Keyra memilih memejamkan matanya kembali. Dinar juga membiarkan keponakannya itu terlelap dalam tidurnya. Rasa khawatirnya pun mereda karena dia melihat Keyra tersadar. Dinar hanya mengelus kepnakannya itu dengan lembut, sembari menatapnya. Dengan tiba-tiba mata Keyra terbuka lebar menatapnya. Pandangannya tajam bak pisau yang siap menhujam dirinya. “Apa, Ra?” Dinar bergidik ketakutan. Dia tak biasanya menatap keponakannya namun malah takut dengan sendirinya. Keyra bukannya menjawab pertanyaan Tantenya, justru dia menyunggingkan senyumnya yang begitu sinis. “Ra.” Dipanggilnya lagi Keyra, namun tatapannya semakin menakutkan. Tangan Keyra dengan cepat menarik kepalanya hingga terbentur ke dahi Keyra. Rasa sakit membuat pening kepala Dinar seketika. Kasih dan temannya hanya sanggup menata