Dion tengah bermain PS dengan Valen di penthouse pria itu. Yup, berkat ajaran sobat ciliknya itu Valen berinisiatif membeli satu set peralatan main PS. Yang happy tentu saja Dion, dia tak perlu membayar biaya rental setiap kali ingin bermain PS. Sudah begitu mainan milik Valen jauh lebih canggih daripada yang ada di rental~rental itu! Wih, nyaman betul.
Ting tong. Terdengar bel di penthouse Valen. Renata bergerak membukakan pintu. Nampak Angelo bersama empat pria tampan lainnya. Renata terpukau, mereka semua nampak berkilau.
"Angelo, apa semua temanmu ini juga malaikat?" tanya Renata penasaran.
Hope, Reagan, Keanu, dan Blake yang datang bersama Angel jadi terkejut. Mereka spontan melirik Angel tajam.
"Bukan aku yang membocorkan, ingatan gadis ini tak bisa dihapus oleh Pep."
Keempat cowok ganteng itu ganti menatap Renata penuh minat.
"C’mon guys, aku tahu aku ini memang eye catching. Tapi mending kalian masuk dulu deh. Masa kita saling mengagumi didepan pintu gini?" ucap Renata sangat narsis.
Keanu tertawa terbahak~bahak, ia langsung suka dengan cewek didepannya. Mereka semua masuk ke kediaman Valen dan melongo melihat The Punishment asik bermain PS dengan cowok cilik berkulit hitam dan dekil. Duh, pemandangan langka yang sayang dilewatkan.
"Wow sepertinya asik sekali, boleh join?" tanya Keanu mengharap.
Valen menyerahkan stik PS-nya pada Keanu tanpa berkata apapun. Kali ini Dion mendapat lawan yang seimbang, mereka bermain seru sekali. Sedang Valen? Dia asik memandang sesuatu di balik dinding kacanya, seperti biasanya. Renata jadi penasaran, dia ikut mengintip dari segi pandang Tuan Kecil. Dia ber jingkat di leher belakang Valen dan mengintip keluar melalui sela bahu Valen.
Tuan Kecilnya yang merasakan ada hawa hangat di lehernya jadi terlonjak geli, spontan ia mundur hingga tak sengaja menubruk Renata di belakangnya. Bibir Renata otomatis menempel di leher Valen dan tak sadar tangannya berpegang di bahu Valen. d**a Renata melekat erat ke punggung Valen. Posisi mereka terlihat intim bagi yang melihatnya, hal itu tak luput dari pandangan maut Dion.
"Cie, cie, yang lagi pacaran. Dunia seakan milik berdua," goda bocah cilik itu.
"Bukan, bukan pacaran," sanggah Valen dengan pipi merona.
Renata gemas melihatnya dan berniat mengusilinya. Ia sengaja memeluk erat Valen dari belakang dan iseng menggigit leher belakang Tuan Kecilnya hingga berbekas.
"Sudahlah Tuan Kecil, tak usah disembunyikan lagi, semua juga tahu kalau kita pacaran."
Muka Valen memerah, dengan kuat ia melepas pelukan Renata dan segera menjauhi gadis itu. Renata terkikik geli, ia merasa puas telah mengerjai Tuan Kecilnya. Geng ‘The Prince’ yang ada didepan mereka mengamati dengan geli plus takjub.
"Pep, akhirnya ada gadis yang bisa menaklukanmu," komentar Blake to the point.
Valen hanya menggeleng dan duduk di sofa untuk menenangkan dirinya.
"Oke guys, serius nih. Kita kemari karena ada yang harus kita bicarakan dengan Pep," kata Angelo sambil bertepuk tangan.
"Tapi ada anak itu, bagaimana?" tanya Blake sambil menunjuk Dion.
"Hope, lo buat dia berhalusinasi. Dia tak akan tahu apa yang kita bicarakan. Yang dia tahu kita dalam kondisi sekarang ini sementara dia asik bermain."
"Siap Boss!" kata Hope menyanggupi.
Hope, si ahli halusinasi mendekati Dion. Dia menepuk bahu Dion sambil mengerahkan kekuatannya, kemudian ia mengusap mata Dion. Kini Dion menatap kosong, tatapannya hanya tertuju pada layar PS-nya.
Renata berjengkit saat Fallen Angel lainnya meliriknya.
"Jangan mengerjaiku seperti itu, gak bakal mempan. Aku kebal begituan!" kata Renata sok meyakinkan, padahal dia ngomong asal.
"Kau tak akan bisa menghalusinasi dia Hope, dia memang kebal," sahut Valen datar.
"Lalu bagaimana, Pep? Apa yang harus kita lakukan padanya?" tanya Blake tak sabar.
"Yaelah, aku sudah tahu identitas kalian. Rahasia kalian aman bersamaku. Justru dengan demikian aku bisa membantu kalian. Aku bisa menjadi spy, karena aku memiliki pengalaman berperan menjadi apapun," tukas Renata menyombongkan kemampuannya.
"Guys, biarkan saja dia. Kita fokus pada pembicaraan kita," Angelo memperingatkan teman~temannya.
Keenam cowok berkilau itu memulai pembicaraan seriusnya, dan mencueki Renata. Dasar kepo, Renata justru mendekat supaya bisa mendengarnya dengan jelas.
"Pep, kita telah mencium jejak iblis ganas di sekitar sini. Kali ini lebih membahayakan bagi manusia. Iblis ini liar, dia belum bisa mengontrol nafsunya. Korbannya banyak sekali!"
"Dimana dia?" tanya Valen pada Angelo.
"Menurut kabar terakhir ia berada di SMA Chciludey." Kali ini yang menjawab Keanu, si ahli menelusuri jejak.
"s**t!! Ada guru iblis lagi di SMA Chciludey! Oh Tuan Kecil, mending Tuan pindah sekolah saja deh! Sekolah itu berbahaya, penuh iblis dimana~mana!" gerutu Renata menyela pembicaraan serius itu.
Blake menatap tajam pada penganggu itu sedang Keanu justru tertawa geli. Ada yang mengkhawatirkan The Punishment! Yang ada mestinya para iblis yang ketakutan terhadap Malaikat Kudus ini!
"Bukan guru, Renata. Kali ini adalah murid. Murid yang sangat berbahaya," sahut Angelo. Kemudian ia kembali fokus pada teman~temannya.
"Guys, kita harus menyusup ke SMA Chciludey."
"Lagi?" Erang Blake tak suka.
"Yup. Pep sudah menjadi siswa disana. Blake dan Hope, kalian menjadi petugas sekurity. Reagan dokter jaga di UKS. Sedang aku dan Keanu akan menjadi siswa baru disana." Angelo mengatur posisi teman~temannya.
"Oke, paling tidak kali ini aku tak menjadi siswa. Bosan sekali mengikuti pelajaran lagi!" cemooh Blake.
"Guys.. ehmm, bagaimana denganku?" sela Renata dengan mata berkedip mata. “Aku menjadi apa?"
Angelo menatap Renata dengan pandangan bingung.
"Bukannya kau telah menjadi kakak angkat Pep?"
Yah, itu mah gak seru! Sama saja meminta Renata tak terlibat apapun.
Mereka belum mengenal Renata, tanpa diminta Renata akan melibatkan dirinya. Dan ia sudah tahu akan melakukan apa!
***
Renata menatap hasil karyanya dengan bangga.
Di kotak makan warna pink itu terlihat beberapa nasi bento dengan bentuknya yang berantakan. Dan komposisi isinya amburadul semua. Inginnya berbentuk bear, kelinci dan monyet.. jadinya bentuknya sangat tak terdefinisi! Ya tergantung persepsi yang melihat. Mungkin ada yang menganggapnya bentuk taik kuda.
Dengan hati~hati ia memasukkan bekal makan itu kedalam tas Tuan Kecilnya.
"Tuan Kecil tunggu, aku dandan sebentar. Aku ikut ke sekolah."
"Lagi?"
"Iya Tuan, senang kan kuantar ke sekolah setiap hari?"
Valen hanya diam. Bicara jujur, pasti malu diantar ke sekolah setiap hari. Emang dia masih TK apa! Masih dibawakan bekal sekolah yang aneh~aneh lagi.
Kali ini Renata berdandan keren dan agak formil, dia memakai rok span mini dan blazer casual. Valen tak berkomentar apapun, ia bisa membaca pikiran Renata dan membiarkannya saja. Dia tahu maidnya ini tak bisa dicegah!
