Bab 9 Amarah yang meledak

987 Kata
Aldo yang mendengar permintaan dari Daniel pun segera masuk kedalam hotel yang ada di depannya itu, lelaki itu terlihat tengah mengintai pasangan yang terlihat baru mendaftar di meja resepsionis hotel. Aldo pun segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, ia memulai videonya dengan mengikuti setiap gerak yang kedua orang di depannya itu lakukan. "Akh sial!" gerutu Aldo saat ia melihat kedua orang yang tengah ia ikuti itu tengah masuk kedalam lift. Saat itu Aldo tidak bisa mengikuti keduanya dengan masuk kedalam lift yang sama, Aldo pun lalu menggunakan lift di sebelahnya dan turut naik ke lantai yang kedua orang itu tuju. Hanya selisih beberapa menit saja pintu lift Aldo dan kedua orang tersebut tibanya dilantai yang di tuju. Terlihat Aldo tengah celingukan menatap kesegala arah, hingga kedua matanya tertuju pada pasangan yang berjalan menuju ke salah satu kamar yang ada disana, terlihat tangan si lelaki tengah melingkar di pinggang gadis itu tiada hentinya, tidak lupa Aldo pun segera merekan videonya kembali, sampai kedua orang tersebut masuk ke salah satu kamar disana. Aldo pun segera merekam nomor kamar yang keduanya masuki. "Beres...aku yakin itu Liora deh." Ucap Aldo yang lalu segera mengirim video yang baru di ambilnya itu pada Daniel, lalu terlihat lelaki itu segera pergi dari sana. Saat itu Daniel tengah berkumpul dengan kakak dan juga papanya di teras balkon atas rumahnya. "Drrrt, drrrt..." terdengar getaran ponsel Daniel yang berada di atas meja depannya tengah berbunyi, tanda ada seseorang yang mengirim pesan atau panggilan disana. Namun Daniel terlihat sangat antusias berbincang dengan papanya saat itu dan tidak menyadari ponselnya tengah bergetar. Danulah yang menyadarinya disana. "Daniel...sepertinya ponsel kamu tengah berbunyi." Ucap Danu saat itu. Daniel pun lalu mengambil ponelnya dan menatap pada layar ponsel tersebut. Bahwa Aldo tengah mengirim video padanya. Seketika itu pula Daniel langsung berdiri dari duduknya, tanpa permisi dan sedikit menjauh dari papa dan kakaknya. Daniel menggunakan Headset bluetooth di kedua telinganya, dan segera memutar video yang temannya itu kirimkan, awalnya ekspresi Daniel biasa saja, namun lama kelamaan ia pun menjadi geram disana. "Bresngek...wanita itu berani menyelingkuhi ku?!!" ucap Daniel dalam hatinya yang begitu geram disana. Lalu ia pun berbalik menuju kearah papa dan juga kakaknya. "Pah...kak...aku tinggal dulu ya...sebentar!" ucap Daniel yang terlihat tidak bisa menyembunyikan amarahnya, terlebih kakaknya selalu tahu watak sang adik yang selalu dengan kemauannya sendiri saat melakukan seuatu. Saat itu papanya hanya mengangguk mengiyakannya saja saat Daniel langsung pergi dari sana. Namun Danu segera beranjak dari duduknya. "Sebentar ya pah...mau nitip sesuatu sama Daniel." Ucap bohong Danu dengan papanya. "Ya sudah...papa mau istirahat saja kalau begitu, selamat malam kalian..." ucap papa kedua pemuda itu yang lalu beranjak pula dari duduknya dan pergi menuju ke kamarnya. Sedangkan Danu segera saja menyusul sang adik yang terburu-buru masuk kedalam kamarnya. "Daniel tunggu!" ucap Danu saat melihat lelaki yang tengah ia panggil itu akan masuk kedalam kamarnya, Daniel masih berdiri di ambang pintu kamar saat itu. Daniel pun segera menoleh menatap ke sumber suara. Terlihat wajahnya sudah merah padam