Kamar itu terlihat sangat berantakan, terlihat dari beberapa pakaian yang berceceran dilantai, diatas ranjang pun tak jauh berbeda. Kedua pasangan yang baru saja menjadi satu itu masih terlelap, tangan kekar riefaldi melingkupi tubuh Chantika, memeluknya. Chantika terlebih dulu membuka mata secara perlahan dengan rona merah pada pipinya yang tak hilang saat membayangkan apa yang terjadi pada dirinya beberapa jam lalu, setiap perlakuan riefaldi terlintas jelas di ingatannya. Dia mendongakkan wajah menatap wajah riefaldi, senyum tak pernah luntur dari wajahnya meski badan terasa sangat pegal dan seperti remuk. Terutama di bagian inti tubuh, terasa perih. Namun, dia merasa telah menjadi wanita saat ini bukan lagi seorang gadis. Ingatan tentang percakapan singkat dengan riefaldi juga ter