Namun ketika keberadaan kami terasa, mereka semua terdiam, menoleh padaku dan yang lainnya, ruangan ini seakan-akan tiba-tiba mati mendadak.
Mereka semua langsung berdiri serentak dan berteriak dengan ekspresi macam-macam.
"SELAMAT DATANG DI FARLES!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku, Bella, Lavender dan Diana sangat terharu memandang mereka semua yang sangat antusias memberikan senyuman lebar pada kami. Sementara Sania hanya tersenyum tipis melihatku bahagia, kalau Ferli kurasa tidak hadir, dia masih berada dipelukan Jordan.
"Wow! Ada empat gadis yang akan menjadi bagian dari kita? Lalala~" Seorang wanita berambut putih bergelombang mendekatiku, dia memiliki telinga besar layaknya seekor kucing, lalu ia meloncat-loncat kegirangan, rambutnya terombang-ambing. Dia mengendus-enduskan hidungnya pada wajah Bella. "Tapi, wanita ini memiliki aroma seperti lelaki? Lalala~"
"Zintan, jaga tata bahasamu ya? Dia itu anak baru, kita harus sopan padanya, paham?" Seorang pria berambut cokelat dengan baju terbuka yang menampilkan perut sixpacknya muncul dibelakang Zintan. Dia memberikan senyuman tampan padaku. "Maaf atas sikap sahabatku ini, perkenalkan, namaku Alexador Markosa, kalau dia, Zintan Vandertink."
Aku terpesona dengan gaya bahasanya yang sangat sopan, Zintan menjauhi Bella dan mendekati Alexador, mereka saling berbisik dengan mata memandangku. "Jadi, kau yang namanya Biola?" Alexador bertanya padaku.
"I-iya, memangnya-"
"Tidak ada, hanya saja, Rio Finiggan pernah berpesan padaku, kalau suatu hari, seorang Princess akan bergabung dengan kami."
Bella, Diana, Lavender, dan Sania menoleh padaku, seakan-akan penasaran dengan jawabanku. Aku bingung sekarang. "Sepertinya seorang Princess yang disebut oleh Rio bukanlah diriku." Zintan dan Alexador menatapku, beserta ratusan penyihir dibelakang mereka.
"Alexador, kenapa kau tidak bilang kalau ada penyihir baru?" Seorang pria berambut putih dengan pakaian serba merahnya muncul dihadapanku dengan senyuman bertaring.
"Eh! Si-siapa kau." Aku terkejut menatapnya.
"Haha, tidak perlu takut, aku tidak menggigit. Aku hanya penasaran kenapa kau mau-maunya bergabung dengan Guild antah-berantah ini?"
"Barbara, sudah kukatakan, jaga nama baik Farles!" Barbara mendelik pada seorang wanita berambut jingga panjang, dia memiliki seringaian kejam.
"Haha, Paige, kau tidak perlu cemas, aku hanya sekadar-"
"Berisik!" Perkataan Barbara terpotong oleh seorang wanita pendek berambut hitam yang mempunyai muka pemarah. Dia berdiri di lantai dua, dengan tangan disilangkan. "Kalian hanya mengganggu tidur siangku saja!"
"Akhirnya kau sudah bangun, Rae! Aku merindukanmu tahu! Lalala~" Zintan kembali meloncat-loncat memandang Rae yang sedang kesal.
"Biola, sepertinya kita berada di tempat orang-orang aneh, kurasa aku tidak nyaman dengan kehadiran mereka semua." Bella berbisik padaku, tapi sayang sekali, bisikannya terdengar oleh semua orang. Alhasil, ratusan kepala menoleh pada Bella.
"Kami tidak aneh! Lalala~" Zintan meloncat-loncat marah pada Bella. Alexador hanya menggeleng-gelengkan kepala, Paige menatap tajam padaku.
"Teman-teman, biarkan mereka memasuki kamarnya, maaf." Sania langsung membawa kami pergi dari kumpulan penyihir yang kurasa tersindir oleh perkataan Bella.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya aku bisa duduk dikasur dingin yang nyaman ini, kamar ini sangat cantik, semua perabotannya sudah lengkap. Lemari, cermin besar, bahkan beberapa parfum sudah disediakan dimeja. Sungguh keren.
Kamar ini berwarna merah, ukiran-ukiran bulat putih menjadi hiasan didinding ruangan, lampu kaca dengan warna silver tergantung cantik tepat diatasku. Aku sangat nyaman berada disini.
Pasti Bella, Lavender dan Diana sudah memiliki kamar masing-masing, dan aku tahu, mereka juga sedang menikmati hal ini.
"Sepertinya aku harus membersihkan diri, kira-kira dimana kamar mandinya?"
"Disini."
Aneh sekali, kurasa barusan aku mendengar seseorang menjawab perkataanku, bukankah disini hanya ada diriku.
"Siapa disana?" Aku bertanya pada siapapun itu, dia tidak menunjukkan wujudnya. Aku merinding, kuharap Guild ini tidak berhantu.
"Aku disini, Lalala~"
Aku tahu, dari gaya bahasanya, dia pasti gadis yang namanya Zintan Vandertink. Tapi, dia tidak menunjukkan tubuhnya, apakah dia mempunyai sihir aneh.
"Zintan, tunjukkan keberadaanmu, aku tahu itu dirimu."
"Tidak mau, aku suka menakut-nakutimu, Lalala~" Menjengkelkan sekali, ingin rasanya aku menjambak rambutnya sampai botak. Apakah dia ingin mempermainkanku, Aku tidak suka.
"Zintan, kumohon." Dia terkikik mendengar permohonanku, kurang ajar.
"Aku disini."
TAR!
Pipiku tertampar sampai tubuhku kehilangan keseimbangan.
"Aku disini, Margareth."
TAR!
"Aku disini. Lalala~"
TAR!
"Hihihi, Aku disini tahu!"
TAR!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tamparan demi tamparan membuat kedua pipiku memerah, aku kesal sekarang. Rupanya dia meremehkanku.
"Hentikan Zintan!"
Tidak ada jawaban, kali ini kamarku ini sangat hening, namun keheningan itu tidak berlangsung lama, botol-botol parfum tiba-tiba berjatuhan dari meja.
CRAK!
Cermin besar itu retak seperti dipukul oleh sesuatu, ada apa ini, kenapa kamarku bereaksi seperti ini. Tentu saja, ini pasti karena perbuatannya. Zintan Vandertink.
"ZINTAN! JANGAN MERUSAK SEMUANYA!" Aku berteriak melihat seprai kasurku diacak-acak. Bahkan lampu cantik yang menggantung dikamarku bergoyang cepat dan dugaanku ternyata benar.
PRAY!
Lampu itu terjatuh dan hancur tepat dikasurku, kamarku menjadi gelap gulita. Sungguh ini sangat menakutkan. Aku menoleh pada semua arah, mencari pintu keluar agar bisa terbebas dari terkaman Zintan.
"Jangan pergi, Lalala~"
"Zintan, kumohon, apa salahku, kenapa kau merusak kamarku?"
TAR!
"AW!" Aku tertampar lagi.
"Itu semua karena temanmu! Dia telah mengatakan bahwa kami itu aneh! Aku marah padanya! Lalala~"
Jadi dia tersinggung oleh perkataan Bella, aku tidak tahu kalau hal itu dapat berakibat fatal, apa yang harus kulakukan. Keheningan dan kegelapan seakan-akan menusukku lebih dalam.
Ruangan ini sangat gelap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sebelum membunuhmu, aku akan menjelaskan tentang asal-usul Farles padamu, Margareth."
Membunuhku?
"Kenapa kau ingin membunuhku? Zintan?"
"Diam, Margareth, dengarkan aku. Farles adalah satu-satunya Guild yang hebat di Pandora, tentu saja, kehebatan itu tercipta karena kehadiran kami, Kaersia. Kaersia adalah kumpulan penyihir kelas S, disini yang termasuk kedalam anggota Kaersia adalah diriku sendiri, Alexador Markosa, Barbara Opinko, Paige Aurora, Warka Tikama, dan Summer Rae. Asal kau tahu, diantara mereka, menurutku yang paling kuat itu hanyalah Warka Tikama. Tapi dia selalu pergi menjalankan misi dengan jangka waktu bertahun-tahun, itulah alasannya dia tidak pernah hadir di Farles."
Aku tertegun mendengar penjelasannya, namun ada satu yang janggal. "Warka Tikama? Dia wanita atau pria?"
"Tentu saja dia seorang PRIA! LALALA~" Zintan membentakku, aku bingung harus menghadap kearah mana untuk berkomunikasi dengannya, dia tidak memperlihatkan keberadaannya.
"Kenapa dirimu bisa masuk kedalam Kaersia? Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi anggota Kaersia?"
Mendengarnya, dia malah tertawa. Tawanya menggelegar sekali, dia sedang meremehkanku. "Mana mungkin? Apalagi kau itu masih anak baru, untuk bisa mendapatkan gelar penyihir kelas S, kau harus menyelesaikan misi-misi berbahaya. Lalala~"
"Ja-jadi begitu ya? Kalau begitu, kira-kira misi apa saja yang harus keselesaikan?"
"Misi yang sangat susah sekali, mungkin yang kutahu adalah misi pergi kepulau Gay dan Lesbi, disana kau akan bertarung dengan para penyihir berorientasi menyimpang, tujuannya yaitu mengubah orientasi mereka menjadi seperti kita. Lalu misi menghentikan perang antar kepercayaan. Di Pandora, terdapat dua kepercayaan yang saling berperang, kau harus membuat kedua belah pihak berdamai. Masih banyak sekali misi-misi yang terbilang susah dan berbahaya. Bahkan aku saja pernah hampir dibunuh oleh para Gangga, kumpulan anak-anak nakal. Jadi kuharap kau paham ya, Margareth."
"Misi itu kedengarannya sangat mengerikan."
"Tentu saja, tapi yang lebih mengerikan adalah, kau akan kubunuh hari ini juga, kau tidak akan pernah menjadi penyihir kelas S, Margareth. Lalala~"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JREB!
"AAAAAAAAAAH!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.