Tuan kecilku yang pemalu. So sweet.." ucap Renata sembari mencubit pipi Valen.
Cowok itu seketika menjauh dengan jengah. "Renata, lebih baik aku menunggu disana. Kalau sudah selesai kita pulang."
Renata cuma mengangguk kecil, cewek itu tenggelam dalam keasikannya memilih bra yang terlihat unyu-unyu di matanya. Lalu pandangannya bertemu dengan tatapan intens seorang pria tampan. Rambutnya putih. Namun ia tetap terlihat tampan dan muda.
Siapa dia? Mengapa dia melihat Renata seperti itu?
"Banteng ngamuk!! Banteng ngamukk!!" Mendadak terdengar teriakan histeris orang~orang di pasar.
Renata menoleh dan terpaku menyadari ada seekor banteng yang berlari kencang kearahnya. Mata banteng itu merah bagai ada yang merasukinya. Banteng itu bak kesetanan menerjang Renata!
Renata tak sempat melakukan apapun, matanya malah memejam!
Tapi mengapa ia tak merasa kesakitan? Renata membuka matanya, ia kini dalam pelukan pria berambut putih. Dan banteng itu tergeletak di tanah dengan muka hancur dan tanduknya patah!
"Kau tak apa?" tanya pria itu lembut.
Renata mengangguk, ia menatap pria itu. Terpukau. Terpesona. Dari dekat pria itu terlihat semakin tampan.
"Terima kasih, ehm..."
"Aku Christopher," pria itu memperkenalkan dirinya dengan ramah.
"Renata."
Pria itu tersenyum manis, dan ia berkata, "senang berkenalan denganmu Renata. Kurasa kita akan mengenal lebih dekat lagi."
Entah mengapa hati Renata jadi berdesir mendengarnya. Sementara itu Christopher melihat sosok Valen yang berjalan mendekat, dengan cepat ia melepas pelukannya pada Renata dan berpamitan.
"Kurasa aku harus pergi Renata. Sampai bertemu lagi... segera."
Renata masih terpukau menyaksikan kepergian Christopher saat Valen ada di dekatnya.
"Renata, kau tak apa?" tanyanya sambil melihat sekilas keadaan si banteng.
"I'm okey, Tuan kecil.."
Tubuhku utuh, hatiku yang dicuri.. batin Renata.
"Siapa yang mencuri hatimu Renata?" tanya Valen dengan polos.
Jleb.
Renata kaget mendengarnya! Apa Tuan kecil seorang cenayang?
***
Gadis itu meronta-ronta, namun pria yang berada diatas tubuhnya semakin menekannya. Ia merobek baju gadis itu dan menggagahinya dengan brutal! Gadis itu menjerit kesakitan, energinya terhisap masuk ke tubuh pria itu. Dan hawa kehidupannya juga ikut merasuk ke tubuh yang sama. Semakin lama tubuh wanita itu semakin mengering, hingga akhirnya tubuhnya mengkerut, kering kerontang, tanpa tanda kehidupan! Kondisinya seperti ikan asin yang kering karena terjemur dan tersimpan lama.
Pria itu tertawa melengking penuh kepuasan. Energinya telah tercukupi, paling tidak hingga sebulan kedepan ia masih bisa bertahan.
Dia... Darius Wangsa. Penjelmaan iblis penghisap energi kehidupan para gadis. Kejahatannya telah merajalela, meresahkan masyarakat di sekitarnya. Namun samarannya begitu sempurna, sebagai guru di suatu sekolah tingkat tinggi.
SMA Chciludey!
Bersambung