Part 5 : Masih Menjadi Teka-teki

1257 Kata
Devan tak bergeming dari posisinya. Laki-laki yang berada dalam raga seorang wanita bernama Jessica itu hanya memandangi dirinya lewat cermin yang terpasang di lemari rias. Sesekali terdengar helaan napas keluar dari mulutnya. Entah sudah keberapa kalinya. "Kok bisa ya, gue jadi cewek? Padahal gue cowok tulen," batin Devan. Ayolah, siapa yang tak bingung mendapati dirinya terbangun menjadi seorang wanita. Dan lebih mengejutkannya lagi, keluarganya juga ikut aneh. Apakah sekarang ia sedang bermimpi atau terbangun di planet lain? "Ck, gue pengen balik ke tubuh asli gue!" ucap Devan yang kini misuh-misuh, menendang-nendang kecil lemari di hadapannya. Devan tampak menjambak rambutnya pelan. Ia benar-benar frustrasi dengan apa yang sedang dialaminya ini. Kenapa semuanya tiba-tiba menjadi seperti ini? Ini benar-benar tidak masuk akal. Rasanya ia ingin menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan segala emosi yang tertahan dalam dirinya saat ini. Semuanya benar-benar di luar nalar. Andaikan ia mempunyai mesin waktu Doraemon, ia akan pergi menuju hari sebelum ia terbangun dan mendapati dirinya menjadi seorang wanita--eh tapi tunggu! Waktu sebelum dirinya mengalami kejadian ini. Devan berusaha mengingat kembali dengan keras apa yang sudah ia lewati sehari sebelum ia terbangun menjadi seorang Jessica. Setelah berusaha mengingat kedua bola mata Devan tampak melotot tajam. Ia baru ingat, apakah semua ini ada kaitannya dengan kejadian tak senonoh yang akan ia lakukan kepada Neta? Ia ingat betul waktu itu ia berniat melakukan hal tak pantas kepada Neta dan Neta menolaknya. Wajah Devan mendadak menjadi pias setelah mengingat kembali ucapan Neta waktu itu. Neta mengutuknya, gadis itu menginginkannya berubah menjadi seorang wanita agar dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh para wanita yang telah ia sakiti. "Apa jangan-jangan gara-gara ucapan Neta gue jadi kayak gini, ya? Neta ngutuk gue, terus akhirnya gue berubah jadi cewek gara-gara dia!?" batin Devan. Devan mengusap kasar wajahnya begitu menyadari kesalahannya. Sepertinya perkataan Neta dikabulkan oleh Tuhan dan membuatnya kini terdampar di pulau entah berantah yang membuatnya menjadi seorang wanita bernama Jessica. "Enggak-enggak, ini gue pasti lagi mimpi. Mana ada gue cowok tulen dari lahir bisa berubah jadi cewek!" Devan menggelengkan kepalanya. Ia masih menyangkal keadaan dan beranggapan ini semua hanyalah bunga tidur. "Kalau ini beneran mimpi, ini mimpi tergila yang pernah gue alamin. Gue harus bangun sekarang, gue enggak mau terjebak lebih lama lagi di dalam mimpi ini," batin Devan. Devan pun buru-buru menuju ranjangnya. Ia membaringkan tubuhnya, lalu mencoba memejamkan matanya berharap ia segera terlelap dan memasuki alam mimpi. Dan ia sangat berharap setelah bangun nanti ia balik lagi ke tubuh aslinya. Namun belum lima menit Devan terlelap, tiba-tiba ada seseorang yang memasuki kamarnya dan berteriak nyaring hingga gendang telinganya terasa sakit. "Gila, ganggu aja! Baru aja gue mau tidur ini si cabe malah ganggu!" batin Devan yang kesal dengan kedatangan Karina. Selimut yang menutupi tubuh Devan ditarik kasar oleh Karina hingga selimut itu teronggok ke bawah. Setelah menarik paksa selimut yang melilit tubuh Devan, Karina pun langsung menerjang tubuh kakaknya bermaksud membangunkan kakaknya yang sejak tadi tak keluar dari kamarnya. "Sakit, woi!" teriak Devan seraya mendorong kasar tubuh Karina yang mengenai tepat lengan sebelah kanannya. Devan bangkit dari pembaringannya. Ia menatap tajam pada Karina yang berada di hadapannya. Dalam hati ia sudah mengeluarkan unek-unek kebun binatangnya yang ia tujukan kepada Karina. Tak di dunia Devan atau di dunia Jessica, sosok Karina sama-sama menyebalkan. "Ngapain sih, lo?! Ganggu gue aja?!" bentak Devan. "Maaf, Rina cuman mau bangunin Kakak. Rina bosen, pengen ajak Kakak jalan-jalan keluar. Lagian dari tadi Kakak diam di kamar terus, enggak bosen apa? Kalau ayam mah, Kakak udah bertelur banyak!" balas Karina. "Ya 'kan lo tahu gue lagi sakit, harus banyak istirahat!" sewot Devan. Karina menundukkan kepalanya seraya memainkan jari-jari tangannya dengan gugup. Ia tak menyangka respon yang diberikan oleh Jessica akan seperti ini. Biasanya 'kan Jessica tak pernah marah kepadanya walaupun ia sering menjahilinya, kalau pun marah tidak semarah seperti sekarang. Sikap kakaknya itu benar-benar berubah menjadi kasar. "Maaf. Ya udah kalau gitu Rina keluar lagi aja. Maaf Rina udah ganggu waktu istirahat Kakak," ucap Karina seraya bangkit dari ranjang Jessica. Melihat raut sendu Karina, hati Devan tiba-tiba saja mencelos. Ia merasa perlakuannya barusan terkesan jahat kepada Karina. "Tunggu!" Langkah Karina pun terhenti. Gadis itu kembali menoleh ke belakang, menatap sang kakak yang barusan menyuruhnya berhenti. "Iya, Kak?" "Tadi lo ngajak gue jalan-jalan ke luar?" tanya Devan yang dibalas anggukkan kepala oleh Karina. "Ya udah, ayo. Lo tunggu di luar, gue mau ganti baju dulu," ucap Devan. Sebuah senyum pun terbit di bibir Karina. Ia tak menyangka Jessica akan menerima ajakkannya. "Oke." "Ya udah, sana!" usir Devan. Karina mengangguk, lalu keluar dari kamar Jessica dengan langkah yang riang dan wajah berseri-seri, meninggalkan Devan yang tengah terduduk di atas ranjang sembari merenungi sikap anehnya. Devan merasa aneh dengan dirinya, di kehidupannya yang dulu ia sangat anti sekali dengan Karina. Namun kenapa sekarang ia sangat bersimpatik sekali kepada Karina? "Apa Jessica deket sama Karina, ya? Makannya gue jadi simpatik sama tuh anak," batin Devan. Devan menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir teorinya tentang hubungan Jessica dengan Karina. Lebih baik sekarang ia mengganti bajunya, karena ia akan ikut jalan-jalan dengan Karina. Lumayan 'kan, nyari angin segar sekaligus cuci mata. Siapa tahu setelah pulang dari jalan-jalan ia menemui jalan untuk kembali ke dunia aslinya. *** Semua mata kini tertuju kepada Jessica dan Karina, lebih tepatnya sih, ke arah Jessica yang saat ini tampil sangat wow sekali, mengundang lirikan dari orang-orang yang berpas-pasan dengan mereka. "Rin, ini gue artis ya, kok dari tadi orang-orang ngelihatin gue terus. Gue 'kan jadinya risi," bisik Devan pada Karina. Mendengar perkataan Jessica, Karina pun hanya bisa terkekeh geli. Sepertinya kakak nomor duanya itu beneran mengalami amnesia disosiatif seperti penjelasan dokter waktu itu. Sedih sih, mengingat kakaknya mengalami amnesia disosiatif, sebagian ingatan Jessica menghilang dan dokter yang memeriksa Jessica saat itu mengatakan pemicunya adalah karena Jessica merasa trauma dengan sesuatu hingga mencoba menghilangkan memori ingatan yang membuatnya trauma. Namun Karina tak menyangka akan separah ini dan melibatkan seluruh anggota keluarganya. Karina jadi bertanya-tanya, apakah alasan Jessica mengalami amnesia disosiatif juga karena trauma dengan lingkungan keluarganya? Karina tak tahu saja, jika Jessica bukan mengalami amnesia disosiatif, melainkan arwah yang bersemayam dalam tubuh Jessica bukanlah Jessica melainkan Devan. Melihat Karina yang malah terbengong, Devan pun mendengus kesal lalu menepuk keras lengan atas Karina hingga membuat gadis itu terpekik cukup keras karena terkejut sekaligus merasa nyeri karena pukulan Devan terlampau cukup keras. Maklum 'lah, Devan suka lupa kalau sekarang dirinya menjadi seorang wanita, bukan lagi laki-laki. "Kak!" Menyadari apa yang dilakukannya barusan sedikit berlebihan, Devan pun langsung meminta maaf kepada Karina yang kini tengah mendelik ke arahnya. "Maaf-maaf, barusan gue kelepasan," ucap Devan. Karina mendengus, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah toko buku. Tujuannya ke mall ini karena ia ingin membeli novel baru untuk koleksi bacaan terbarunya. "Heh, pertanyaan gue masih belum lo jawab!" ujar Devan yang mengekori Karina di belakangnya. "Ya, wajar mereka merhatiin Kakak, Kakak 'kan selebgram," jawab Karina. Matanya masih menyisir rak yang dipenuhi oleh buku-buku. Jessica tampak mengerutkan keningnya. "Loh, bukannya gue jadi pramugari, ya? Kok tiba-tiba jadi selebgram?" Karina memutar bola matanya malas. Lama-lama ia malas menghadapi Jessica yang mirip monyet dora atau Miss kepo. "Ya emangnya jadi pramugari enggak boleh jadi selebgram?" Jessica menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jika dipikir-pikir memang benar sih, kenapa ia harus menanyakan hal itu. Saat sedang asyik melihat-lihat buku novel dalam rak, tiba-tiba saja ada yang memanggil namanya. Sontak Jessica pun menoleh dan mengerutkan keningnya karena merasa tak mengenal orang yang memanggilnya barusan. "Maaf, Anda siapa?" tanya Devan yang berada dalam raga Jessica. Sementara itu orang yang memanggil Jessica barusan hanya bisa melongo mendengar pertanyaan Jessica barusan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN