Biola Margareth P.O.V
Betapa pilunya kehidupan keluarga kecilku, semua yang kudengar dari Ayahku -Keyno Margareth- seakan-akan membuatku ingin menangis.
Aku harus menahan air mata ini.
Aku tidak ingin terlihat lemah di depan Ayahku.
"Nah, Biola, sepertinya cukup bagi Ayah bercerita, sekarang, giliranmu untuk kembali berjuang melindungi teman-temanmu. Ayah akan membantumu dari sini, aku akan mengatakan sesuatu agar kau dapat mengalahkan musuhmu itu.
"Lawan yang akan kauhadapi sangat tangguh, bahkan, kekuatan sihirnya hampir setara denganku. Tidak ada cara lain, Biola. Kau harus menuruti apa yang akan kukatakan nanti. Paham?" ucap Ayahku dengan mendekatkan jari kelingkingnya padaku, aku tersenyum dan mengangguk setuju.
Kudekatkan juga jari kelingkingku lalu aku dan Ayah saling mengikat satu sama lain.
"Selamat berjuang, Biola," Itulah ucapan yang seketika membuatku kembali menutupkan mataku secara paksa.
Awalnya semuanya gelap.
*
*
*
"Akhirnya kau sudah bangun, Biola Margaretha,"
Aku terkejut, kenapa tiba-tiba aku terbangun di sebuah ruangan yang sangat tidak kukenal sebelumnya.
Sepertinya ini adalah lorong-lorong panjang berbatu, kenapa aku bangun di tempat seperti ini?
Siapa yang memindahkanku?
Apakah ini masih termasuk kedalam rumah Hinamo?
"Dimana ini!? Dan kenapa kau tidak menunjukkan keberadaanmu padaku, Colin Hula! Lalu, kemana semua teman-temanku!?" Aku kesal sekarang, lagi-lagi, kenapa harus aku yang sendirian.
Apakah aku telah melewati sesuatu sebelum ini?
Dimana kalian!?
Lantai berbatu yang kupijaki sangat hangat dan keras, udara disinipun penuh dengan kibasan angin. Jendela-jendela kecil terbuka dari seluruh kamar yang berada disekeliling lorong gelap ini.
"BAIKLAH, JIKA KAU BERTANYA-TANYA KENAPA DIRIMU BERADA DI TEMPAT ITU? ALASANNYA ADALAH, KAU AKAN KUSIKSA SESUKA HATIKU! BIOLA MARGARETHA!
"MENGENAI TEMAN-TEMAN BODOHMU ITU, TENANG SAJA, MEREKA BAIK-BAIK SAJA SEKARANG, BAHKAN, SEMUA KAWAN-KAWANMU SUDAH MENJADI SAHABATKU! KAMI BERUNDING AKAN MEMBUNUHMU DETIK INI JUGA BERSAMA-SAMA! TAPI SEPERTINYA ITU TIDAK MUNGKIN! MAKA DARI ITU, LEBIH BAIK KUBIARKAN MEREKA BERAKSI SATU PERSATU UNTUK MENGOYAK DAGINGMU, BIOLA MARGARETHA! HAHAHAHAH!
Apa ini!?
Aku tidak percaya! Mana mungkin teman-temanku mau menjadi sahabat Colin Hula, bahkan mereka akan membunuhku?!
Ini tidak bisa dipercaya!
Mendengar hal itu, aku mengernyitkan alis heran. "Kau bilang, mereka akan membunuhku? Aku tidak akan percaya! Mereka semua adalah teman-temanku! Mereka tidak akan membiarkan hal ini terjadi!"
Sunyi sekali ketika diriku merespon perkataan Colin dengan kemarahan yang memuncak. Ini tidak bisa diacuhkan!
Aku harus siap!
Aku tahu, pasti Colin menggunakan suatu sihir yang membuat sebuah manipulasi teman-temanku, sehingga aku akan menganggap kalau itu adalah mereka, padahal itu hanyalah bayangan semata!
Baiklah, aku mengerti sekarang!
Tapi, bagaimana kalau kemampuan dari bayangan teman-temanku sama dengan wujud aslinya?
Gawat!
Aku tentu tidak akan mampu!
"Aku tidak peduli kau mau percaya atau tidak, Biola, tapi yang pasti, karena kau berani masuk ke dalam kandangku! Maka kau akan mendapatkan siksaan pedih dariku!" Suara Colin menggema di lorong-lorong ini.
Aku mencoba bangkit, mengepalkan tangan. Rambut merahku berantakan, pakaianku robek-robek, dan kedua mataku basah.
"AKU TERIMA HAL ITU! TAPI KAU HARUS JANJI! JIKA AKU MEMENANGKAN PERTARUNGAN INI! KAU HARUS MENURUTI APAPUN YANG KUPERINTAHKAN! COLIN HULA!" Aku berteriak sangat keras, hawa dingin menyelimuti permukaan wajahku.
Lidahku kelu, rasa perih masih berasa diseluruh tubuhku karena pertarungan-pertarungan sebelumnya.
Dan sekarang, ditambah dengan yang ini juga.
Semoga aku memenangkannya!
*
*
*
Tuk! Tuk! Tuk!
Sebuah langkah kaki terdengar dari arah depan, bayangan seorang wanita berambut panjang menghampiriku. Kegelapan mengeluarkan seseorang yang sangat kukenal, bukankah itu Olivia?
Apakah pertarungan pertamaku melawan Olivia?
Ini bahaya!
Wajah Olivia menunjukkan ekspresi senang, dia tersenyum cantik padaku. Menyilangkan tangannya dan berkata, "Rupanya kita akan bertarung lagi ya, Biola? Sudah lama aku ingin memberikan kecupan hangat padamu," ucap Olivia dengan senyuman.
Tapi, berdasarkan dengan apa yang kulihat, wanita itu mempunyai kepribadian yang sama persis seperti Olivia!
Baiklah, aku harus siap!
Perlahan-lahan, aku mencoba menampilkan wajah senangku, memangnya hanya dia yang bisa bertingkah anggun?
Tentu saja, akan kuberi nama pertarunganku dengan Olivia sebagai Kelembutan.
Aku bangkit, mencoba mengatur napas. "Olivia, aku tahu, kau sangat mencintai kelembutan? Bagaimana kalau kita bertarung dengan kelembutan?"
Tawaran yang kukatakan rasanya berhasil membuat Olivia terkejut. "Kelembutan?" kata Olivia sarkastik. "Jangan pernah kau sebut hal itu, hanya aku yang layak disebut sebagai Wanita dengan sejuta kelembutan."
Mendengar hal itu, aku memasang ekspresi meremehkan. Ya, aku harus bersikap berani sekarang!
Aku pasti bisa mengalahkannya!
Walau sebenarnya aku tidak tega, tapi itu harus kuselesaikan!
Toh, dia hanyalah bayangan belaka!
Dia bukan Olivia yang asli!
*
*
*
"BAGAIMANA? APAKAH KALIAN BERDUA SIAP? HAHAHAHA!"
Suara Colin menggema seketika, Olivia terlihat senang. "Tentu saja, aku selalu siap, lagipula, lawanku yang ini tidak seberapa? Dia hanya butuh pelukan dariku? Iya 'kan?"
"Hey! Biola! Ini Ayah! Apakah kau mendengar suaraku?"
Bukankah itu suara Ayah?
"Ada apa Ayah?" tanyaku dengan wajah kaget.
"Ayah akan membantumu mengalahkan teman yang akan kauhadapi sekarang! Dengar Biola, menurut apa yang Ayah rasakan, wanita ini, mempunyai sihir unik. Cukup mudah untuk melawannya, kau hanya perlu kecepatan dan kecerdasan dalam berkata-kata!"
"Apa maksud Ayah?" Aku sungguh tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya.
"Lupakan itu, baiklah, sekarang siapkan tenagamu, Biola! Setelah ini, kau juga akan melawan beberapa temanmu yang lain!"
"Baik Ayah!" jawabku dengan senyuman lebar.
*
*
*
Olivia terlihat kesal padaku, lalu dia kembali berjalan anggun mendekatiku. "Sedang bicara dengan siapa, Nona Biola?" Senyuman Olivia seketika membuatku ngeri.
Semburan angin mengusap kulitku, lilin-lilin yang terpasang disisi-sisi tembok menerangi lorong gelap nan sunyi ini.
Bayangan Olivia menari-nari di Lantai, sungguh, aku masih tidak percaya, aku akan melawannya sekarang.
Wuuushhh...
Rambut Olivia berkibar tersentuh angin, dia tampak cantik.
"Mari kita mulai? Biola?"
Aku mengangguk. "Dengan senang hati, Malfoy Finiggan!"
*
*
*
BUAG!
Olivia meloncat dari dinding ke dinding lainnya, lalu mendarat cantik dihadapanku. Kakinya langsung menendang perutku kencang.
"AH!" Aku terpukul mundur beberapa meter, rasa nyeri menyebar di dalam perutku. Ini sangat sakit sekali.
Olivia tersenyum licik sekarang, "Kau kesakitan? Nona Biola?"
"Biola! Kendalikan dirimu! Tetap tenang!"
Suara Ayah kembali muncul, menyemangatiku. Syukurlah, aku masih punya malaikat penolong.
Terima kasih, Ayah!
Aku langsung berlari cepat menuju Olivia, melupakan rasa nyeri yang masih memberontak di perutku.
Sebuah kepalan tangan sudah kupersiapkan.
BUAG!
Olivia menghindar cepat, pada akhirnya, aku malah memukul lantai sampai remuk.
Darah menetes dari tanganku.
Ini ... Ini membuatku jengkel!
"Uw? Pukulanmu sungguh menakutkan, Nona Biola?" ledek Olivia dengan senyuman meremehkan. Dia menyenderkan tubuhnya pada dinding yang retak itu. Kedua mata cantiknya menatap wajahku. "Sebaiknya, kau menyerah saja, tidak ada gunanya kau melawanku, Nona, kau hanya akan membuang-buang waktu 'kan?"
Cukup sudah!
"Tidak Biola! Jangan memanggil Dewa-Dewi! Ataupun apapun! Itu percuma! Lebih baik, kau berikan dia sebuah kata-kata yang menusuk sekarang! Ayo!"
Aku tersenyum mendengar intruksi Ayah, aku mengerti.
"Olivia?"
Dia menoleh gusar padaku, Olivia menunjukkan senyumannya lagi dengan sempurna. "Kau memanggilku? Nona Biola?"
"Tentu, aku memanggilmu, jelek!"
DEG!
"Kau bilang apa?" Tampaknya ini berhasil, Olivia mulai menampilkan wajah marah padaku.
"Aku memanggilmu, Jelek!"
DEG!
Olivia mengeluarkan kemarahan yang kuat dari ekspresinya. Dia berjalan dengan sangat cepat kearahku. Aku diam dengan tetap mempertahankan senyumanku.
Krsk!
Olivia menjambak rambutku. "Kau tahu, kau sudah mengatakan hal yang sangat terlarang! Jelek adalah sebuah penghinaan, selama ini, aku sudah mencoba mempertahankan kecantikanku dan bersikap sopan pada semua orang, kemudian, kau dengan lembutnya menjulukiku jelek?!
"Asal kau tahu, Biola! Aku sangat marah jika seseorang meremehkan kecantikanku! Aku akan balas perkataanmu, Nona Biola yang agung,"
Perlahan-lahan, Olivia meniup wajahku dengan napas lembutnya.
"Sekarang, Biola!"
BUAG!
BUAG!
KRAK!
TAR!
Pukulan-pukulan yang kuberikan pada wajah Olivia cukup membuatnya terkapar tidak berdaya, kini dia meringis kesakitan karena hal itu.
Tapi, betapa anehnya, ketika seluruh tubuh Olivia diselimuti oleh cahaya merah. Kedua matanya kini memerah, rambutnya mengeras, dan gigi-giginya tumbuh dengan sangat cepat, menghasilkan ketajaman yang luar biasa.
Olivia bangkit perlahan-lahan, lalu kedua bola matanya menatap tajam padaku.
"Ini adalah bagian yang sangat lembut dari diriku, aku sengaja menunjukkannya padamu, Biola, karena kau pantas mendapatkannya!"
WUUUUSH!!!
Olivia meniup udara kosong dengan sangat kencang, dan aku sangat kaget ketika partikel-partikel kecil terbentuk dari udara tersebut.
Lebih tepatnya, membentuk menjadi ratusan paku yang melayang sempurna.
"Sekarang, terimalah kecupanku, Nona Biola!"
SET!
PAK!
PAK!
PAK!
PAK!
Ratusan paku tajam menghujam tubuhku. Darah mengalir deras pada seluruh badanku.
"AAAAAARGGHHHHH!!!!!"
Aku menjerit sangat kencang merasakan sakit yang luar biasa ini.
"Tahan! Biola! Bertahanlah!"
*
*
*
"Ini saatnya untuk membelai tubuh mungilmu, Nona Biola!"
Olivia melangkahkan kakinya mendekatiku.
"Sa-sakittttt! AAARGHHH!"
Lagi-lagi, Olivia menjambak rambutku dengan amarah.
"Apakah aku cantik?" Pertanyaan konyol keluar dari mulut manis Olivia. "Ayo, jawablah!" Olivia menggoyang-goyangkan kepalaku.
"KAU-KAU SANGAT JELEK!"
"Jangan menyerah, Biola!"
*
*
*
DUAG!
Aku terkena pukulan kejam Olivia pada pipiku, sehingga diriku mendarat di lantai yang dingin itu. Aliran darah mengalir, menoba terus menekan rasa sakit dibagian perutku.
Sakit!
Aku kesakitan!
Aku lemah!
*
*
*
"Mari kita akhiri pertarungan ini, Nona Biola, sepertinya kau sudah kalah dalam ronde pertama? Kau tahu, setelah ini kau juga akan melawan Zombila, Cacha, Rio, Zack, Nori, Rae, Melinda, Paige, dan juga Jordan! Tentu saja, dengan keadaanmu saat ini, kau hanya mau mencari mati! PENGECUT!"
*
*
*
"Hiks ... Hiks ..."
"PENGECUT!"
"Biola! Bangunlah! Hapus air matamu!"
"KAU YANG PALING LEMAH!"
"Tunjukkan kemampuanmu! Biola!"
"DAN KAU JUGA YANG PALING JELEK DISINI! HAHAHAHAHAHAH!"
Olivia Malfoy Finiggan!
Kukutuk kau!
*
*
*
"AKU, BIOLA MARGARETH! MEMANGGILMU! DEWI KECANTIKAN!"
WOOOOOOOOOOMMM!!
*
*
*
"Syukurlah,"
Seorang wanita berambut hitam bergelombang, dengan sayap kristal tiba-tiba muncul didekatku, tangan kanannya mencabut paku-paku yang tertancap diseluruh tubuhku. Suaranya begitu lembut.
"Siapa yang datang? Huh?!" Olivia kurasa terkejut dengan kemunculan wanita ini. "Dewi Kecantikan? Hm? Tapi, kenapa kau muncul?"
Sang Dewi terus mencabut paku-paku yang menghujam tubuhku, dia seolah-olah tidak peduli dengan kehadiran Olivia disana.
"Katakan padaku, siapa yang telah membuatmu seperti ini, sayang?" ucap Sang Dewi mendekatkan mulutnya pada telingaku secara lembut.
"Olivia Malfoy Finiggan,"
Sang Dewi mengalihkan perhatiannya pada Olivia. "Baiklah, aku akan mengurusnya, sayang,"
Olivia tidak suka dengan kehadiran Sang Dewi, dia melangkah mundur. "Mau apa kau? Jangan mendekatiku!"
"Ternyata kau itu hanyalah bayangan ya? Kukira siapa? Baiklah, mungkin ini akan lebih baik?"
SREAAAAAKKKK!
Tubuh Olivia mendadak luntur dan meleleh terkena cahaya yang dikeluarkan oleh Sang Dewi dari kedua tangannya.
"APA INI! SIAPA KAU! JANGAN! TIDAAAAAAAK!!"
"Kecantikan merupakan hak milik seluruh makhluk, namun, kau pengecualian, sayang?"
*
*
*
*