03 : Tricky woman

1841 Kata
Renata memang bukan wanita biasa, dia tipe wanita manipulatif. Suka memanfaatkan keadaan untuk mengeruk keuntungan pribadi. Semua tahu itu. Tapi semua juga tahu, jangan coba~coba mengelabui wanita itu. Kalian bisa dikejarnya hingga titik darah penghabisan. Dia tipe perempuan yang tidak akan melepas mangsanya sampai mendapatkan apa yang ia mau. Begitulah sekilas tentang kepribadian Renata. Dia ditakuti namun sekaligus juga dipuja. Kali ini ada cewek yang meminta perlindungannya. "Tolonglah Renata, lepaskan aku dari suamiku. Aku sudah tak tahan hidup bersamanya. Dia selalu menyiksaku." Wanita itu menunjukkan lebam~lebam yang dideritanya di sekujur tubuhnya. Hati Selena mendidih melihatnya! Dia paling benci dengan cowok yang suka main kasar dan menyiksa pasangannya. Ingin dikebiri saja lelaki seperti itu! "Aku sudah minta cerai. Dia tak mau melepasku, karena aku tambang emasnya. Tapi aku tak rela uangku dipakai buat main judi, mabok dan bersenang~senang dengan para p*****r!" Ih, dasar laki tak berguna! Renata berniat mengerjainya. "Jadi kamu butuh bukti kalau dia selingkuh kan?" "Iya Ren, supaya aku punya alasan menceraikannya." "Baik Dwi, akan kuciptakan bukti itu untukmu!" *** Di suatu restoran mewah Perancis, seorang pria berpakaian perlente sedang duduk menyesap anggurnya. Dan pandangannya langsung terpaku pada seorang gadis cantik yang memakai mini dress merah. Gadis itu terlihat seksi sekali dan sangat membara. Bagaikan singa betina yang begitu menantang hasrat setiap pria untuk menaklukannya! Dan ia memiliki aroma wangi yang sangat memabukkan. Christopher terus mengikuti pergerakan wanita itu, ia bergumam dengan suara rendahnya. "You are mine," ia langsung menandai miliknya. Renata menuju ke suatu meja yang telah diinfokan oleh Dwi. Disana terlihat Dwi bersama seorang pria. Cukup tampan sebenarnya, tapi terlihat sangat kasar dan kampungan. Mungkin bagi wanita lain ia nampak macho, tapi di mata Renata ia mirip koboi kampung! Renata mendekati pasangan pasutri itu dan langsung duduk di pangkuan si koboi kampung. "Sayang, ternyata kamu ada disini!" ucap Renata sambil memilin kumis si koboi. Tentu saja si koboi bingung. Mendadak ada cewek bahenol yang nemplok di pangkuannya. Udah gitu cakep lagi! Sejenak ia terlena, ingin nyipok bibir seksi merah merona milik cewek itu. Untung ia ingat kalau didepannya ada istri tambang emasnya. "Eh, siapa kamu?! Main nemplok laki orang saja!" Si koboi berusaha melepaskan dirinya dari Renata, namun Renata justru memeluknya erat. "Bang!! Kejam kamu ya. Pura~pura gak kenal aku. Aku Tinuk, simpenanmu toh!" Laki itu melotot kesal sambil melirik istrinya. Dwi sedang melihatnya dengan sinis. Gawat!!! "Jadi ini selingkuhanmu Mas," ucap Dwi dingin. "Bukan!! Bukan!! Aku tak mengenal perempuan gila ini, Dwi!! Percayalah padaku," sanggah koboi kampung itu. "Bang, teganya kamu, gak mau mengakui Tinuk! Trus apa arti kemesraan kita selama ini?!" Renata pura~pura sakit hati. "Kemesraan mbahmu! Aku saja tak mengenalmu, Jalang! Apa bukti kita pernah bermesraan? Jangan mengaku sembarangan ya!" bantah si koboi kampung. "Bang, mengapa kamu masih gak ngaku? Hampir tiap malam kamu menggumuli aku. Kamu bilang istrimu gak sepanas aku. Gak