Part 26

1404 Kata
Enam tahun yang lalu, Tampak seorang gadis berseragam putih abu sedang duduk santai di sebuah bangku taman kota. Netranya fokus melihat pada sekumpulan anak kecil yang sedang bermain di taman bermain yang khusus disediakan oleh pengurus taman kota tersebut. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat ke atas. Melihat anak kecil yang sedang asyik bermain, membuat ia merindukan masa kecilnya. Rasanya ia ingin kembali mengulang waktu menjadi anak kecil di mana menjadi anak kecil tidak memiliki beban hidup yang harus ditanggungnya. "Maaf gue telat, Jes. Tadi gue kejebak macet," ucap seseorang yang baru saja tiba dengan napas terengah-engah. Sepertinya dia habis berlari dari parkiran menuju ke sini yang jaraknya cukup jauh. Sontak Jessica pun mengalihkan atensinya dari anak kecil itu, lalu menatap laki-laki di hadapannya itu dengan sebuah senyum tipis. Ia tidak marah kok, walaupun ia harus menunggu selama tiga puluh menit. "Enggak apa-apa, santai aja, lagian gue juga baru datang," balas Jessica yang tentunya bohong. Tuh 'kan, memang sebaik itu Jessica. Makannya wanita itu rawan sekali dimanfaatkan oleh orang lain, termasuk Jana. "Ini minum dulu." Jessica menyodorkan sebotol air mineral kepada Reyhan yang belum sama sekali ia buka. Tanpa ragu Reyhan pun menerima botol air mineral tersebut, lalu meminumnya hingga hanya tersisa setengahnya lagi. Laki-laki itu benar-benar merasa haus, karena harus berlari dari parkiran menuju Jessica yang jaraknya lumayan jauh dan lagi dalam perjalanan ke sini ia harus merasakan macet-macetan di mana membuat tubuhnya gerah. "Makasih," ucap Reyhan. Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka. Tidak ada yang mau memulai obrolan, mereka malah asyik memandangi segerombolan anak kecil yang sedang asyik bermain perosotan dan juga ayunan. "Jadi lo ngajak kita ketemuan di sini mau apa?" tanya Jessica. Atensi Reyhan pun kini beralih kepada Jessica. Ia menatap gugup wajah sahabatnya itu. Sebenarnya ada sesuatu hal yang ingin ia sampaikan kepada Jessica, makanya ia meminta mereka bertemu di sini. "Emm ... i-itu--" Jessica mengerutkan keningnya. "Itu apa?" Reyhan menelan air salivanya kasar. Tiba-tiba tenggorokannya tercekat. Kata-kata yang ingin ia keluarkan malah tertahan di tenggorokannya. Padahal sebelum datang ke sini ia sudah berlatih dulu, namun saat berhadapan langsung dengan Jessica, tiba-tiba saja dirinya merasa ngeblank. Melihat Reyhan yang malah terbengong, Jessica pun mencoba menyadarkannya. "Rey!" Reyhan mengerjapkan matanya. Ia melihat ke arah Jessica yang juga tengah menatapnya dengan bingung. Reyhan pun mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan. Kali ini ia akan serius mengatakannya. "Emm, Jes." "Iya?" Jessica terkejut saat Reyhan tiba-tiba saja meraih tangannya, lalu menggenggamnya sedikit erat. Sedangkan mata laki-laki itu masih fokus menatap netra indah milik Jessica yang tengah memancarkan kebingungan. "Sebenarnya ada yang ingin gue sampaikan sama lo. Sebenarnya gue--" Reyhan menjeda perkataannya, ia menatap lekat wajah cantik Jessica. "Gue suka sama lo. Lo mau enggak jadi pacar gue?" lanjut Reyhan. Namun respons Jessica malah seperti itu. Ia sama sekali tidak bergeming. Bahkan Reyhan merasakan bahwa tubuh Jessica terasa menegang. Bukannya menjawab pernyataan cinta Reyhan, Jessica malah menanyakan hal lain. "Sejak kapan?" Reyhan mengerutkan keningnya. Ia sedikit tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jessica. "Sejak kapan apanya?" Reyhan balik bertanya. "Sejak kapan lo suka sama gue?" Jessica memperjelas pertanyaannya tadi. "Sejak kita masuk SMA. Lebih tepatnya pas kita camping di puncak, waktu kita tersesat berdua. Dari situ perasaan itu mulai muncul. Tiap gue berdekatan sama lo, pasti jantung gue berdebar dan tiap gue ngeliat lo sama cowok lain pasti gue enggak suka. Dan tiap ingat perlakuan buruk Jana sama lo, hati gue ikut ngerasa sakit," jawab Reyhan. Ya, terhitung sudah hampir tiga tahun Reyhan memendam rasa kepada Jessica. Namun baru sekarang Reyhan berani mengungkapkannya, saat mereka baru saja menerima surat kelulusan tadi pagi. Jessica terdiam. Sorot matanya tampak tak terbaca. Wanita itu tentu saja terkejut mendengar penuturan tak terduga dari Reyhan. Selama ini ia menganggap perhatian dan tingkah posesif Reyhan adalah hal yang wajar karena laki-laki itu sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Namun ternyata dugaannya salah. Bentuk perhatian Reyhan selama ini ada maksud lain. Tiba-tiba saja Jessica menarik tangannya dari genggaman Reyhan, lalu mengucapkan sebuah kata yang membuat tubuh Reyhan membeku selama beberapa saat. "Maaf." "Maaf gue enggak bisa, Rey. Lo berhak cari cewek lain yang lebih baik dari gue. Lo tahu sendiri 'kan gue udah enggak utuh lagi. Gue enggak pantas buat cowok baik kayak lo," ucap Jessica. Reyhan menggelengkan kepalanya. "Enggak, Jes. Bagi gue lo yang terbaik buat gue. Lo udah tahu baik dan buruknya gue." Namun Jessica malah tersenyum tipis. Ia menganggap Reyhan hanya sedang terserang cinta monyet saja. Baginya hal terburuk setelah kejadian buruk dengannya dan Jana beberapa waktu yang lalu adalah menerima perasaan Reyhan. Ia tahu di usianya yang belum menginjak dua puluh tahun, ia dan Reyhan masih diserang rasa labil dan ego yang tinggi. Pikiran mereka masih belum dewasa. Ia takut hubungan mereka kandas di tengah jalan dan berakhir saling membenci. Dan bagian terburuknya adalah suatu saat nanti Reyhan yang akan mengungkapkan jika dirinya sudah tidak suci lagi kepada orang lain di saat mereka sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi. "Maaf, tapi gue enggak bisa, Rey. Mencintai itu enggak salah, namun memaksakan perasaan seseorang itu enggak baik, Rey," ucap Jessica. "Sekali lagi maaf, gue enggak bisa terima perasaan lo. Gue harap lo dapetin cewek yang lebih baik dari gue," sambung Jessica. Setelah mengatakan itu Jessica pun berpamitan kepada Reyhan karena sudah dijemput oleh salah satu ajudan papanya. Katanya ia harus segera menemui papanya di rumah dinas, karena ada suatu hal yang ingin dibahas papanya dengannya. Sepeninggal Jessica, Reyhan masih termenung di bangku taman. Kata-kata Jessica masih terus berputar dalam kepalanya. "Jessica benar, gue enggak bisa paksain perasaan gue sama dia. Apalagi dia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu yang lalu. Harusnya gue mikir ke sana bukannya malah mentingin ego gue sendiri," gumam Reyhan. *** Setelah kejadian di taman kota itu, hubungan Reyhan dan Jessica menjadi canggung. Bahkan Reyhan merasakan Jessica sering menghindarinya. Reyhan pun tak bisa melakukan apa pun karena ia sadar betul yang bersalah di sini memang dirinya. Lima tahun kemudian, Lima tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Reyhan. Setelah lulus sekolah ia memilih melanjutkan pendidikannya ke sekolah pilot. Ya, ia ingin mengejar cita-citanya sejak kecil menjadi seorang pilot. Selama waktu yang dilaluinya, ia tidak pernah bertemu dengan Jana atau pun Jessica. Jana jelas pergi melanjutkan pendidikannya ke Jepang, sementara itu Jessica ia tidak tahu kabarnya. Setelah hari wisuda mereka tidak pernah bertemu lagi. Bahkan kontak Jessica yang ia punya sudah tidak aktif, begitu pun dengan akun sosial medianya. Jessica seakan sengaja menutup diri darinya dan jujur itu membuatnya sedih. Hingga akhirnya Reyhan memutuskan untuk menyudahi perasaannya kepada Jessica. Apalagi setelah orang tuanya mengenalkannya kepada seorang wanita cantik yang merupakan putri rekan kerja ibunya. Demi memperlancar move on-nya, Reyhan pun dengan berani menyetujui perjodohan yang akan dilakukan oleh orang tuanya. Hingga perasaan Reyhan kepada Jessica pun perlahan luntur digantikan dengan sosok baik bernama Natasha. "Katanya ada anak baru, ya?" "Ho'oh, gue juga dengar gitu. Katanya mutasi dari bandara Ngurah Rai," balas rekan kerja Reyhan yang lain. Sementara itu Reyhan tidak memedulikan obrolan kedua rekan kerjanya itu. Ia asyik bertukar pesan dengan Natasha, sebelum gadis itu melakukan flight ke Beijing. Ya, Natasha juga seorang pramugari. Namun gadis itu baru merintis kariernya sebagai flight attendant kurang lebih selama enam bulan. "Katanya sih, primadonanya di sana." "Wah, gue makin jadi penasaran, deh. Eh, tapi gue dengar juga dia dimutasi ke sini gara-gara promosi jabatan, ya?" "Iya, gue dengar juga gitu." "Eh, eh, itu dia orangnya." Sontak atensi mereka termasuk Reyhan tertuju kepada seorang wanita cantik dengan tubuh semampai berjalan ke arah mereka. Reyhan terpaku melihat wanita itu. Bahkan hampir saja ponsel dalam genggamannya jatuh jika ia tidak refleks menahannya. Ia benar-benar syok melihat sosok cantik yang sudah lama tak ditemuinya itu. Sosok yang pernah dirindukannya dan hampir membuatnya frustrasi karena tak bisa menemukan keberadaan dia. Dan kini sosok itu ada di hadapannya tengah berjalan ke arahnya dengan aura yang sangat kuat. "Jessi ...," lirih Reyhan. Reyhan kira Jessica akan menyapanya dan mengobrol basa-basi dengannya karena mereka sudah lama tidak bertemu dan juga lost contact. Namun itu semua hanya angan-angannya saja karena ternyata Jessica hanya melewatinya begitu saja seperti tak mengenali sosoknya. "Cie, dipandangi terus. Naksir ya, Rey? Wajar sih, emang cantik terus body-nya juga goals banget," goda Afif. Reyhan menggelengkan kepalanya, lalu ia beranjak dari kursi, meninggalkan kedua rekan kerjanya yang tengah meledeknya habis-habisan karena baru saja ia terpergok memandangi Jessica. Jika mereka tahu ia sudah mengenal lama Jessica, pasti mereka akan semakin heboh. "Apa yang sebenarnya terjadi sama lo, Jes? Kenapa kelihatannya lo berubah?" batin Reyhan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN