1# Tentang Jodoh
Illyana Safira Marwah atau yang akrab disapa Illyana, sejak kecil sudah ditanamkan tentang keimanan dan ketaqwaan pada yang Maha Kuasa, tidak heran dengan kini usianya sudah dua, Illyana tumbuh gadis yang sangat bisa dilihat dan juga luar biasa taat di hal beribadah.
Illyana sedang berada di kamar dan di sudah ada buku tentang jurnal hukum, materi yang dipelajari oleh Illyana sesuai dengan kuliah yang diambilnya.
Pintu kamarnya terketuk kemudian terbuka dan masuklah Anisa-mamanya.
"Illyana, Mama-Papa ingin membicarakan sesuatu padamu, Nak!" Annisa menyanyikan Mama berkata lembut pada putri tunggalnya itu.
"Iya Mam." Illyana segera beranjak untuk menunggu Fadli bernyanyi Papa yang sudah menunggu di ruang tengah disusul Anisa-mamanya.
Dalam hati Illyana bertanya-tanya, apakah gerangan yang akan dibicarakan oleh kedua orangtuanya, terlihat sangat serius sekali.
"Duduklah Nak," seru Fadli papanya.
Illyana duduk di sebelah papanya kemudian Annisa ikut ikut duduk di sebelah Illyana.
"Ada apa Pap, Mam? Bagaimana mungkin ada masalah yang sangat penting sekali," ujar Illyana lembut.
"Tidak ada apa-apa Sayang, Papa sama Mama hanya ingin memintamu untuk bersiap-siap, selepas maghrib nanti akan ada tamu yang datang mengunjungi kesini, Nak," terang papanya lagi.
"Iya Ly, kalau bisa nanti kamu tampil yang cantik dan serapi mungkin ya Nak," timpal Annisa menambahi.
Illyana mengernyitkan kening sebagai menyimpan tanya. Siapakah tamu yang akan datang, mengapa ia harus tampil cantik dan rapi? Hanya bolehkan seorang wanita yang hanya bisa diundang oleh kelak.
"Ma, kenapa harus tampil cantik? Kenapa itu termasuk riya dan tabarujj, " ujar Illyana yang memang sangat paham sekali dengan nilai-nilai ketaqwaan.
Kenapa harus cantik di depan orang yang belum halal? memang Allah yang menciptakan keindahan dan menyukai yang indah-indah. Tapi dengan sengaja memamerkan keindahan bukankah termasuk Tabarujj yang berarti suka pamer dan juga riya ' yang berarti sombong karena dianggap mengangguk yang paling indah.
Annisa tersenyum mendengar penuturan Illyana. Tidak sia-sia Illyana mendapat didikan tentang keimanan dan ketaqwaan jika sekarang apapun yang ia lakukan harus sesuai dengan syari'at.
"Tergantung niatnya Sayang, jika memang niatnya dari awal ingin pamer bisa jadi termasuk tabaruj j dan riya '. Kalau niatnya memperindah penemuan hanya karena keimanan insya Allah tidak akan meningkatkan nilai-nilai iman yang ada di dalam hati, dan yang paling penting adalah tetaplah memerlukan harapan." . " terang Anisa dan diangguki oleh Illyana.
__
Di tempat lain.
Lelaki tampan itu sedang berkutat dengan semua di rumah, sebuah rumah sakit swasta. Bunyi dari telepon memegang miliknya yang sedari tadi terdengar tak besarbesaran. Mungkin ada berpuluh kali deringan yang menyambangi rungu, namun Diftan tetap tak ingin memegangnya.
Diftan Aliandra, lelaki tampan aktif 31 tahun itu sedang mau diganggu saat jam kerja. Diftan masih asyik berkutat dengan berbagai kertas di tangansaat pintu ruangannya terbuka dan masuk sosok pria baya yang tak lain adalah Anwar-papanya.
"Kenapa kamu tidak mengangkat telpon Papa, Aliandra?" seru suara berat yang kini berdiri tepat di sebelah kursi Diftan.
