Perhitungan

1396 Kata
Lagi-lagi Jessica dan Hans harus naik motor matic yang di sewa oleh Hans. Sebenarnya Jessica ingin naik taksi online saja karena lebih murah, tapi Hans bilang dari pada naik taksi online lebih baik naik motor saja dan uangnya bisa dipergunakan untuk membeli makanan atau hal lainnya. Jessica bilang ia tidak begitu nyaman naik motor, namun Hans terus memaksanya untuk membiasakan diri. Lagipula hanya motor saja yang bisa Hans berikan untuk Jessica, itupun hanya motor sewaan, bukan milik Hans sepenuhnya. Hans berdalih jika banyak ibu-ibu hamil yang menaiki motor dan hal itu aman-aman saja, yang penting motor yang dikendarai tidak melaju dengan cepat dan dikendarai dengan penuh kehati-hatian. Mau tak mau, Jessica pun akhirnya kembali mengalah. Menekan keinginannya untuk menaiki mobil. Ya Tuhan tidak, ia begitu sangat merindukan mobil mewahnya yang sangat canggih itu. Kenapa, kenapa sekarang hidupnya berubah menjadi seperti ini? "Sebelum tiba sebaiknya kita beli oleh-oleh dulu, anaknya yang berusia tiga tahun sangat menyukai boneka Barbie, kita mampir ke toko mainan dulu." Ujar Hans pada sang istri, dan Jessica pun hanya membalasnya dengan anggukan saja. Hangat memang memeluk tubuh Hans dari belakang, wangi Citrus dan maskulin yang pria itu miliki benar-benar membuat Jessica merasa mengantuk. Nah, inilah yang ia tidak sukai ketika menaiki motor, Jessica gampang sekali mengantuk semenjak hamil, ia takut jatuh dari motor karena keseringan mengantuk. Setibanya di toko, Hans mengajak istrinya untuk memilih dan melihat-lihat boneka Barbie. Banyak pilihan boneka beraneka macam disana, dari mulai harga termurah sampai yang paling mahal pun ada. Jessica tentu saja memilihkan boneka yang bagus namun juga yang ramah dikantong sang suami. Pilihannya pun akhirnya jatuh ke boneka Barbie dengan harga seratus lima puluh ribu, bonekanya memang terlihat sederhana, namun kualitasnya cukup bagus karena mempunyai merk yang ternama. "Yang ini sederhana sih, tapi ini bermerk, harganya juga cukup murah. Mending yang ini aja." Ujar Jessica pada Hans sambil menunjukkan boneka yang ia bawa. Hans pun hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman, lalu iapun segera menuju kasir seraya membawa mainan yang ia pilih sendiri. "Mbak, tolong bungkus yang ini ya!" Hans menyerahkan mainan yang ia bawa kepada kasir. "Baik pak." Kasir itupun menerima mainan tersebut dan membungkusnya. "Totalnya sembilan ratus ribu pak." Mendengar itu Jessica tentu saja langsung shock dan tak percaya. "Ini mbak." Hans bahkan langsung membayarnya dengan uang cash, padahal Jessica sudah memilihkan mainan yang bagus namun masih terjangkau, tapi kenapa, kenapa Hans malah membeli mainan yang harganya bahkan hampir mencapai satu juta? "Terimakasih ya pak!" Ungkap kasir tersebut. "Sama-sama mbak." Balas Hans dengan senyuman manisnya, kasir tersebut bahkan sampai terpana melihat ketampanan pria itu. Jika saja ia tahu jika wanita yang ada disamping Hans adalah artis terkenal bernama Jessica Alexandra, mungkin ia akan sangat terkejut dan tak menyangka, namun karena Jessica sengaja memakai masker dan topi, maka banyak orang yang tidak mengenali dirinya. "Dok mainannya-" "dr. Noct sangat baik, dia sudah seperti kakak bagi saya, saya hanya ingin memberikan hadiah yang pantas untuk putrinya." Sahut Hans dengan begitu santainya, tak sadar sama sekali jika perkataannya benar-benar membuat sang istri merasakan sakit yang harus ia tahan sekuat tenaga. 'Jika orang lain aja kamu berikan hadiah yang pantas dan kamu perlakukan seperti keluarga kamu sendiri, lantas kenapa sama istri dan anak kamu, kamu sangat perhitungan banget. Bahkan aku cuma pengen naik taxi online yang harganya cuma delapan puluh ribu pulang -pergi, tapi kamu tetep bersikeras mau naik motor aja karena pengen berhemat. Dimana, dimana perasaan kamu sebagai seorang dokter? Kenapa... Kenapa kamu tega banget kayak gini?' Gumam Jessica dalam hati sambil meremas baju yang ia kenakan. "Jes ayo! Udah siang nih!" Seru Hans yang kini sudah berada diatas motor. Jessica yang tersadar dengan panggilan itupun segera menghapus airmatanya dengan cepat. "Iya tungguin aku dok!" Balas Jessica yang kini sudah tampak ceria lagi. Bahkan airmatanya pun tak berbekas sama sekali. Hans cukup senang karena akhir-akhir ini Jessica sudah banyak berubah, istrinya itu sudah tak lagi banyak merengek ataupun menangis. Membuat ulahpun sudah jarang sekali, apalagi meminta hal yang aneh-aneh. Hans merasa lega, dan iapun merasa berhasil membuat seorang Jessica yang selama ini hidup dalam kemewahan telah berubah menjadi sosok yang sederhana seperti dirinya. *** Hans dan Jessica disambut dengan begitu hangat oleh Noctis dan juga Stella. Kedatangan Hans yang memang sudah direncanakan membuat Noctis mempersiapkan segalanya untuk menjamu pasangan pengantin baru itu. Stella menyiapkan hidangan yang ia masak sendiri bersama dengan asisten rumah tangganya. Hidangan yang cukup mewah dan membuat Jessica seperti ingin meneteskan air liur saat melihatnya. Seketika rasa kecewa dan sakit hati yang ia rasakan terhadap Hans pun seolah sirna, moodnya langsung naik saat melihat makanan yang hampir tidak pernah ia temui itu selama menikah dengan Hans. Jessica selama ini hanya bisa memendam seluruh keinginannya kuat-kuat, dan hanya bisa membayangkannya saja sebagai bentuk rasa penasarannya. Tapi saat ini, makanan yang ia inginkan telah tersaji didepan matanya, Jessica sudah tidak sabar ingin mencicipi semuanya. "Hans, ajak istri kamu makan dulu! Ayo Jessi kita makan!" Ajak Stella dengan penuh keramahan. "Iya Miss, oh ya, ini ada sedikit oleh-oleh untuk Glorya." Hans pun menyerahkan boneka yang ia bawa kepada Stella. "Wah... Boneka Barbie, Glory pasti suka banget. Dia lagi main sama mbak Yuni, makasih banget ya Hans!" Ungkap Stella dengan penuh rasa terimakasih. "Sama-sama Miss." Hans pun membalasnya dengan senyuman manis. "Kalian tuh cocok banget tau nggak, gemes banget lihatnya. Jessica cantik banget, saya sering lihat kamu nongol di tv." "Iya Miss." Jessica pun mengangguk malu-malu, demi Tuhan ia sudah tidak sabar ingin makan. "Ayo makan dulu sayang!" Stella pun segera meraih tangan Jessica, membawa wanita hamil itu duduk di kursi makan mewah miliknya. Disana pun sudah ada Noctis yang sudah siap sejak tadi. "Ayo Hans jangan sungkan-sungkan, kamu sudah biasa kesini, masak sekarang pakai acara malu-malu karena sama istri sendiri." Seru Noctis. "I-iya dok." Hans memang agak canggung, namun ia berusaha untuk menguasai dirinya. Pria itu lalu duduk di kursi makan samping Jessica. "Ayo Jessi sayang, makan yang banyak ya!" Tutur Stella dengan senyuman kalemnya. "Emangnya nggak apa-apa Miss?" Tanya Jessica secara spontan, seperti apa adanya dirinya. Bukan seperti Jessica yang selama ini harus dituntut pengertian oleh Hans. "Nggak apa-apa dong sayang, lagian kamu kan lagi hamil, jadi harus banyak makan makanan yang bergizi, saya emang khusus nyiapin ini semua untuk kamu. Alma sekarang juga udah jadi sahabat saya, jadi anggap saja kalau saya ini kayak kakak kamu sendiri." Perkataan Stella membuat Jessica merasa sangat terharu mendengarnya, Jessica sungguh senang, ia senang karena Stella yang notabene baru kenal dengannya begitu sangat pengertian padanya. "Makasih Miss, Miss baik banget." Jessica tampak berkaca-kaca, sedangkan Stella merasa gemas sekali melihatnya. Stella tahu semuanya, ia tahu segalanya dari Alma. Oleh sebabnya kenapa ia menyiapkan semua hidangan kesukaan Jessica supaya Jessica bisa makan makanan yang ia suka. "Sssttt... Makan yang banyak ya! Hans kamu juga makan yang banyak ya! Nggak perlu sungkan-sungkan." Ujar Stella. "Iya Miss." Angguk Hans sedikit tak enak hati. Stella mengerti, namun Noctis sama sekali tak mengerti apa-apa. Stella tak ingin suaminya tahu untuk saat ini, tapi nanti ia pasti akan menceritakannya. Mereka semua pun akhirnya makan, Hans tampak makan dengan tenang, sedangkan Jessica bahkan seperti orang kelaparan, bahkan kesetanan. Ia mencoba semua menu tanpa rasa sungkan sama sekali, dan hal itu tentu saja membuat Hans merasa malu. Stella dan Noctis hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah Jessica. "Enak banget Miss, masakan Miss Stella pas banget. Aku mau coba ini." Puji Jessica. "Jes udah Jes!" Tutur Hans. "Yang ini juga enak, ini, ini, ya ampuuun... Semuanya enak-enak Miss, aku nanti boleh bawa pulang kan Miss? Aku mau makan nanti dirumah." "Nggak perlu Miss jangan dengerin dia." "Sedikit aja Miss." Pinta Jessica. "Miss nggak-" "Hans udah biarin aja, saya seneng banget malah karena Jessi makan banyak kayak gini. Boleh Jessi boleh, nanti biar mbak Yuni yang bungkusin yah!" Sahut Stella membuat senyuman Jessica terbit seperti matahari, sedangkan Hans kini tampak sangat kesal dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Makasih banyak Miss, Miss Stella baik banget. Aku lanjut makan ya Miss." "Iya sayang." Stella menatap Jessica dengan penuh senyuman gemas. Sedangkan Hans tampak menatap sang istri dengan tatapan tak percaya. 'Sungguh memalukan.' gumam pria itu dalam hati. Hans hanya tak ingat saja jika ibu hamil itu butuh dimanja dan diberi asupan gizi yang seimbang. Dokter kandungan itu bahkan sering menuturkan hal itu pada semua pasiennya, tapi pada istrinya sendiri, Hans malah abai dan seolah tak peduli sama sekali. Lagi-lagi ia mengedepankan prinsip hidup sederhananya, karena yang sederhana juga masih bisa mendapatkan gizi yang cukup.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN