"Ayo kita berpisah, Ka. Jujur saja, aku merindukan Saka yang menjadi sahabatku, bukan Saka yang menjadi suamiku. Mulai sekarang, mari kita bersikap selayaknya teman yang tidak lama berjumpa, luasnya hatiku untuk memaafkanmu hanya sampai disini saja. Bukan untuk bersama kembali, tapi memulai kembali pertemanan kita yang hancur karena ikatan pernikahan." "Teman?" Setiap kalimat yang keluar dari kerongkongan Saka terasa membakarnya. Bukan ini yang Saka inginkan, Saka ingin memperbaiki segalanya, sebuah kesempatan kedua untuk menunjukkan penyesalannya atas sikap buruknya selama mereka menikah. Saka bukan seorang yang pandai dalam menunjukkan perasaannya tapi sungguh Saka benar-benar menyesal saat Rania tidak lagi ada disisinya. Rasanya ada sebuah lubang menganga di hatinya saat wanita yang s