09 : Stop Bullying!

1843 Kata
s**t! Pernah gak sih kamu terbangun malam-malam gegara mules akut dan ingin buang hajat? Nyebelin banget kan! Santo sedang tertimpa musibah itu. Dengan terkantuk~kantuk ia menuju toilet rumahnya. Mana letak toiletnya nyempil jauh di belakang lagi! Siapa sih yang segoblok itu mendesain rumah model begini? Pengin Santo memaki langsung i***t itu! Kriukkkk.... kriukkkk.. Perutnya memberontak, seperti ada gas yang mengamuk didalamnya. Santo segera berlari menuju toiletnya. Lalu ia membuka pintunya. Terkunci. k*****t, masa tengah malam gini dia masih harus ngantri masuk WC? "Woi, cepetan!! Gue dah belet nih!!" Dia menggedor~gedor pintu WC dengan kasar. Tak ada jawaban, hanya ada suara closet di flash. Akhirnya selesai juga orang yang didalam. Santo menunggu dengan tak sabar, namun mengapa orang itu tak keluar juga? Santo mendorong pintu WC dengan gemas. Lho kok terbuka? Santo bergegas masuk dan langsung bengong. Tak ada orang di WC!! Lalu mengapa bisa terkunci dari dalam? Mengapa tadi ada suara air closet disiram? Bulu kuduk Santo merinding seketika! Dia ingin kembali ke kamarnya, tapi perutnya tak bisa diajak kompromi. Hadeh, terpaksa dia mengutamakan urusan perut dulu. Santo buang hajat dengan hati tak tenang, matanya melirik kesana~kemari. Namun ia tak menyangka, ada satu tangan bercakar keluar dari lubang closetnya. Tangan yang kemudian mencengkeram selangkangannya dan menghancurkan apa yang ada disana dalam sekali lumatan! Santo melolong kesakitan!! Ia melompat dari closetnya, hendak melarikan diri! Akan tetapi didepannya menghadang sesosok tubuh tanpa kepala. Tidak, bukan tanpa kepala! Sosok itu memiliki kepala, yang ditentengnya di tangan kirinya! Santo menjerit histeris! Tangan kanan setan itu langsung mencengkeram leher Santo, dan menyeret cowok itu ke dekat closet. Memaksa kepala Santo masuk kedalam closet! Entah bagaimana air bercampur taik di lubang closet begitu melimpah hingga menenggelamkan kepala Santo didalamnya. Dalam sekejab Santo tewas kehabisan nafas. Lalu setan itu menarik kepala Santo dari tubuhnya. BRUL!! Kepala Santo tercabut dari lehernya. Kepala itu dibawa pergi sang setan buntung, meninggalkan tubuhnya yang terkulai tanpa daya hidup. *** Renata terbelakak menyaksikan pemandangan didepannya! Ada sekumpulan anak muda yang mengenakan jaket hitam. Jaket mereka sama semua, di punggungnya terdapat gambar tengkorak yang dikurung dalam satu huruf D besar. "Hei, apa yang kalian lakukan?" bentak Renata galak pada mereka. Mereka menoleh pada Renata dan mendelik kesal. "Bukan urusan elo!" "Eh, siapa bilang bukan urusan gue? Elo semua murid gue, dan sebagai guru gue punya kewajiban membina elo ke jalan benar. Agar menjadi murid yang berguna dan kelak bisa menjadi warga yang baik dan mengharumkan nama bangsa kita tercinta." Dasar Renata, sempat-sempatnya dia menyelipkan pesan moral dalam omelan panjang lebarnya. Bukannya segan, murid~muridnya justru menatapnya kurang ajar. "Oh, jadi elo itu guru kita." Yang berambut agak gondrong berkomentar dengan tatapan melecehkan. Sepertinya dia adalah pinpinan geng. Secara tampilan Renata terlalu casual dan agak seksi sebagai guru. Wajar mereka kurang percaya! Renata memakai hem kotak~kotak pink press body yang enggak dikancing semua, hanya ditali simpul dibawahnya. Didalam kemeja itu ia mengenakan kaus ketat warna putih. Bawahnya ia memakai rok jeans yang agak pendek diatas lutut. "Pantesnya lo itu jadi simpenan kita~kita!" timpal salah satu dari mereka dengan nada mencemooh. Meledaklah tawa bocah~bocah kurang ajar itu! Bahkan ada yang secara provokatif mendesah~desah secara s*****l. "Achh.. ah... ah c’mon baby.. faster baby," yang berambut pirang mendesah heboh. Habis sudah kesabaran Renata! Secepat kilat ia mendekati mereka untuk menjewer telinga si gondrong dan si pirang di kanan kirinya. Mereka semua terkejut, si gondrong dan si pirang berusaha melepaskan diri. Namun jeweran telinga Renata menguncinya seperti jepitan besi. Gila, cewek ini kuat sekali!! "Ampun gak? Bilang ampun baru gue lepasin!" ancam Renata gregetan. "Enggak! Lo yang mesti lepasin gue sekarang kalau enggak ntar gue perkosa!" Si gondrong balas mengancam. Plak!! Renata menampar mulut si gondrong keras. Hingga berdarah di sudut bibirnya. Si gondrong melotot garang. "Kenapa? Lo enggak terima? Mau ngajak berantem? Atau kalian semua berniat maju bareng? Hayukkkk!" Astaga, Renata! Masa guru menantang muridnya berantem! Dan pemandangan itulah yang disaksikan oleh Kepsek SMA Chiludey, Mr Christopher, yang dipanggil salah satu muridnya. "Pak ada yang berantem." Ck! Murid kurang ajar mana lagi yang pagi~pagi begini berani berantem?! Dengan kesal Christopher menuju arena pertarungan dan langsung ternganga! Dia mengenali beberapa murid~muridnya yang memang berandalan kelas berat tengah terkapar di lapangan dan biang kerok yang menyebabkan mereka babak belur itu sedang menduduki perut salah satu muridnya yang merupakan pimpinan geng para berandalan ini. "Makanya elo gak usah sok semena~mena deh! Cemen lo! Preman kelas teri kayak kalian sudah biasa gue hadapi!" "Jadi, elo juga.. preman?" tanya si gondrong takjub. Pletak. Renata menjitak kepala si gondrong. "Gue itu guru elo!" Si gondrong menatap tak percaya. "Ehmm, ehm, Bu Renata!" Christopher berdehem untuk memperingatkan guru barunya. Renata sontak meloncat berdiri sambil tersenyum polos tanpa dosa. "Pagi Pak Christopher, cerah banget bapak hari ini," sapanya ceria. Ia mengibas~ngibaskan bajunya dari debu yang menempel. Christopher hanya bisa mengelus d**a prihatin menyaksikan tingkah ajib guru sableng satu ini. "Apa yang anda lakukan, Bu Renata?" tegurnya halus. "Bapak tak bisa melihat? Gue.. eh, aku lagi memberi pelajaran pada berandalan cilik ini. Mereka tadi membully cowok culun berkacamata itu!" katanya sambil menunjuk makhluk culun yang duduk terpaku menyaksikan pertunjukkan Renata sedari tadi. Christopher menghela napas berat, dalam hati ia menyangsikan keputusannya menerima Renata sebagai guru! Mungkin ia harus meninjau ulang keputusan gegabahnya! Tapi disisi lain, sebagai pria, kelakuan Renata membuatnya semakin tertantang mendekati Renata. Gadis ini terlihat sangat menggairahkan dan liar, menantang untuk menaklukannya! "Ligo, Bram, ajak teman~teman kalian ke ruangan saya." Ligo dan kawan~kawannya menggangguk lesu, selama ini mereka hanya segan pada orang ini. Meski terlihat simpatik, Pak kepsek kalau marah syeremmm. "Dan kamu Alfa, kamu juga ikut ke ruangan saya sekarang juga." "I-iya, Pak," sahut si culun grogi. Setelah semua muridnya pergi, Christopher baru menegur Renata. "Renata, bagaimana bisa kamu mengajak berkelahi muridmu sendiri?! Kamu itu guru yang seharusnya memberi teladan." "Lho gegara aku guru, makanya tadi aku memberi pelajaran pada mereka," kilah Renata. "Bukan begitu caranya, Renata. Cara seperti ini justru akan menjatuhkan wibawamu, belum lagi kemungkinan akan ada efek lanjutannya." "Emang bakal ada apa?" tanya Renata bingung. "Mudah~mudahan saja tak ada wali murid yang akan menuntutmu karena anaknya babak belur kamu pukuli tadi!" Wajah Renata berubah pias. Duh, mengapa tadi dia tak berpikir sejauh itu? Tamat sudah karir gurunya bahkan sebelum dia mengajar! Christopher menahan geli nmengamati wajah galau Renata yang menurutnya sangat lucu dan manis. "Sudahlah, aku akan membereskannya. Anak~anak itu akan kuberi siraman rohani dulu supaya mereka tak mengadu pada ortunya. Sekarang, kamu rapikan penampilanmu dan bersiap-siap mengajar dulu. Jangan terlambat mengajar di hari pertama!" *** Renata memasuki kelas yang diajarnya dengan antusias tinggi. "Semangat pagi murid~muridku sayang." Ia melambaikan tangannya dengan penuh semangat. Murid~murid di kelas pada bengong. Kecuali satu makhluk berkilau yang duduk di pojokan belakang yang tetap asik memandang sesuatu dibalik jendela. Bagaimana mereka tak merasa takjub? Tampilan guru baru ini sangatlah unik. Cantik luar biasa dan agak liar, juga s*****l. Lalu sikapnya begitu bebas, tak terkesan sok jaim. Lagipula mereka telah mendengar apa yang terjadi tadi pagi, Renata berhasil mengalahkan geng Deadmen sendirian! Ck.. ck.. ck.. "Valen, bukannya dia kakakmu? Wow, bagaimana bisa dia sekarang menjadi guru kita?" tanya Sisil terheran-heran. "Hmm," Valen menjawab singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. "Students, perkenalkan namaku Renata. Di kelas, kalian boleh memanggilku Bu Renata. Di luar sekolah kalian panggil namaku saja, tak usah pakai embel~ embel Bu, Mbak, Nona atau Adik. Ohya, aku akan mengajar kalian kesenian.. dijamin seru! Ada pertanyaan?" "Status, Bu!" "Punya pacar gak, Bu?" "Ibu punya adik cewek?" Renata tersenyum melihat polah muridnya. "Status jomblo tapi gak ngenes. Jadi bukan jones. Tidak. Aku tak punya adik cewek.. syukurlah, jadi tak ada yang menyaingi kecantikanku," sahut Renata narsis. "Cieeee.." "Huuuuui.." Mereka berceloteh ramai menggoda Renata. Cewek itu terkekeh geli menanggapi ulah muridnya. "Oke guys. Sebelum kita mulai pelajaran, Ibu ingin memperlihatkan satu video pada kalian. Tolong diperhatikan.. ini penting! Ohya, untuk yang duduk di belakang pojok, tolong jangan memandang keluar jendela melulu!" Sisil tahu yang dimaksud adalah Valen, dia menyikut lengan Valen. "Valen, kakakmu menegur kamu." Renata mendekati tempat duduk Valen, dia sedikit berlutut untuk mengintip apa yang diperhatikan Tuan kecilnya. Valen merasakan hembusan napas hangat di tengkuknya. Seketika ia menoleh ke depan! Ia khawatir kalau lehernya akan digigit Renata lagi! "Bagus, Sayang. Jangan berani melihat jendela selama pelajaranku kalau tak mau kugigit lehermu," bisik Renata pelan di telinga Valen. Valen mengangguk tak kentara. Renata tersenyum puas sebelum berjalan ke depan, kemudian ia memutar satu video singkat tentang pembullyan. Murid~muridnya mulai memperhatikan layar LCD didepannya. Begitu video itu selesai diputar, murid~murid pada terdiam. Renata menatap mereka semua dengan tajam. "Kalian tahu video tentang apa itu tadi?" tanyanya tegas. "Bullying," jawab mereka serempak. "Good. Ibu gak bakal tanya apakah bullying baik atau enggak. Kalian bukan anak TK yang mestinya udah tahu hal itu tak boleh dilakukan. Tapi mengapa Ibu menyaksikan di sekolah ini bullying justru merajalela?!" Brak!! Renata menggebrak mejanya hingga semua muridnya syok, kecuali Valen yang tahu persis kelakuan lebay seorang Renata! "Siapa yang pernah melakukan bullying ayo mengaku sekarang dan berhadapan dengan saya!" bentak Renata menantang murid~muridnya dengan lagak mirip polisi menginterograsi penjahat. Mereka semua menunduk ketakutan, hanya Valen yang menatap kedepan tanpa ekspresi. "Cemen lo semua! Tak berani mengakui kebejadan kalian?" "Maaf Bu, kami... kami gak ikut~ikutan bully kok. Mereka geng Deadmen yang melakukan," cetus Sisil membela teman sekelasnya. "Tapi kalian diam saja kan saat tahu teman kalian dibully? Apa bedanya kalian dengan pelakunya? Bahkan mungkin kalian ikut menikmati pertunjukkan itu," sergah Renata kesal. Murid~muridnya menunduk semakin dalam. Renata membuang nafas kesal. "Mulai sekarang jangan bersikap pasif. Lawan bullying itu. Stop Bullying!! Kalau kalian enggak kompak melawannya, hal itu gak akan pernah berakhir!" kata Renata berapi~api. Murid~muridnya terpukau menyaksikan semangat berkobar~kobar gurunya, hingga mereka akhirnya jadi tergerak. "Sebenarnya kami ingin melawan, tapi bagaimana caranya? Geng Deadmen, mereka menakutkan!" "Cih! Menakutkan apanya?! Mereka manusia, yang menakutkan itu iblis!! Lagian, kalian itu banyak sedang mereka berapa orang? Kalau kalian bersatu, gak ada yang sanggup mengalahkan kalian!" Betul juga! Pikiran murid~murid mulai terbuka. "Makanya mulai sekarang jangan pasif lagi. Bersatulah kalian membela yang benar. Tetap semangat. Terus melangkah.. bela yang benar... Tetap semangat.. Woi.. aduh lama-lama Ibu menyanyi lagu Tetap Semangat nih!" Murid~murid tertawa geli mendengar ucapan gurunya yang melenceng itu. "Oke, supaya kalian tetap semangat akan Ibu putarkan video Tetap Semangat. Selesai itu kita ngedance bareng disertai lagu ini, oke!" "Asikkkk!!" murid~murid bersorak gembira. Bersama Renata pelajaran jadi seru abis! Renata pun memutar video Tetap Semangat. Selesai memutar video itu, Renata mengajak semua muridnya berdiri, lalu mereka menyingkirkan semua meja kursi kesamping hingga menyisakan ruangan kosong didalam kelas. Renata mengajak semua muridnya menari diiringi musik rancak Tetap Semangat. Semua bergoyang heboh mengikuti gerakan yang diajarkan Renata. Kecuali satu makhluk berkilau yang hanya berdiri di pojok belakang. Valen menatap Renata dengan ekspresi datarnya. Namun di hatinya terselip kekaguman setelah mengamati cara maidnya mengajar yang sangat unik tiada duanya. Tanpa setahu mereka semua, Christopher juga menyaksikan itu semua melalui jendela kaca yang ada di pintu kelas. Memang ruarrrr biasa guru satu ini. Dia berbeda dengan guru yang lain yang bersikap formil dan kaku. Cara mengajarnya sangat ekspresif, bergelora, bebas namun mengena. Christopher takjub dibuatnya. Ralat, ternyata keputusannya menerima Renata sangatlah tepat!! Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN