Mika benar-benar terkejut melihat dirinya dipeluk oleh Yoshiki. Setelah mendengar kata-kata pria itu, ia perlahan-lahan membalas pelukan Yoshiki juga.
Melihat ada tangan yang memeluknya, hati Yoshiki merasa sangat gembira. Ia tidak tahu kenapa hatinya benar-benar senang dan semakin mempererat pelukannya pada Mika.
Mika mungil sekali di dalam pelukanku... batin Yoshiki. Ia jadi semakin tidak ingin melepas pelukannya pada Mika. Sebenarnya tanpa disadari Yoshiki, ia jadi sangat menyayangi Mika. Ia bahkan ingin melindunginya.
Hanya terdengar detak jantung mereka yang saling berlomba satu sama lainnya dalam keheningan dan kegelapan itu.
“Kimura-kun... bagaimana caranya kita keluar dari sini ?” pertanyaan Mika memecah keheningan setelah beberapa saat mereka terkurung di sana. Ia menengadah menatap Yoshiki yang kelihatannya enggan untuk melepaskan pelukannya.
“Hmm... aku sudah memikirkannya dan aku lupa kalau cara ini masih ada...” Yoshiki mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
“Kimura-kun ! Kenapa tidak bilang dari tadi kalau kau membawa ponsel ???” kaget Mika dan ia langsung melepaskan pelukannya seketika.
“Sudah kubilang kalau aku lupa...” jawab Yoshiki dengan wajah memerah dan memalingkan wajahnya dari tatapan Mika.
Sebenarnya Yoshiki ingat ia membawa ponselnya. Tapi, ia ingin memeluk Mika hingga ia sengaja berlama-lama di dalam sana.
Yoshiki pun menekan ponselnya dan menghubungi Kazu. Dengan suara dinginnya ia berkata, “Dalam 5 menit kalau kau tidak membuka pintu ini, maka habislah kau saat aku keluar dari sini.”
Ia langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban Kazu terlebih dahulu. Mika sampai meneguk ludah mendengar seberapa dinginnya suara Yoshiki yang mengancam Kazu.
Dalam sekejap, mereka sudah keluar dari gudang itu. Yoshiki hanya menatap dingin pada Kazu saat ia keluar. Hanya dengan tatapan itu saja sudah membuat Kazu berkeringat dingin. Mika merasa kasihan padanya karena ia sering ditatap seperti itu oleh Yoshiki hingga mengerti bagaimana perasaannya.
Yoshiki pun berjalan melewati Kazu dan menepuk pelan pundaknya.
“Terima kasih ya...” bisiknya hingga hanya Kazu yang bisa mendengarnya.
Yoshiki langsung menarik tangan Mika lalu menggandengnya pergi meninggalkan Kazu yang akhirnya tersenyum.
“Sudah kuduga kau akan mengatakan itu, Yoshiki. Nampaknya aku harus dapat penghargaan karena menjodohkan orang.” gumam Kazu sambil menatap mereka yang telah berjalan pergi.
***
Yoshiki membawa Mika menuju aula pesta. Ia masih terus memegang tangannya sepanjang perjalanan. Mika pun hanya bisa menunduk malu dan berdebar-debar.
Saat mereka berhenti di depan pintu aula, Mika tiba-tiba menarik tangannya dari Yoshiki hingga lelaki itu terkejut dan menoleh padanya. Ia masih ingin bergandengan tangan dengan Mika.
“Ada apa ?” tanya Yoshiki pelan.
“Aku hanya tidak enak saja dengan teman-temanmu nanti jika mereka melihat kita... umm... bergandengan tangan seperti itu... apalagi ada begitu banyak wanita-wanita yang menyukaimu di sini. Nanti mereka bisa salah paham...” jawab Mika sambil menunduk untuk menutupi wajahnya yang merah.
Mendengar hal itu, Yoshiki hanya diam saja dan menghela napas panjang.
“Lebih baik aku pulang saja... Kimura-kun, lanjutkan saja acaramu.” lanjut Mika sambil berbalik secepat mungkin.
Grep !
Yoshiki dengan cepat langsung menarik lengannya. Mika terkejut dan menoleh kembali pada pria itu.
“Jangan pulang... tetaplah bersamaku...” katanya pelan dengan menunduk tersipu.
Mika tidak bisa berkata apa-apa jika Yoshiki sudah memintanya seperti itu. Ia selalu luluh dengan permintaan Yoshiki hingga ia mengangguk pelan ke arahnya.
Dugaan Mika tepat, saat melihat Yoshiki masuk ke dalam aula, para gadis-gadis langsung mendekatinya lagi. Mereka memandang sengit pada Mika yang berdiri di samping Yoshiki karena rambutnya yang mencolok. Mika menunduk takut dan mundur perlahan.
Gadis itu ingin diam-diam pulang. Kakinya sudah mundur hingga hampir mencapai pintu kembali. Tapi, tiba-tiba Yoshiki yang melihat Mika tidak ada di sampingnya, langsung menoleh cepat mencari gadis itu dan menarik tangan Mika ke dekatnya.
Mika terkejut, begitu pula dengan gadis-gadis yang mengerubunginya. Mereka langsung melemparkan pertanyaan bertubi-tubi.
“Kimura-kun ! Siapa gadis ini ???” tanya salah seorang gadis.
“Kenapa dia dekat-dekat denganmu sih ???” sambung yang lainnya.
“Tak usah pedulikan dia, Kimura-kun !” balas gadis lain lagi.
Mika yang mendengar hal itu pun ingin melepaskan genggaman tangan Yoshiki. Ia berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman besar itu. Tapi, Yoshiki malah semakin erat menggenggam tangan Mika hingga gadis itu tidak bisa melepaskannya.
“Apa urusan kalian ??? Dia tunanganku. Tak ada salahnya dia selalu bersamaku.” kata Yoshiki tegas dan semakin menarik Mika ke sampingnya.
“Ki... Kimura-kun...” wajah Mika semakin merah padam.
“Apa ??? Kau bohong ‘kan, Kimura-kun ???” protes seorang gadis.
“Jangan-jangan gadis ini yang memaksamu !” sambung yang lainnya.
Yoshiki yang merasa kesal dengan kelakuan mereka yang terus berteriak-teriak seperti itu langsung menunjukkan tangannya yang menggenggam tangan Mika. Di jari manisnya terlingkar sebuah cincin yang sama dengan Mika.
Gadis itu terkejut melihat cincin itu. Sementara Kazu yang menonton hal ini pun ikut melongo. Mika tahu Yoshiki tidak pernah memakai cincin mereka sama sekali karena ia selalu memperhatikan Yoshiki. Tapi, kali ini ia baru menyadari pria itu memakai cincin pertunangan mereka.
“Ehh, Kimura-kun... kapan kau—” belum sempat Mika menyelesaikan pertanyaannya, Yoshiki langsung memotongnya.
“Aku dijodohkan dengannya semenjak 5 bulan yang lalu. Jadi, tolong berhentilah menggangguku dan Mika.” tegasnya lagi dan ia langsung menarik Mika pergi dari sana.
“Kita pulang.” gumamnya pada Mika.
Saat mereka keluar dari ruangan itu, Yoshiki diam seribu bahasa sehingga Mika yang masih terkejut pun sebenarnya ingin bertanya pada Yoshiki. Tapi, melihat pria itu diam, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Sejujurnya Yoshiki diam karena wajahnya memerah dan jantungnya berdetak kencang sekali setelah mengatakan hal tadi. Ia masih bisa mengingat kilasan kejadian sebelum ia pergi ke acara reuni tadi...
Yoshiki sedang mengancingkan lengan kemejanya sebelum datang ke acara reuni dan matanya menangkap sebuah kotak berwarna merah hati yang terbuat dari beludru. Perhatiannya tertuju pada kotak itu dan ia melangkahkan kaki untuk mengambilnya. Dibukanya perlahan kotak itu dan ada sebuah cincin perak dengan ukuran jarinya berada di sana. Ia tahu itu adalah cincin pertunangannya dengan Mika yang tidak pernah dipakainya sejak mereka memiliki hubungan itu. Yoshiki menatap lama pada cincin itu sebelum ia mengambilnya dan langsung memakainya. Entah kenapa ia ingin hubungannya dengan Mika menjadi jelas...
Keduanya terus berdiam diri sampai mereka tiba di rumah. Yoshiki akhirnya mengeluarkan suara sebelum Mika keluar dari mobil.
“Maaf karena sudah membuatmu dibenci mereka... seharusnya aku menurutimu saja untuk pulang...” katanya pelan dengan rona merah di wajahnya. Ia memandang lurus ke depan, tak berani menoleh ke arah Mika.
Mika yang tertegun mendengar Yoshiki mengatakan hal itu pun menatapnya. Karena Mika tak merespon, Yoshiki pun memandangnya masih dengan wajah tersipu.
Melihat wajah Yoshiki yang memerah, Mika pun mendengus lucu.
“Hmmph, baru kali ini aku melihat wajah Kimura-kun memerah...” katanya sambil tertawa pelan.
Yoshiki tertegun melihat reaksi Mika dan wajahnya malah semakin memerah.
“Apa-apaan sih...???” gumamnya sambil menunduk ke stir mobil.
“Sudahlah ! Anggap saja aku tak pernah mengatakannya !” kata Yoshiki sebal karena wajahnya tidak bisa berhenti memerah. Ia langsung membuka pintu mobil untuk keluar.
Sebelum kakinya melangkah keluar, Mika langsung menjawabnya.
“Aku tidak marah sama sekali karena hal itu kok. Jadi, Kimura-kun tidak perlu minta maaf. Dan lagi aku tidak keberatan walau mereka membenciku. Karena kami ini sama-sama rival... jadi wajar saja kalau saling membenci.” ujar Mika dengan tersenyum.
Yoshiki tertegun mendengarnya dan ia langsung keluar dari mobil tanpa menjawab apapun pada Mika. Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar karena gadis itu.