Sampai sekolah, Renata langsung mencari Christopher di ruangannya.
"Hai Chris, aku tak mengganggu kan?" tanyanya berbasa~basi.
Christopher langsung tersenyum cerah. "Masuklah Renata, ada apa gerangan kemari?"
Tanpa dipersilahkan Renata duduk di kursi depan meja kerja Christopher. Salah satu kakinya ditumpangkan ke kaki lainnya hingga menampilkan pahanya yang putih mulus. Christopher sempat melirik kesana sebelum mengalihkan tatapannya ke tempat lain.
"Chris, kudengar ada satu gurumu yang meninggal kan? Itu berarti kau membutuhkan guru pengganti kan?"
"Oh, sebagai pengganti Pak Darius Wangsa. Ya, aku sedang mencarinya."
"Bagaimana kalau aku yang menggantinya?" tanya Renata dengan mata berbinar~binar.
"Apa kau sanggup? Dia adalah guru kesenian." Christopher agak sangsi meninjau penampilan Renata.
"Ya ampun, itu adalah keahlianku. Begini saja Chris, beri aku masa percobaan. Selama masa itu kau tak usah menggajiku. Kalau cocok kita lanjut, kalau tidak kau boleh menendangku kapan saja!"
Christopher memikirkan tawaran Renata. Tak ada ruginya dia memenuhi keinginan Renata. Apalagi jika Renata menjadi guru disini, dia bisa sekalian modus padanya.
"Baiklah, mari kita coba!" Christopher menyalami Renata sebagai tanda dimulai kerjasama mereka.
Renata mengenggam tangan Chris erat untuk menunjukkan kekuatan fisiknya. Christopher balas mengelus telapak tangan Renata.
"Tangan selembut ini ternyata kuat juga," ucapnya lembut.
Renata tersenyum manis menanggapinya.
"Ohya Renata satu lagi permintaanku," tambah Christopher.
"Apa itu?"
"Saputangan yang lalu kau tinggalkan untukku. Boleh aku memilikinya? Aku suka baunya, seperti kamu.."
Renata mengangguk malu. Mengapa berhadapan dengan pria ini membuatnya grogi?
***
Bug bug bug.
Cowok berkacamata itu tersungkur ke lantai akibat terkena bogem mentah teman~temannya. Pindah sekolah tidak menyelesaikan masalahnya, ia tetap saja menjadi sasaran bullying.
"Dasar Cupu! Sadar dong, jangan berani ngelawan kita. Masa lo gak tau geng Deadmen?" ujar Ligo, sang ketua geng. Dia kesal sekali pada si cupu ini, saat ulangan mat tadi si cupu tak mau memberi contekan padanya!
"Bram!" panggil Ligo pada salah satu temannya.
"Iya Bos," sahut si empunya nama.
"Siksa dia!"
Bram menyeringai kejam, dia menarik kacamata si cupu dan membuangnya ke lantai! Kacamata itu lalu diinjaknya hingga pecah. Si Cupu berusaha mencegahnya. Namun tangannya justru terinjak. Dia menjerit kesakitan saat Bram melindas tangannya tanpa belas kasihan. Tanpa kacamatanya ia tak bisa melihat jelas, mendadak ada yang meludahi matanya. Si cupu mengucak~ngucak matanya dengan panik.
"Ini baru permulaan, Cupu. Awas kalau lain kali lo cari perkara sama kita, lo bakal hancur hingga memohon kita membunuh lo. Ngerti?!"
"I-iya," sahut si cupu ketakutan.
Sorot matanya nampak sangat tak berdaya, namun begitu geng Deadmen pergi.. sorot mata itu berubah. Menjadi merah dan bengis sekali!!
"Ini baru permulaan. Perburuan gue akan dimulai. Gue akan menghabisi kalian satu~satu. Hingga kalian tak ingin hidup!"
Ya, dialah iblis itu! Di sekolah lamanya ia telah membunuh banyak orang, namun tak ada yang mengendus kejahatannya. Ia bersembunyi di balik topeng culunnya yang memelas.
Kini saatnya ia memulai aksinya. Membunuh manusia adalah hobi utamanya!!
Bersambung