disana. "Kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Daniel saat itu, ia hanya khawatir sang adik akan mendapat masalah jika sampai melakukan sesuatu dengan emosi. "Biasa kak...diajak teman keluar sebentar..." ucap Daniel pada kakaknya itu. "Kamu yakin saat ini tidak sedang marah kan?" tanya kakaknya lagi yang ingin memastikan. "Aku nggak marah kok kak...janji deh aku hanya keluar satu jam saja, oke?" ucap Daniel yang lalu masuk kedalam kamarnya sebelum kakaknya itu menyahutnya atau mengiyakannya. Danu hanya bisa membiarkan adik lelakinya itu pergi sesuai keinginannya. Daniel segera mengambil jaket levis yang ada di gantungan almari khusus jaket di dalam ruang kamarnya, lelaki itu lalu mengambil kunci mobil yang ada di atas laci meja samping ranjangnya. Ia segera saja keluar dari kamar dengan segera, dan disana masih ada sang kakak yang mematung di tempatnya semula tadi. "Kakak kalau mau nitip sesuatu...bilang saja, tapi lewat pesan saja, aku cepat-cepat ini kak." Ucap Daniel sembari melewati kakaknya dengan mengedipkan satu matanya untuk Danu, tanda bahwa semua pasti akan baik-baik saja tidak seperti yang kakaknya itu pikirkan. Danu saat itu hanya mendengus dengan nafas dalam dan segera ia hembuskan kembali lewat mulutnya. Hanya butuh beberapa menit saja saat itu ia sampai ke hotel kakaknya, Liora tidak tahu bahwa hotel yang ia tempati itu adalah hotel kakak Daniel. Disana Daniel sudah di tunggu Aldo di depan hotel. "Bro...cepat sekali kamu datangnya, benar-benar mencintai Liora ya?" tanya Aldo yang menyapa Daniel, Aldo beranggapan bahwa temannya itu cepat tanggap karena ia sangat mencintai gadis yang tengah berduaan di dalam kamar hotel dengan lelaki lain. "Hah...cinta kamu bilang? omong kosong!" sahut Daniel dengan entengnya, segera saja Daniel menuju ke meja resepsionis dan terlihat kedua orang staf disana yang menyapanya terlebih dahulu. "Tuan Daniel..." sapa keduanya. Dan saat itu Daniel hanya menyunggingkan senyumannya. "Beri aku kunci kamar 1xxx sekarang!" ucap Daniel yang tanpa basa-basi seperti biasanya jika ia menghadapi orang-orang kentornya atau semua orang yang berkaitan dengan perusahaan. Segera saja kedua orang tersebut memberikan kunci kamar yang Daniel minta. "Wow bro...kamu sangat keren..." ucap Aldo yang begitu kagum saat itu. Keduanya langsung saja menuju ke kamar yang ada di dalam video. "Bro...yakin kamu akan memaksa masuk? kamu nggak takut kalau bakalan di kenai sangsi?" tanya Aldo yang sedikit takut disana. "Udah...kalau ada apa-apa biar aku yang hadapi sendiri Do...kamu tinggal beres saja!" ucap Daniel pada sahabatnya itu. Lalu keduanya menghentikan langkah ketika sudah sampai di depan pintu kamar yang dituju. "Wah...Daniel...seumur-umur ini yang paling menantang tahu nggak?" ucap Aldo yang lagi-lagi terdapat perasaan takut disana, namun ia sembunyikan, ia percaya pada temannya itu, karena keduanya berteman sejak kuliah dan hingga detik itu Daniel tidak pernah menyeretnya kedalam masalah, malah Daniel lah yang sering memecahkan masalahnya. Daniel segera menempelkan kartu kamar itu pada tempat yang tersedia khusus di bagian pintu, dan seketika itu pula pintu yang ada di depannya itu terbuka, Daniel segera membukanya dengan lebar disana. "Awas kau wanita bresngek!" teriak Daniel saat itu dengan amarah yang benar-benar meledak dan tidak bisa ia kendalikan lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN