BAB 7

1103 Kata
Karena kejadian kemarin sore, pagi hari Gya tidak berjalan begitu baik. Ibu harus merajuk dan sama sekali tidak menyiapkan sarapan untuknya. Ayah juga pergi dengan terburu-buru tanpa menunggunya. Kemarin, Ayah dengan terang-terangan memberikan tabungan yang dia simpan diam-diam untuk Hanin. Ibu yang tidak tahu mengenai tabungan itu akhirnya marah. Berusaha merebut kembali dari Hanin dan mengatakan bahwa Hanin tidak berhak atas tabungan itu. Tindakan Ibu itu membuat Ayah marah dan untuk pertama kalinya, Ayah memukul Ibu—lebih tepatnya menampar pipi Ibu dengan keras. Bahkan kami semua tidak menyangka bahwa Ayah akan kehilangan kendalinya seperti ini. Memang, kemarin Ibu sudah sangat keterlaluan. Suami Kak Hanin bisa tertipu seperti ini ternyata karena didesak oleh Ibu. Investasi yang dilakukan keluarga kecil itu juga yang direkomendasikan oleh wanita yang sudah melahirkan Hanin dan adik-adiknya. Namun, saat kejadian seperti ini, Ibu sama sekali tidak mau disalahkan. Bahkan menyebut bahwa suami Kak Hanin adalah pembawa sial. Tidak bisa diajak menuju jalan menjadi orang kaya dan menyebabkan anak perempuannya mengemis di rumah keluarganya. "Apa yang kamu pikirkan?" Gya menoleh ke arah samping dan menemukan bahwa Ravi sudah duduk di sampingnya. Saat ini, Gya sedang duduk di halte bus untuk menunggu angkutan umum. Agak malas bagi Gya untuk jalan ke depan untuk naik busway. Karena mungkin juga tidak akan bisa mengejar waktu. Jadi, lebih baik menunggu angkutan umum atau nanti memesan ojek secara online. "Banyak. Kamu juga pasti mendengar pertengkaran kemarin di rumahku. Suara Ibu pasti sangat keras sampai terdengar ke rumah tetangga," jawab Gya dengan acuh tak acuh. "Aku tahu. Dan biasanya, Ibumu akan tidak membuat sarapan. Bunda menyuruhku memberikan nasi goreng ini untukmu. Jangan sampai perutmu kosong dan sakit asam lambungmu kambuh padahal harus tanda tangan kontrak hari ini," ucap Ravi sambil mengulurkan kotak bekal berwarna biru.  Gya yang melihat itu hanya bisa merasakan hatinya menghangat. Meski Bunda Ravi sangat tidak menyukai Ibunya, mereka masih akan begitu oeduli dengan Gya dan saudara-saudaranya. Ibu memang orang yang sangat kompetitif dan bisa dibilang tidak memiliki kawan di komplek tempat mereka tinggal. Ya, alasannya adalah karena Ibu terlalu sombong dan memiliki cita-cita yang menurut kebanyakan orang tidak akan pernah terwujud. "Kamu bisa makan dulu di sini. Masih ada sekitar empat puluh menit sebelum kamu terlambat. Nanti setelah makan, aku akan mengantarmu ke cabang Universal yang baru," ujar Ravi yang dijawab anggukan oleh Gya. Universal adalah produk yang dibuat oleh Rajendra ketika dia menjabat menjadi CEO. Bisa dibilang, Universal inilah yang membuat Midas Group mulai terkenal tidak hanya entertainnya. Karena kosmetik yang diproduksi oleh Universal benar-benar memiliki banyak cinta dari kaum hawa. Dan kini, Universal sedang mencoba peruntungan dengan mengorbitkan jenis produk baru yang berbentuk makanan. Bahkan untuk mendukung produk baru ini, Midas Group akan menurunkan salah satu Girlgroup besutannya yang saat ini sedang digandrungi kaum muda. "Kamu mendaftar di bagian administrasi qualiti, kan?" tanya Ravi.  Lelaki yang telah menjadi sahabat Gya dari kecil itu tersenyum melihat betapa lahapnya Gya makan. Bisa dipastikan bahwa Gya sudah tidak makan dari kemarin. Memang betul, karena malah mendengar ceramah dari Ibunya, setelah pulang interview, Gya memilih tidur dan melewatkan makan malam. Keesokan harinya, dia benar-benar bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan. Saat mau makan siang, Ibu merecokinya dengan semua kiat untuk menarik hati Rajendra. Karena malas, Gya hanya bisa masuk ke kamarnya dan malah ketiduran sampai sore. Dan sore harinya, ada tragedi yang membuat tidak adanya makan malam untuk seisi rumah. Untung saja, sakit asam lambung yang diderita Gya tidak kumat. Jika kumat, mungkin Gya akan melewatkan kesempatan untuk tanda tangan kontrak di perusahaan cabang Midas Group ini. "Jangan melamun. Jika udah selesai, ayo berangkat. Untungnya hari ini adalah hari Sabtu. Jadi aku libur dan gak ada kegiatan. Semoga hari Senin kamu udah bisa berangkat kerja. Jadi gak harus selalu berada di rumah." Gya mengangguk setuju. Dia memasukkan kembali kotak bekal yang sudah kehilangan isinya itu ke dalam tas. Lalu memegangnya dengan erat sebelum membiarkan Ravi membantunya dalam mengenakan helm. Tanpa menunggu lama, setelah Gya duduk di boncengan, Ravi segera menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Bahkan kadang-kadang dengan kecepatan tinggi bila berada di jalanan yang sedikit lengang. Karena Ravi juga, Gya tidak harus terlambat. Saat sampai di kantor Universal, masih ada sepuluh menit untuk bersiap-siap. Apalagi Gya masih harus menuju ke pos keamanan agar mendapatkan kartu untuk mengakses pintu gerbang masuk dan juga lift. "Cepat masuk sana. Aku tunggu di warkop seberang itu. Tinggal miss call kalau kamu udah selesai." Gya mengangguk setuju sebelum memilih berlari. Ternyata masih ada beberapa kandidat yang berada di pos keamanan. Hari ini bukan hanya tanda tangan kontrak bagi kandidat yang diterima di departemen quality. Ada juga kandidat yang diterima di bagian keamanan, bagian keuangan, bahkan ada juga yang menjadi office boy atau girl. Ternyata Universal memang membuka banyak lowongan untuk pabrik cabang barunya. *** Aula tempat pertemuan berada di lantai tiga. Saat Gya sampai, dia melihat bahwa sudah ada bangku sekaligus meja yang disediakan di sana. Di bagian depan, sudah ada panggung yang lengkap dengan sound system dan juga mimbar. Sepertinya selain tanda tangan kontrak, akan ada beberapa perkenalan dan semacamnya. Dan ini mungkin tidak akan selesai dengan cepat. Jadi, setelah Gya menemukan kursinya, dia segera menghubungi Ravi agar tidak menunggunya. Betapa kasiannya sahabatnya itu jika harus menunggu berjam-jam di dalam warung kopi di depan. "Hei, bagian Quality juga?" Gya menoleh saat mendengar sebuah sapaan. Dan hal pertama yang Gya lihat adalah seorang gadis cantik dengan rambut lurus sebahu. Gya tersenyum saat melihat wajah ramah gadis yang sepertinya akan menjadi rekan satu departemennya. Bahkan menerima uluran tangan gadis itu dengan senang hati. "Aku Rena," ucap gadis bernama Rena itu. Dia benar-benar sangat ramah. "Gya. Aku baguan Quality," balas Gya dengan semangat.  Bagi Gya, sahabatnya hanyalah Ravi. Beberapa orang yang ingin menjadi sahabatnya akan mundur karena sikap dari Ibunya. Bahkan dulu pernah terjadi, Ibunya secara terang-terangan mengatakan bahwa teman-teman Gya hanyalah pengaruh buruk bagi pendidikan Gya. Saat ini, Gya berdoa bahwa Ibunya tidak akan melarangnya untuk mencari teman dan koneksi. Karena benar-benar sangat kesulitan jika Gya butuh informasi bila sahabatnya hanya Ravi seorang. "Aku juga. Semoga bisa jadi rekan kerja yang baik." Gya mengangguk setuju. Sayangnya, mereka hanya bisa berbagu kontak chat dan tidak sempat mengobrol panjang lebar karena MC segera membuka acara hari ini. Seperti yang diduga oleh Gya, akan ada perkenalan bagu para jajaran atasan yang memegang kendali di pabrik temoat Gya berada. Bahkan tanpa terduga, Gya bisa melihat Clarissa, sang Asisten Utama, yang sangat fenomenal. Gya berpikir, jika Clarisaa berada di sini, sudah bisa dipastikan bahwa Rajendra juga hadir. Sayangnya, Gya sama sekali tidak bisa melihatnya karena dia duduk di bangku yang hampir berada di area belakang. Jika Ibunya tahu, bukankah Ibu akan mengatakan bahwa dirinya bodoh?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN