Di antara kedua saudaranya yang lain, Seno dan Arya, Irawan adalah sosok yang dikenal paling pendiam dan santun. Namun sore ini entah sudah berapa kali kata-kata umpatan kasar juga sumpah serapah keluar dari mulut pria itu saat mobilnya terjebak macet di jalan utama Surabaya. Apa mereka tidak tahu kalau saat ini Irawan sedang membawa orang yang sangat penting dan butuh penanganan khusus. Beberapa kali Irawan melirik panik ke kursi penumpang bagian belakang. Dimana tubuh Fawnia lunglai di atas pangkuan sahabat baiknya, Nanda. Dari arah belakang, masih terdengar rintihan kecil suara Fawnia. “Nda.. perutku Nda, perutku.” lirih Fawnia dalam lirih yang hampir tak terdengar. “Bertahan Faw.” sahut Nanda menenangkan sahabatnya. “Ngebut Mas!!!” bentak Hanami pada sang putra yang sesekali menol