24 - The Reason

1191 Kata
            Semakin lama Yoshiki semakin merasa berdebar-debar jika bersama Mika. Malam itu, Yoshiki sedang berbaring di sofa sambil menatap Mika yang duduk di lantai sembari menonton televisi. Gadis itu bersandar pada sofa yang ditiduri Yoshiki tanpa menyadari adanya tatapan darinya.             Ada sebuah pertanyaan yang selalu melintas di pikiran Yoshiki dan pertanyaan itu selalu ingin ditanyakannya pada Mika dari dulu. “Mika...” panggil Yoshiki pelan. “Hm ?” sahut Mika tanpa menoleh dari acara TV-nya.             “Kenapa kau bisa menyukaiku...?” tanya Yoshiki sambil menatap langit-langit ruangan. “Eeeehhh ???” Mika terkejut mendengar pertanyaan itu dan wajahnya langsung memerah seketika. “Ke-kenapa kau menanyakan hal itu, Kimura-kun...?” gagap Mika sambil menatap layar TV tanpa terfokus pada acaranya. Ia tidak berani menatap Yoshiki dengan wajah memerah seperti itu. “Hmm... aku ingin tahu saja. Apa karena wajahku ?” Yoshiki menoleh ke arah Mika. Gadis itu langsung menggeleng.             “Bukan karena wajahmu. Yah, walaupun itu hanya menjadi salah satu faktor kecil dari rasa sukaku sih...” jawab Mika cepat dengan wajah yang masih memerah.             Faktor kecil ??? batin Yoshiki bingung karena selama ini gadis-gadis yang mengejarnya selalu menyukainya karena wajahnya yang tampan. Setelah mendengar Mika berkata demikian, Yoshiki rasanya ingin tertawa karena baru kali ini ada gadis yang menyukainya lain dari yang lain. “Lalu karena apa ?” tanya Yoshiki lagi.             Mika terdiam agak lama dan berusaha menenangkan dirinya dari kegugupan yang melandanya. Setelah dirasanya ia cukup berani, Mika pun mulai bicara. Jantungnya berdegup kencang.             “Karena nama...”             “Karena Kimura-kun mengingat namaku... Meskipun kau sebal sekali denganku, tapi kau masih ingat dengan namaku dan itu benar-benar membuatku senang karena selama ini tidak ada yang benar-benar mengingatku... mereka selalu memanggilku ‘Si gadis berambut merah’. Karena itulah aku benar-benar senang setiap kali Kimura-kun menyebut namaku...”             “Dan itu berarti setidaknya aku masih memiliki tempat kecil di hatimu. Walaupun hanya di sudut hatimu saja, tapi aku benar-benar senang...” Mika masih menunduk sambil tersenyum senang. Rona merah di pipinya terlihat sangat manis sekali.             “Apalagi hanya Kimura-kun yang tulus memperhatikanku saat pertama kali kita bertemu... aku bahkan tidak bisa melupakan bagaimana kau tersenyum padaku...” kenang Mika. Senyum di wajahnya tidak memudar sama sekali.             Yoshiki yang mendengar hal itu, wajahnya langsung memerah dan ia menutupinya dengan punggung tangannya. Jantungnya berdebar-debar keras. Baru kali ini ada gadis yang menyukainya hanya karena hal kecil yang ia lakukan terhadapnya. “Setelah itu aku bahkan sudah tidak tahu lagi apa saja yang membuatku bisa menyukaimu. Tanpa aku sadari aku jadi sangat menyukaimu.”             “Lagipula rasanya sangat mendebarkan saat namamu dipanggil oleh orang yang kau sukai... ya ‘kan Kimura-kun ?” lanjut Mika dan ia menoleh pada Yoshiki sambil tersenyum lebar.             Yoshiki yang ditanyai mendadak seperti itu pun langsung salah tingkah dan wajahnya semakin merah padam. “Umm... mu-mungkin...” katanya gugup.             Yoshiki pun langsung berdiri dan tanpa menatap Mika, ia langsung mengatakan, “Aku mau tidur dulu...”             Mika yang memandang Yoshiki dengan bingung pun hanya mengucapkan, “Un... selamat malam Kimura-kun...” dan ia melanjutkan tontonannya.             Yoshiki masih berdiri di belakang sofa dan ia kembali menatap Mika dengan tersipu-sipu. Dengan berdegup kencang, ia mengatakan dengan pelan dan lembut, “Selamat malam, Mika...”             Yoshiki langsung berjalan ke kamarnya sementara Mika yang mendengarnya langsung tertegun dan tersipu seketika. Ia menoleh ke arah perginya Yoshiki.                                                                                               ***                         Esoknya saat Yoshiki baru saja pulang dari kantornya, ia melihat Mika yang bersiap-siap hendak keluar. Gadis itu tertegun melihat Yoshiki yang baru saja masuk. “Ah, selamat datang Kimura-kun !” Mika tersenyum padanya tanpa menghentikan aktivitasnya yang sedang memakai mantel. “Aku pulang... kau mau keluar ?” tanya Yoshiki setelah menutup pintu. “Ya, aku mau ke supermarket sebentar. Aku lupa aku belum berbelanja untuk sarapan besok.” jawab Mika. Yoshiki terdiam dan ia melihat jam tangannya. “Aku temani ya ? Soalnya ini sudah larut malam.” tawar Yoshiki sambil meletakkan jas dan tas kerjanya di sofa. “Eh ? Bukannya Kimura-kun sudah lelah ? Aku tidak mau merepotkanmu...” mata Mika membesar mendengar tawaran Yoshiki dan ia berjalan menghampirinya. “Aku tidak lelah kok. Ini sudah larut malam, bahaya kalau kau keluar sendiri.” balas Yoshiki dan ia menggulung lengan kemejanya. “Umm... kalau Kimura-kun tidak keberatan, baiklah...” jawab Mika dengan sedikit tersipu.             Jarak supermarket yang tidak terlalu jauh membuat mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja. Yoshiki juga lebih suka berjalan kaki karena ia senang menghabiskan waktu berdua dengan Mika seperti ini. Lelaki itu mulai menyukai debaran yang dirasakannya setiap kali bersama Mika.             Yoshiki menenteng beberapa plastik belanja Mika sementara ia membiarkan gadis itu membawa satu plastik yang tidak terlalu berat saja. “Tuh ‘kan, untung saja aku ikut. Barang belanjaanmu banyak sekali.” kata Yoshiki saat sedang berjalan pulang bersama Mika. “Hahaha, iya deh...” Mika tertawa dan ia berlari mendahului Yoshiki.             “Ayo Kimura-kun ! Kenapa jalanmu lambat sekali ??? Lihat, aku lebih cepat darimu !” ejek Mika sambil tertawa di depannya. “Iya, iya... kau ini, bawaanku lebih banyak tahu.” balas Yoshiki sambil mendengus tertawa.             Tanpa diduga, saat Mika sedang berdiri menunggu Yoshiki yang menyusulnya, ia dicegat oleh tiga orang preman. “Hai nona cantik, jalan sendirian malam-malam begini ?” goda salah satu di antara mereka sambil melemparkan seringai nakal.             Mika mulai ketakutan dan ia mundur beberapa langkah. Para pria itu berusaha mencolek lengan Mika yang menghindar. Yoshiki yang melihat hal itu langsung berlari menyusul Mika. Ditariknya gadis itu agar berlindung di belakangnya. “Maaf, apa yang kalian lakukan dengan tunangan saya ?” Yoshiki menatap dingin pada pria-pria itu. “Waahhh, rupanya ada pacarnya yaa... kami cuma ingin berkenalan dengan nona cantik itu saja, apa tidak boleh ?” preman itu memberikan senyum sinis ke arah Yoshiki. “Kami sedang buru-buru. Permisi.” Yoshiki menarik tangan Mika untuk melewati mereka.             Puk !             Salah seorang dari pria itu menepuk pinggang Mika saat ia melewatinya. Mika terkejut dan ia langsung menghindar sebelum tangan pria itu kembali mendarat di tubuhnya. Yoshiki yang melihat hal itu langsung berbalik memandang mereka tajam. “Apa yang kau lakukan, b******k ???” Yoshiki terlihat gusar sekali melihat Mika disentuh seperti itu. Ia memberikan tatapan yang menusuk pada pria yang berani melecehkan Mika. “Apa-apaan sih !!!” preman itu langsung mengayunkan tinjunya ke arah Yoshiki karena tidak senang dengan tatapannya.             Tap !             Dengan tatapan meremehkan, Yoshiki menangkap tinjunya dan berkata, “Masih butuh 1000 tahun lagi bagimu untuk menyentuh milikku.”             Lalu dengan cengkeraman kuat, Yoshiki memelintir tangan preman itu dan membantingnya ke tanah. Teman-temannya berteriak marah dan hendak menyerangnya juga.             Yoshiki langsung berbisik cepat ke arah Mika, “Berlindunglah dulu. Di sini berbahaya.” katanya sambil meletakkan semua plastik belanja mereka di tanah. Mika mengangguk ketakutan dan mundur ke belakang. Ia bersembunyi di balik tiang listrik sambil menyaksikan mereka.             Preman-preman itu menyerang Yoshiki dan ia mengelak sambil menyerang balik satu per satu. Ya, Yoshiki memang menguasai beladiri, terutama Aikido dan Taekwondo.             Melihat teman-temannya babak belur, pria yang tadi menggoda Mika mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Mika melihat kilauan pisau itu dan matanya membesar saat menyadari si preman berlari ke arah Yoshiki sambil mengayunkan pisaunya.             Mika dengan panik berlari langsung untuk melindungi Yoshiki. Gadis itu merentangkan tangannya melindungi Yoshiki yang tidak menyadari adanya serangan dari sisi kirinya.             “MATI KAU !!!” pekik preman itu dengan ekspresi puas. Pisaunya terangkat tinggi di atas dan bersiap mengayun ke arah Yoshiki.             “Tidaaakk !!!!” teriak Mika sambil menutupi sisi kiri Yoshiki. Yoshiki terkejut menyadari Mika telah berdiri di sampingnya dengan tangan terentang.            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN