Mata tajam seperti elang menghunus di setiap ruangan. Pandangan menusuk itu seakan membunuh lawannya untuk tercekat dalam bertindak. Aura tak bersahabat muncul keluar diiringi amarah yang berkobar. Sesekali, Juna melirik gadis yang berada di sampingnya. Sungguh berani dia karena tidur di atas ranjangnya. Posisi tidurnya sangat berantakan. Kaki dan tangan gadis itu direntangkan sehingga membuat Juna tak bisa bergerak sama sekali karena terlalu lama di tindih. Dengan gerakkan kasar, Juna memindahkan tangan dan kaki Methalia dari tubuh sucinya. Ia duduk dan memijat keningnya sambil mengingat kejadian tadi malam. Sontak matanya melotot tajam karena memori itu tercetak jelas. "Sial, aku mabuk," ucap Juna sambil menatap Methalai dengan wajah memerah. Juna sangat malu karena perkataan tadi