Mendengar kalimat panjang yang Alan ucapkan, kedua mata lentik itu melotot, bulir yang sedari tadi ia tahan, sekarang telah menetes tanpa penghalang apa pun. Bibir manis Bella bergetar, melangkah, berdiri tepat disamping kaki Alan. “Al, apa maksud kamu?” tanyanya dengan hati yang terluka. Alan mengalihkan pandangan sebentar, kembali menarik ulur ingus dengan helaan nafas tak teratur. Menoleh, menatap wanita cantik yang tentu sangat ia cintai. “Aku bukan lelaki yang pantas jadi imam kamu. Terima kasih ... sempat mengajari aku, terima kasih ... untuk kesabaranmu.” Alan kembali menarik nafas dalam, menahan bulir yang sebenarnya memaksa untuk keluar. “Maaf ... ternyata, aku nggak cinta sama kamu.” Kedua tangan Bella terkepal erat, menahan hancurnya hati. Ini kata-kata yang lebih menyakitkan
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari