Rinai hujan masih menyelimuti kegelapan malam, menemani seorang Edelwais yang mendadak galau. Masih mengenai Raga, juga kenyataan pemuda itu yang diam-diam masih mengikuti, memperhatikan Edelwais. “Raga hanya masa lalu, Del. Ingat itu. Sekarang sudah ada Bubu yang berusaha kasih kamu semuanya. Sedangkan Raga, … dia sudah telanjur membuat semuanya kecewa. Lihat keadaanmu. Kamu masih harus berjuang buat bisa jalan. Air mata orang tuamu belum kering setelah apa yang menimpamu dan itu karena Raga.” “Bukan bermaksud menyalahkan Raga karena biar bagaimanapun, kamu juga salah. Tapi masa iya, setelah semua yang terjadi, kamu masih plin-plan seperti sebelumnya?” “Sudah, lupakan Raga. Fokus saja ke kehidupanmu. Fokus belajar jalan, fokus dengan keluargamu, juga … fokus dengan rencana pernikahanmu