Mika benar-benar merasa senang karena karyawisata ini bisa membuatnya kembali berbaikan dengan teman-temannya.
Saat semua orang selesai menikmati makan siang mereka, Mika dibebaskan dari tugas mencuci piring karena ia sudah memasak untuk mereka. Gadis itu bingung hendak melakukan apa seorang diri dan tepat pada saat itu ia melihat Yoshiki berjalan menuju taman kecil di dekat penginapan mereka. Lelaki itu seorang diri dan ia membawa sebotol minuman dingin di tangannya.
Mika mempercepat jalannya namun kruk itu membuatnya sulit bergerak. Ia berniat untuk menghampiri Yoshiki yang duduk di bangku taman di bawah sebuah pohon yang rindang. Mika sedikit terengah-engah saat ia berhasil sampai ke tempat Yoshiki. Lelaki itu hanya meliriknya dari ujung matanya saja tanpa berusaha menoleh atau menegur Mika.
“Kimura-kun...” panggil Mika dengan suara kecil.
Yoshiki tetap tidak menjawab dan ia menegak minumannya. Mika kemudian bergerak lebih dekat lagi padanya dan ia langsung menunduk ke arahnya hingga membuat Yoshiki mengernyit bingung.
“Terima kasih !” ucap Mika dengan sedikit lantang.
“Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dan sudah membantuku menghadapi masalahku.” lanjut Mika dan ia mengangkat kepalanya tersenyum menatap Yoshiki yang masih membatu.
“Aku tidak menolongmu dari masalahmu.” jawabnya dingin. Mika kembali menggeleng cepat.
“Tidak ! Tidak ! Kau menolongku dengan mengatakan semuanya pada mereka ! Aku sendiri tidak akan berani mengatakannya...” jawab Mika cepat dan kemudian suaranya memelan kembali.
“Dan... aku sudah mengatakan pada mereka sesuai dengan apa yang kau katakan...” gumamnya lagi. Yoshiki menaikkan sebelah alisnya tanpa berusaha menanyakan apa hasilnya.
“Mereka sekarang sudah tidak mengucilkanku lagi ! Karena itu aku berterima kasih sekali padamu !” Mika lagi-lagi menunduk untuk memberikan rasa terima kasihnya.
Yoshiki tiba-tiba berdiri dan ia tidak tersenyum sama sekali. Ia hanya menatap Mika yang masih menunduk ke arahnya dengan dingin.
“Kalau begitu, sebagai rasa terima kasihmu lakukan satu hal untukku.”
Mika langsung menengadah bingung dengan apa yang diinginnkan oleh Yoshiki. Pria itu memandangnya tajam.
“Jangan muncul lagi di hadapanku !” desisnya.
Mika tertegun mendengarnya dan ia meneguk ludah. Ia tidak tahu jika Yoshiki masih sangat membencinya dan pria itu benar-benar berharap tidak melihatnya sama sekali walaupun Mika selalu masuk dalam jarak pandangnya.
Yoshiki langsung berjalan pergi meninggalkan Mika yang terpaku. Sebelum sosoknya menghilang, gadis itu kembali berteriak.
“Untuk yang satu itu aku tidak bisa melakukannya !” balasnya namun Yoshiki tidak mempedulikannya sama sekali.
***
Karyawisata telah berakhir dan semuanya kembali normal. Mika masih dengan antusias mendekati lelaki itu walaupun Yoshiki telah menghindar darinya. Ia bahkan melontarkan kata-kata kasar untuk Mika namun hal itu tidak membuatnya gentar sama sekali. Ia sudah bisa bersaing dengan terang-terangan karena Shiori juga menunjukkan hal yang sama.
Mika selalu berusaha menegur Yoshiki jika bertemu dengannya. Tapi, lelaki itu terus saja menunjukkan wajah tidak senang saat melihatnya. Hal itu terus terjadi berulang-ulang hingga menjelang hari kelulusan Yoshiki.
Mika sadar jika ia akan sulit melihat pria itu lagi setelah Yoshiki lulus. Apalagi Yoshiki adalah salah satu murid cerdas dan ia telah memilih universitas ternama. Namanya bahkan masuk untuk mendapatkan beasiswa sebagai mahasiswa undangan.
Tapi, Mika masih pantang menyerah, ia belajar dengan sangat giat agar bisa masuk ke universitas yang sama dengan Yoshiki. Ia sama sekali tidak bisa melupakan pria itu dan senyuman ramah yang pernah diberikannya.
Gadis itu terus belajar dengan keras bahkan sampai ia kurang tidur akibat belajar siang dan malam. Tapi, perjuangannya benar-benar membuahkan hasil.
Suatu keajaiban Mika berhasil lolos ujian masuk di universitas yang sama dengan Yoshiki. Ia sudah menunggu satu tahun untuk bisa melihat senyuman Yoshiki lagi.
Hari pertama kelulusannya langsung membuat Mika berlari dengan girang di sepanjang kampus untuk mencari sosok pria yang sangat dirindukannya itu.
Jantungnya berdegup kencang ketika ia melihat seorang pria yang sedang duduk bersandar di kursi taman dengan dinaungi oleh pohon rindang yang besar. Mika bisa merasakan waktu rasanya terhenti saat ia melihat sosok yang telah berubah menjadi dewasa itu.
Yoshiki duduk membaca buku seperti yang sering dilakukannya saat SMA. Angin berhembus pelan membuat rambutnya bergoyang halus. Mika benar-benar tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Yoshiki sama sekali. Kakinya langsung melangkah tanpa sadar mendekati sosok itu.
“Kimura-kun... lama tidak berjumpa...” Mika memberanikan dirinya menyapa Yoshiki yang tertegun saat mendengar suara yang dirasanya cukup familiar itu.
Yoshiki menoleh dan melihat Mika tersenyum ke arahnya. Matanya membesar seketika saat menyadari sosok yang membuatnya berubah total itu.
“Mika ! Bagaimana kau bisa di sini ???” suaranya terdengar gusar.
Mika terdiam dan menyadari bahwa Yoshiki tidak melupakannya. Ada secercah kebahagiaan saat mendengar Yoshiki menyebut namanya kembali.
“Aku berhasil masuk universitas ini. Jadi, mohon bantuannya sekali lagi Kimura-kun.” senyum Mika sambil menunduk memberi salam.
“Terserah ! Yang penting jangan dekat-dekat denganku !” Yoshiki langsung beranjak dari tempatnya. Wajahnya benar-benar menunjukkan ketidaksukaan saat melihat gadis itu dan ia segera meninggalkan Mika.
Gadis itu masih menyunggingkan senyum saat melihat Yoshiki berjalan menjauh darinya. Rasa rindunya benar-benar membuatnya tidak ingin menyerah terhadap Yoshiki.
***
Tidak henti-hentinya Mika berusaha mendekati Yoshiki agar pria itu mau kembali tersenyum padanya. Tapi, hati Yoshiki sudah berubah menjadi batu yang sangat keras.
Bukannya Mika tidak tahu malu dengan terus menerus mendekati Yoshiki seperti itu. Tapi, ia ingin setidaknya ia bisa kembali berbicara dengan Yoshiki seperti dulu. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan lelaki itu.
“Kimura-kun !” lagi-lagi Mika menyapanya yang hendak pulang dari kampus. Yoshiki langsung memalingkan wajah dengan ekspresi gusar apalagi mengetahui Mika memang dengan sengaja menunggu di depan gerbang kampus.
Yoshiki tidak mempedulikannya dan langsung berjalan melewatinya bersama Kazu.
“Siapa itu, Yoshiki ? Sepertinya aku pernah melihatnya.” tanya Kazu sambil menoleh ke belakang untuk melihat Mika.
“Cewek gila. Jangan pedulikan dia.” jawab Yoshiki sambil terus berjalan.
“Gila tapi cantik.” gumam Kazu yang melihat Mika masih melambaikan tangan dengan riang. Ia benar-benar tidak ingat dengan Mika walaupun ia-lah yang pertama kali mengenalkannya pada Yoshiki.
Mika sebenarnya sadar bahwa tindakannya percuma saja karena pria itu selalu mengacuhkannya. Tapi, ia ingin setidaknya Yoshiki memandangnya walaupun hanya sebentar saja.
Gadis itu pun tahu jika waktu yang akan dihabiskannya untuk bisa bersama dengan Yoshiki di kampus tidak akan lama lagi karena sudah pasti Yoshiki akan lulus lebih dulu darinya.
Bahkan Yoshiki kali ini sudah menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak ada yang tahu kemana dia akan bekerja setelah ia lulus nanti. Entah kenapa ia ingin mengubur apapun yang berhubungan dengan Mika.
Tidak terasa 4 tahun telah berlalu dan hari kelulusan Yoshiki telah tiba. Mika hanya sanggup menatap Yoshiki yang menyampaikan pidato perpisahan karena ia adalah mahasiswa terbaik seperti biasanya. Walaupun itu adalah hari kelulusannya, pria itu tetap saja tidak pernah menunjukkan senyumnya lagi sejak terakhir kali Mika melihatnya. Entah apa yang merubah Yoshiki menjadi pria yang lebih sulit untuk didekati.
Mika menatap sedih pada jendela kamarnya yang dibasahi oleh air hujan. Rasanya langit pun ikut mendung sesuai dengan suasana hatinya saat ini. Entah berapa banyak air mata Mika yang mengalir malam itu karena ia menyadari ia tidak akan berjumpa lagi dengannya. Ia benar-benar sedih dan sering mengurung dirinya di kamar.
Ibunya yang melihat Mika seperti itu pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan anaknya begitu sedih hingga berhari-hari seperti itu apalagi Mika tidak mau mengatakan penyebabnya.