semontok aku. Terus minta bukti apa? Perlu kusebutkan kamu punya tiga t**i lalat dekat lubang taikmu?!" Si koboi kampung jelas terheran-heran mendengar ucapan Renata! Tahu darimana perempuan jalang ini tentang t**i lalat salah nemplok itu?! Dwi istrinya langsung marah~marah. "Cukup Mas, sudah jelas dia selingkuhanmu! Kamu gak usah mengelak lagi. Sampai disini saja hubungan kita. Aku mau cerai!!" Renata tersenyum dalam hati. Mission completed. *** Malam ini terasa lebih dingin dan mencekam, perasaan Renata jadi tak enak. Seperti ada yang mengikutinya. Ia menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang menguntitnya. Tak nampak bayangan apapun. Mungkin hanya perasaanku saja, pikir Renata dalam hati. Renata baru membalikkan tubuhnya, dan ia langsung menubruk sosok tubuh didepannya! Sial, sejak kapan orang ini ada didepannya?! Renata mengenalinya, dia adalah si koboi kampung. Matanya yang merah menatap Renata garang. Apa dia mabuk? Matanya nampak mengerikan!! "Minggir!! Kau menghalangi jalanku," usir Renata ketus. Orang itu tak bergeming, bahkan ia lebih merapat pada Renata. "Apa maumu?!" bentak Renata. "Kau tahu apa mauku!" desis orang itu bengis, "bukankah kau selingkuhanku!!" Ia menatap jalang pada Renata, melihat d**a Renata penuh nafsu. Renata sontak menutup dadanya dengan kedua tangannya. Koboi itu tersenyum sinis. "Perempuan jalang!" Dia menampar Renata dengan keras. Hingga bibir Renata sobek dan berdarah. Renata balas memukul, namun tenaganya kalah kuat dari koboi kampung ini! Tangannya ditangkap dan dipenjara di balik punggungnya hingga Renata tak berkutik. "Apa maumu?!" teriak Renata panik. "Masa kau tak tahu, Jalang?! Aku ingin menikmati tubuh molekmu," sahut Pria itu sambil meremas d**a Renata dengan kasar. Renata berusaha memberontak, namun pria itu memeluknya dengan lebih erat. Buk!! Renata menendang s**********n pria itu dengan lututnya. b******n itu langsung mengaduh sambil memegang pusaka kebanggaannya. Renata bergegas melarikan dirinya. Ia terus berlari tanpa mempedulikan kakinya yang tergores duri~duri tanaman yang tajam hingga berdarah. Sekonyong-konyong pria itu sudah ada didepannya. Dan kali ini nampak manik matanya yang merah dan gigi taringnya yang tajam. "Siapa kau? Kau bukan manusia!" ucap Renata tercekat. Dia mulai was~was dan ketakutan. "Kau iblis!" Pria itu tertawa bengis, lalu berkata dengan suara mendesis, "kini kau baru sadar siapa aku. Bersiaplah menerima ajalmu setelah aku puas menikmati tubuhmu!" Tidakkkk!!! Renata merutuki nasib sialnya. Mengapa ia harus berurusan dengan iblis terkutuk ini?!! Iblis itu merobek kemeja Renata, hingga terbukalah bagian atas tubuh Renata. Gadis itu menjerit ketakutan!! "Siapapun, tolong aku!" teriak Renata sekeras mungkin. Meskipun mereka kini berada di pinggiran hutan yang sepi namun Renata berharap ada yang mendengar teriakannya. "Bodoh!! Tak akan ada yang mendengar teriakanmu!" Iblis itu menjambak rambut Renata dengan kasar hingga airmata Renata keluar saking sakitnya! "Lepaskan! Lepaskan aku! Dasar iblis j*****m!" maki Renata marah. "Memang kau bukan seperti wanita lainnya. Bukannya takut, kau justru memakiku! Bagus, kita akan lihat sampai mana keberanianmu!" Kemudian pria itu menggigit leher Renata dengan gigi taringnya yang tajam. Rasanya sakit sekali dan perih. Renata melolong kesakitan. "Tolong!! Tolong!!" Lagi~lagi ia berteriak minta tolong. Saat itulah ia melihat seekor kuda berwarna putih, bercula emas, dan bersayap putih turun dari langit. Diatas punggung kuda itu ia melihat sesosok pria tampan berpakaian serba putih. Mereka terlihat begitu berkilau, bersinar penuh kemilau. Iblis itu berhenti menggigit leher Renata dan melihat sosok yang muncul didepannya. "Siapa kau??!" bentak iblis itu. Pria berkilau itu turun dari punggung kuda putih bersayap. "Amarino, kau iblis merah level ke 156. Usiamu 240 tahun, namun tingkat kejahatanmu sudah mencapai tingkat medium," Pria itu berkata tenang dengan suaranya yang tenang namun berkharisma. "Kau tahu darimana semua omong kosong itu?!" sergah si iblis. "Aku membacamu." Pria itu tak berbohong. Ia bisa membaca seseorang dan mengetahui asal~usulnya dari pandangan matanya saja. "Siapa kau??" "Aku.. Sang Malaikat Kudus. Aku kemari untuk menghukummu, iblis terkutuk." "Kau.." Iblis itu tertawa terbahak~bahak. "Bocah sombong! Kau ingin mengelabuiku?! Kemari, biar kuhabisin kamu!" Iblis itu hendak maju untuk menyerang sang pria berkilau, namun seakan ada yang menahan tubuhnya. Ia tak dapat bergerak sama sekali! Pria berkilau itu menatapnya dengan tenang, kemudian dengan suara berwibawa ia berkata, "berlutut!!" Diluar kendalinya, iblis itu jatuh berlutut didepan makhluk berkilau yang mengaku sebagai malaikat. Kini ia mulai gamang, ia baru menyadari pria berkilau ini bukan makhluk sembarangan. "Kau! The Punishment..." "Amarino, musnahkan dirimu sendiri," pria yang disebut The Punishment itu memerintah dengan suara berwibawa. "Tidakkkkk!" seru si iblis, namun tanpa daya ia menyaksikan dirinya mencakar dirinya, menggigit dirinya dan mencekik dirinya sendiri. Tubuhnya bergetar hebat, kejang kemudian lunglai dan jatuh ke tanah. Matanya menatap nyalang dan kaku. Iblis itu sudah binasa. Renata menyaksikan semua itu tanpa berkedip sama sekali. Ia bagai menonton film yang diputar tepat didepannya, seperti bukan kenyataan! Valen, pria berkilau itu, mendekati Renata. Ia berlutut di depan Renata yang sedang duduk termangu diatas rumput. Kemudian ia menghembuskan napasnya tepat didepan wajah Renata. Gadis itu lunglai seketika. Valen menangkap tubuh Renata dengan cepat. Menggendongnya dan membawanya terbang bersama tunggangannya.. The Holly Unicorn! *** Saat tersadar, Renata sudah berada di suatu kamar mewah. Pakaiannya yang robek sudah diganti dengan gaun putih yang terlihat sangat manis membalut tubuhnya. Renata bangkit dan berjalan keluar kamar yang ditempatinya. Di luar kamar terlihat ruang santai yang sangat luas dan mewah. Di ujung ruangan nampak seorang pria berdiri, menatap awan putih dibalik dinding kaca. Sepertinya ia mengenal pria ini. "Pemandangan yang indah bukan?" Pria muda itu berbalik dan tersenyum ramah. "Kau sudah baikan?" "Iya. Ehm, terima kasih Valen... itu namamu kan?" "Betul. Aku masih ingat, namamu adalah Renata." "Dengar Valen, aku tak ingat bagaimana kau menyelamatkanku. Mungkin aku pingsan. Dan begitu terbangun, aku sudah ada di tempatmu. Jadi sekali lagi, thanks atas bantuanmu. So, apa yang bisa kulakukan untuk membalas jasamu?" Pria itu menggelengkan kepalanya. "Tak perlu lakukan apapun untukku, Renata. Hiduplah dengan baik. Itu sudah cukup baik bagiku." "No, no, no, Renata tak suka berhutang budi. Apalagi ini utang budi nyawa loh! Jadi kau harus mengijinkanku membalas budimu, Tuan kecil," ucap Renata sambil mendekati Valen. Ia memegang kedua tangan cowok itu dan menangkupnya dengan kedua tangannya. "Ayolah Tuan kecil, apa yang bisa kulakukan untukmu?" Valen melepas tangan Renata dengan lembut sambil berkata, "aku tak perlu apapun Renata, tapi terima kasih atas tawaranmu." Ih, cowok ini jual mahal banget sih! Biasanya lelaki lain akan menyebutkan banyak permintaan, sebagian besar permintaannya berkisar ke masalah ranjang. Hingga Renata harus berusaha menjauhkan permintaan m***m itu! "Oh, mungkin itu bukan ide buruk. Permintaan berbau ranjang itu," ucap cowok itu sambil tersenyum polos. Renata berjengkit mendengarnya. Anjrit, dibalik tampang polosnya cowok ini ternyata m***m juga!! Tapi, bagaimana bisa tatapannya begitu polos? Juga, darimana dia tahu Renata tengah berpikir tentang permintaan berbau ranjang? "Kau ingin memintaku melayanimu di ranjang?" tanya Renata menegaskan, kali aja tadi ia salah dengar. Valen mengangguk membenarkan. Renata penasaran, jangan~jangan cowok ini hanya menggertak saja. Dia ingin memastikan lebih lanjut. "Ayo kita ke ranjang," ajak Renata sambil mengandeng Valen. Entah mengapa terhadap cowok ini dia merasa nyaman, tak ada takut sama sekali! Sesampai di kamar, mendadak Renata mendorong Valen ke ranjang hingga cowok itu jatuh telentang. Lalu ia menindih cowok itu dengan tubuhnya. "Renata!" seru Valen dengan pipi merona merah, "apa yang kau lakukan?" "Lho bukannya kamu memintaku melayanimu di ranjang, Tuan kecil?" tanya Renata sambil mengelus bibir Valen. "Aku memintamu membersihkan ranjangku, Renata. Cukup sekali saja untuk membalas jasa supaya kau tak berhutang budi lagi padaku." Valen berusaha menjelaskan maksudnya. Renata membulatkan matanya, lalu ia tertawa terbahak~bahak sembari meletakkan kepalanya di d**a Valen. "Hahahaha, kalau itu maksudmu, mengapa kau bicara dengan kata~kata seperti itu Valen?! Dodol! Orang bisa salah sangka padamu. Awas kalau terjerat janda kegatelan, kamu bisa diperkosa!" Sekilas Renata memergokin mata biru Valen bergidik ngeri. Duh, ganteng banget Tuan kecil ini. Manik matanya biru cerah, kulitnya berkilau, tampilannya bersih dan elegan. Mendadak Renata merasa grogi menyadari betapa dekatnya mereka kini. Ia beranjak duduk dan mengelus tengkuknya, kebiasaan yang ia lakukan jika sedang gugup. "Ehm.. Tuan kecil. Kalau itu permintaanmu, kurang sepadan lah dengan besarnya jasamu! Beruntunglah, aku ini orang yang adil. Untuk membalas jasamu, aku akan menjadi maidmu selama sebulan." Valen ikut duduk di sebelah Renata. Ia menoleh pada gadis manipulatif itu. "Tak perlu Renata. Aku bisa membereskan tempat ini sendiri." "I know. Tapi aku memaksamu Tuan Kecil. Sudah kubilang aku tak suka hutang budi. Jadi, biasakan dirimu melihatku selama sebulan ini. Mulai besok aku pindah kemari." Bila Renata sudah bertekad, tak ada yang bisa menghalangi. Termasuk Sang Malaikat Agung..The Punishment... Valentino Xavier. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN