Serena gelagapan, dia kembali menyembunyikan kalung itu ke dalam kerah bajunya. Tetapi, tetap saja dia sudah ketahuan. Serena melirik Syifa yang masih menatapnya, wajah adik Agam itu senyum cerah. “Tidak apa-apa, apa Abang datang sendiri kesini dan menitipkan kalung itu?” tanya Syifa. Serena mengangguk, “Iya, dia datang semalam dan pergi begitu saja.” “Pasti, aku dulu merasakannya. Setiap dia datang dan membawa Savia, aku selalu takut saat dia pergi. Takut jika kembali dalam keadaan yang tidak baik atau bahkan tidak kembali lagi.” jelas Syifa. Dia dengan jelas bisa merasakan ketakutan Syifa, hal itu yang membayang-bayanginya selama beberapa jam terakhir. “Dia selalu menitipkan Savia jika ingin pergi?” “Iya, waktunya sangat tidak tentu, bisa pagi, siang atau malam bahkan dini hari.” Ja