Dari kecil seorang Diftan Aliandra memang sudah memiliki panggilan 'Aliandra'. Hanya orang-orang terdekatnyalah yang berangkat dengan nama itu. Tapi saat ia sedang keluar dan di dalam pergaulannya ia pasti akan memperkenalkan dirinya sebagai Diftan bukan Ali. Dia sendiri berpikir nama Ali berbicara terlalu alim untuknya jika sedang bersama teman-teman, menghabiskan malam untuk minum dari satu klub ke klub yang lain.
Itulah salah satu tabiat buruk seorang Diftan yang hampir setiap hari menjadi rutinitasnya. Terlahir dari keluarga kaya raya dan dengan gampang mendapatkan apa yang ia mau membuat Diftan bisa menjadi sosok yang egois dan semaunya sendiri.
"Aku sibuk!" Jawabnya dengan nada dingin dan tak acuh dengan menerima Papanya.
"Mau sampai kapan saja kamu suka seperti itu pada Papa?" katakan Pak Anwar lagi pada putra satu-satunya itu.
"Kalau tidak ada yang lebih serius dari Papa, karena aku masih banyak pekerjaan." jawabnya lagi masih dengan nada dingin dan tanpa menoleh papanya.
"Papa tidak mau tahu! Kamu harus ikut membantu gadis yang akan ku jodohkan denganmu. Ini semua demi kebaikanmu, Papa ingin kau berubah. Kau harus menerima perjodohan ini Li."
Diftan enggan menjawab jawaban Papanya. Sudah dibaca ini ia selalu mendengarkan kata-kata yang sama dari Papanya. Berniat ingin menjodohkan Diftan dengan putri dari salah satu sahabatnya, dengan alasan agar Diftan bisa berubah dan lebih memiliki rasa tanggung jawab.
Diftan sendiri enggan untuk meminta bantuan Papanya, namun ia juga sudah sangat lelah berdebat tentang hal yang sama setiap pertemuan dengan orang yang sudah membesarkannya sendiri. Diftan adalah piatu, Mamanya meninggal saat ia memenangkan, rasa kurang terima kasih dari seorang ibu membuat Diftan kecil sering mendapat ejekan dari teman-teman. Diftan selalu bertanya pada sang Papa, demiakah sosok Mama yang perlu disampingnya dan mencurahkan kasih sayang untuknya.
"Mama sudah tenang di surga sayang, jika Ali ingin bertemu dengan Mama kelak, Ali harus menjadi anak yang baik dan penurut." terang Papanya saat Diftan masih nyaman 5 tahun.
Namun persepsi Diftan tentang sosok Papanya yang selama ini dipertimbangkan baik dan sangat menyayanginya berubah seketika. Saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, ada wanita yang datang dan meminta teman wanita dari Papanya. Diftan jadi membenci Papanya, dia berpikiran Papanya bukan orang yang setia dan menduakan Mamanya yang telah pergi dari sisinya.
Diftan marah, sejak saat itu sikapnya berubah dingin dan tak acuh dengan melintasi. Meskipun saat itu, Pak Anwar sudah menjelaskan bahwa itu datang sebagai pacarnya hanyalah teman biasa.
Sudah lebih dari lima belas tahun sejak sikap dingin Diftan pada Pak Anwar, sekarang papanya yang memerlukan dukungan untuk kembali Diftan agar mengubah sikap buruk untuk kembali seperti dulu, tiga puluh satu sekarang usia Diftan dan ia masih belum terbukti sama sekali untuk berumah tangga .
Pak Anwar takut jika-jika Diftan akan semakin terjerumus jika ia terus saja diam dan menerima Diftan sesuka bahagia. Sangat membantunya dan menyayangi putra tunggalnya itu.
"Terserah Papa! Tapi jangan salahkan aku jika pernikahan ini akan berjalan tanpa cinta dan tidak akan bertahan lama!" ucapnya akhirnya menyelesaikan persetujuan papanya. Bukan setuju sebenarnya, namun lebih tepatnya ia sudah malas untuk terus berdebat dengan papanya.
___
Gadis cantik berwajah teduh itu terlihat sedang memperbaiki dirinya di depan cermin. Gamis panjang kaki hanya dan juga jilbab syar'i melilit menyenangkan tubuh mungilnya.
Illyana tengah disiapkan sesuai dengan apa yang di serukan oleh Mama dan Papanya.
Lepas maghrib ini rumah mereka akan kedatangan tamu, tidak seperti biasanya, kedua diskusi Illy meminta putrinya untuk tampil lebih rapi dan cantik dari biasanya.
"Illyana sayang, sudah selesei Nak siap-siapnya?" ketukan pintu di depan kamar
"Iya Ma, sebentar lagi." sahut Illyana yang tengah memasangkan kaus kaki.
Hati Illyana berdebar-debar, sebenarnya siapa yang akan datang. Kenapa Mama dan Papa menyuruhku tampil rapi dan cantik. Apa yang dimaksud dengan pembicaraan mereka saat itu.
Saat itu Illyana yang baru selesei shalat isya 'di kamarnya menerima haus dan ingin mengambil air minum di dapur. Saat melintas di depan kamar orangtuanya, Illyana tidak sengaja berbicara dengan papanya di telpon yang mengatakan bahwa ia sudah siap untuk menjodohkan Illyana dengan putra dari seseorang yang sudah bertelpon dengan papanya itu.
Jantung Illyana berdegub pada saat itu ia terdengar akan dijodohkan dengan lelaki yang belum dikenalnya sama sekali.
'Aku percaya dengan takdirmu ya Rabb, jika memang ini sudah ketepan darimu, aku akan dengan ikhlas menggunakannya.' ucap Illya dalam hati kala itu.
Tentang jodoh, seperti rahasia, jodohpun begitu ada. Hanya takdir Allah swt. Yang akan menyingkap siapakah jodohku nanti, dimanakah aku kan bertemu dengan jodohku.
Begitu juga yang ada di dalam hati Illyana, siang malam dalam sujudnya ia selalu merapalkan doa, agar nanti ia berjodoh dengan lelaki yang bisa menuntunnya menuju jannah, lelaki yang membutuhkan cinta yang Maha Kuasa bisa bisa dipastikan akan menyukai pasangannya sepenuh hati pula.
Setiap perempuan pasti akan selalu memimpikan untuk bisa meraih cinta yang hakiki.
Cinta yang hakiki adalah rasa cinta kita kepada Allah swt Berdasarkan rasa cinta kita kepada Allah swt hanya. Cinta yang hakiki disetujui dalam suatu hubungan untuk bisa mewujudkan kebahagian yang sejati.
"Bismillahirrohmanirrohim," ucap Illyana saat akan melangkahkan kaki keluar kamar dan menuju ruang tamu untuk menyambut tamu yang akan datang.
'Ridhai setiap keputusan yang mendukung hidupku ya Allah, aku percaya dengan takdir yang telah siapu siapkan untukku. Berkahi selalu setiap jalan yang kuambil dalam langkahku. ' Illyana membatin dan merapal doa lagi di dalam hati sebelum dengan mantap ia melangkahkan kebebasan.
Illyana tidak tahu lelaki seperti apa yang nanti akan dijodohkan nanti. Illyana belum pernah dekat dengan lelaki di samping Papanya, tidak sedikit teman lelakinya di kampus yang berusaha mendekatinya, namun Illyana selalu berusaha mendapatkan pandangannya dan mengkomunikasikannya dalam prinsipnya ia tidak mengenal yang disebut pacaran. Pacaran hanya menimbulkan banyak mudharatnya dari menguntungkannya menurut Illyana, lagipula di dalam islam memang tidak mengenal yang disebut pacaran kan. Kalau sudah sama-sama siap lebih baik segera menikah saja, itu halal lebih baik dan berkah.
Sepanjang langkah menuju ruang tamu, hati Illyana mengambil hentinya berdegub dengan kencang. Berungkali ia mengucap istighfar dalam hati agar bisa mengurangi rasa gugupnya.
Siapa yang tidak akan gugup jika akan bertemu dengan lelaki yang belum pernah bertemu dan diketahui untuk kemudian dijodohkan bertemu. Meskipun kedua orangtuanya belum menjelasakan siapa tamu yang akan datang dan dengan maksud apa, tapi Illyana sudah bisa menebak, pasti yang akan datang adalah membawa pautnya dengan kata-kata Papanya di telpon tempo hari yang membicarakan tentang perjodohan.
~~~~~