Persiapan keluarga Damian ke rumah Amanda telah selesai, Tomi datang lebih awal untuk mengawal keluarga Grandi sekaligus mempersiapkan Damian. lelaki itu tampak menawan dengan setelan jas berwarna hitam dengan dalaman kaos polos berwarna putih. Tomi memindai penampilannya, lalu membuka kancing jas agar lelaki itu terlihat elegan.
Ibu Restanti, memakai setelan kebaya modern, rambut di sanggul ke belakang dan menenteng tas yang telah dibelikan oleh Amanda. Segala persiapan telah selesai, pegawai kantor menjadi pengiring pembawa seserahan. Tentu saja setelah mereka mengganti pakaiannya dengan gaun.
“Oke, semuanya sudah siap? Kita langsung berangkat saja," seru Tomi.
Damian tampak gugup, Tomi membuka pintu mobil untuk kedua orangtua Damian.
“Silahkan, Bu.”
Restanti dan Grandi belum pernah melihat Tomi sebelumnya. Namun, kebaikan lelaki itu membuat mereka terkesan.
“Terimakasih, Nak.”
"Sama-sama, Bu."
Damian masih melamun, Tomi menepuk pundaknya agar lelaki itu tersadar.
“Hey, hati-hati kesurupan, Bro.”
Tomi membuka pintu mobil lalu masuk ke kursi pengemudi.
"Eh, maaf."
Mobil melaju meninggalkan rumah, di kursi bagian depan. Damian tampak grogi dan sesekali memperbaiki tempat duduknya. Rombongan yang datang terdiri dari mobil-mobil mewah yang membuat semua orang terpanah.
Beberapa menit kemudian, mobil melaju memasuki kediaman keluarga Amanda.
Rumah megah bak istana, berdiri kokoh setelah melewati halaman yang luas.
Nyonya Soya tercengang kala melihat kedatangan mereka.
“Manda, Manda! Itu tamunya nggak salah kan? Kok banyak banget.”
Rombongan yang datang delapan mobil dan semuanya mobil-mobil dengan merk ternama.
Manda tersenyum sumringah, Tomi melakukan tugasnya dengan sempurna.
“Ya, emang kenapa Ma? Ada yang salah?”
Nyonya Soya menggeleng, dia pun segera keluar untuk menyambut calon besannya.
"Pa, awas kalau kamu malu-maluin aku," ucap Nyonya Soya pada suaminya.
"Apasih, Ma. Harusnya papa yang bilang seperti itu. Mama suka norak kalau lihat orang kaya."
Nyonya Soya menatap kesal.
"Udah deh, diem aja."
Keluarga Damian dan iringannya keluar dari mobil, mereka berbaris rapi menenteng barang bawaan yang akan di serahkan.
"Assalamualaikum," ucap Tomi sebagai perwakilan.
"Wa'alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh."
Nyonya Soya memperhatikan paper bag yang di bawah oleh-oleh orang tadi.
“Selamat datang di kediaman keluarga Rama," ucap Papa Manda.
Damian menjabat tangan kedua orangtua Amanda di ikuti oleh Ibu Restanti dan juga sang suami.
“Terimakasih, Om, Tante.”
Sikap Damian yang sopan dan ramah, berhasil memberi kesan pertama yang menakjubkan.
“Silahkan masuk, saya Soya mamanya Amanda.”
Wanita itu mengulurkan tangan pada Restanti.
“Saya ibunda Damian, nama saya Restanti dan ini suami saya, Grandi.”
Soya melihat perhiasan dan baju mahal yang dipakai wanita itu, semuanya barang-barang yang bermerk.
“Ayo Jeng, silahkan masuk.”
Para pengiring mengikuti langkah mereka, kini semua orang telah berada di dalam ruangan termasuk Tomi.
Nyonya Zoya tidak begitu mengenal Tomi. Lelaki itu hanya akrab dengan papa Manda, itupun mereka hanya bertemu di beberapa acara.
“Maaf karena kedatangan keluarga kami yang mendadak, maksud kedatangan kami kesini untuk meminang Amanda sebagai menantu,” ucap Pak Grandi to the point.
Rama menoleh pada istrinya.
“Langsung saja, jika kiranya pinangan ini di terima. Kami sudah siap dengan seserahannya.”
Nyonya Soya terkesan. Amanda begitu gugup takut mamanya akan menayakan latar belakang keluarga Damian.
“Ehm, kami sangat senang menyambut pinangan ini.”
Tomi memotong ucapan Nyonya Soya dan memberi isyarat dengan menjentikkan jari, iring-iringan yang datang langsung meletakan mahar yang akan di berikan untuk Amanda.
“Sisanya setelah pernikahan berlangsung.”
Nyonya Soya dan Pak Rama tertegun melihat banyaknya perhiasan yang di serahkan oleh keluarga Damian.
Beberapa stel paper bag dengan logo dari merk papan atas ternama tersusun rapi. Nyonya Soya menelan saliva dengan mata berbinar.
“Ini perhiasan turun-temurun dari keluarga kami, Bu. Kami harap keluarga ibu atau Amanda mau menerimanya.
Ibu Restanti menyerahkannya secara langsung pada Amanda.
Netra Nyonya Soya langsung berbinar. Perhiasan-perhiasan itu berhasil meyakinkannya.
“Baiklah, silahkan tentukan tanggalnya.”
Rama terkejut mendengar keputusan istrinya.
“Sayang? Apa kau serius?” bisik Rama memperingatkan.
“Tentu, mengapa aku harus ragu? Lihat semua yang melekat di tubuh mereka. Semuanya berharga, mereka bukan orang sembarangan.”
“Bagaimana jika kau salah, bukannya sekarang banyak perhiasan yang palsu?”
“Diam, Mas! Kau menganggu moodku!”
Nyonya Soya tersenyum melayani semua orang dengan sangat berlebihan, sikap yang tak pernah terlihat sebelumnya terpampang di sana. Karena kekayaan yang tampak di depan mata, Nyonya Soya bersikap sangat baik dan ramah.
“Bagaimana jika pernikahannya di adakan bulan depan.
Kali ini Manda yang terkejut, Tomi tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Bukankah itu terlau cepat, Ma? Kami bahkan belum memikirkan kesana," ungkap Manda.
"Kamu ini, Nak Damian sudah membuktikan dirinya. Lalu apa lagi, umur kamu sudah 27 tahun," tekan Nyonya Soya dengan suara pelan.
"Mama!"
"Bagaimana, Jeng? Kalau keluarga setuju, kita akan membicarakan gedung dan persiapan lainnya. Tentu kami yang memilih tempat, dan kalian sebagai mempelai laki-laki akan membayarnya."
Manda dan Tomi saling berpandangan. Siapa yang tidak tahu selera Nyonya Soya, semuanya harus elegan dan mewah, terlebih teman-teman sosialita wanita itu semua dari kalangan atas dan sangat mengerti mode.
"Mama, gimana kalau soal gedung dan persiapan biar aku dan Damian yang menghandle."
Pak Grandi dan Bu Restanti hanya menyimak pembicaraan mereka.
"Kalian? Kalian yakin. Bagaimana dengan pekerjaan kalian nanti?"
Manda melirik ke arah Tomi.
"Nggak apa-apa, Tan. Pak Damian bisa mengambil cuti, lagi pula posisi Pak Damian di kantor sangat penting. Dia hanya datang sesekali untuk tanda tangan lalu pergi."
"Wah, sesibuk itu?"
Damian dan kedua orangtuanya semakin bingung.
"Iya, Tan. Jadi Tante nggak perlu khawatir."
"Baiklah, kalau begitu kita tentukan tanggalnya. Bagaimana kalau tanggal 10, kita punya persiapan setengah bulan sebelum acara berlangsung."
Nyonya Soya menatap.calon besannya.
"Apa anda keberatan dengan tanggalnya?"
"Tidak, Bu. Bagi kami semua hari adalah baik, dan pernikahan semakin cepat dilaksanakan semakin baik juga buat anak-anak kita."
"Syukurlah Jeng begitu."
"Baiklah, soal gedung biar kalian yang pesan. Tapi soal baju pengantin akan di handle oleh temen mama. Itu loh, yang anaknya hampir mama jodohkan sama kamu."
Teman-teman kantor Damian dan Amanda mendengarkan pembicaraan mereka.
"Kalau begitu kita sudah menentukan waktunya. Pernikahan akan berlangsung 10 November bulan berikutnya."
"Alhamdulillah."
"Alhamdulillah," Puji syukur di ucapkan oleh semua orang.
"Kalau begitu, silahkan menikmati jamuan yang telah kami siapkan," ucap Nyonya Soya.