15. Gara-gara Lengkuas

2828 Kata

“Della...” Suara Pak Razan menginterupsiku. Aku menoleh dengan alis terangkat sebelah. “Gimana, Pak?” “Kok diam saja?” “Hah?” “Kamu itu dari tadi diam saja, kenapa?” “E-enggak, enggak papa.” Aku menggeleng sambil meringis. Saat ini kami sedang duduk di salah satu kursi yang ada di trotoar Jalan Malioboro. Sejak insiden memalukan tadi, tiba-tiba aku merasa canggung sendiri. Tentu saja, saat ini aku tiba-tiba terbayang insiden atap hotel. “Mau nyoba rumah hantu atau enggak?” “Memangnya ada rumah hantu di Malioboro?” Kali ini aku menegakkan badan dan kembali menoleh. “Setahu saya, adanya di Taman Pelangi Monjali, Pak.” “Tuh iklannya ada. Mungkin minggu ini saja.” Aku menoleh ke arah papan iklan yang ditunjuk Pak Razan dengan dagu. Oh iya, benar, ada rumah hantu di dalam Mall Mali

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN