Part 8 : Syarat Kembali

1006 Kata
Jessica mengerjapkan matanya saat merasakan seberkas cahaya menusuk kelopak matanya hingga perlahan ia membuka kedua matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah sebuah ruangan bernuansa putih, namun bukan rumah sakit atau pun klinik kesehatan, bukan juga kamarnya. Tempat itu sangatlah asing. Jessica pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan hingga matanya tak sengaja menemukan sosok laki-laki tua yang tengah menatap keluar jendela. Gadis itu menyipitkan matanya, mencoba memperjelas penglihatannya dan juga ingatannya tentang kakek itu. Namun seberapa keras ia mencoba mengingat, ia sama sekali tidak mengenali kakek itu. Kakek itu pun membalikan tubuhnya dan atensinya tertuju pada Jessica yang masih terbengong-bengong melihat keberadaanya. Kakek itu tersenyum jenaka pada Jessica. “Maaf, Bapak siapa, ya, dan kenapa saya bisa ada di sini?!” Jessica langsung menodong laki-laki tua itu dengan pertanyaannya. Bukannya menjawab, kakek itu hanya tersenyum melihat sikap waspada Jessica. Melihat kakek itu mendekatinya, Jessica pun refleks berjalan mundur. Sikap waspadanya semakin menjadi. Bahkan matanya sejak tadi sudah bergulir ke sana-kemari mencari jalan untuk kabur dari kakek itu. Saat ini ia sungguh ketakutan dan ingin cepat-cepat pergi dari sana. Sebagai seorang wanita tentu saja Jessica takut, ia takut kakek itu akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. “Tenang, Nak, jangan takut, saya enggak akan berbuat macam-macam sama kamu," ucap kakek itu dengan lembut. Namun Jessica masih bersikap waspada. Ia tidak tahu niat kakek itu kepadanya untuk apa. “Kamu pasti bingung ‘kan kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya kakek itu. Jessica menganggukkan kepalanya. Tentu saja ia bingung karena seingatnya ia tertidur di kamarnya, kok bangun-bangun sudah ada di sini? Ia sedang tidak dipermainkan oleh takdir lagi bukan? Takdir tidak membuatnya kembali terdampar di tempat asing? “Kamu ingin kembali ke dalam kehidupan asli kamu bukan?” ujar kakek itu. Jessica mengerutkan keningnya. Dari mana kakek itu tahu masalah pribadinya? Setahunya orang yang tahu tentang jati dirinya sebenarnya hanya dirinya seorang, bahkan keluarganya juga tidak tahu. Kakek itu kembali tersenyum, lalu memberikan sebuah buku bersampul pink kepada Jessica. Kakek itu memberikan amanat kepada Jessica untuk menjaga dengan baik buku dairy itu. “Kamu bisa kembali lagi ke dunia kamu asalkan kamu harus menyelesaikan misi yang tercantum dalam halaman depan buku diary itu dan kamu wajib mengisi hingga habis buku dairy itu. Jika kamu berhasil memenuhi misi itu dalam kurun waktu tiga ratus enam puluh lima hari, maka kamu akan kembali ke kehidupan kamu sebelumnya,” jelas kakek itu. Jessica menatap buku bersampul pink tersebut dengan tatapan heran, lalu kembali menatap kakek itu yang sejak tadi tidak berhenti melunturkan senyumnya. Namun jika dilihat-lihat senyuman kakek itu tampak janggal dan misterius. "Sebelumnya maaf, Kakek dari mana tahu saya bukan pemilik asli tubuh ini?" tanya Jessica. Lagi-lagi kakek itu tersenyum jenaka yang membuat Jessica merinding melihatnya. Entah kenapa melihat kakek itu membuat ia teringat dengan film-film kolosal yang sering ditonton oleh kakeknya, kakek itu mirip orang sakti yang berada dalam film kolosal itu. "Kamu enggak perlu tahu Kakek tahu dari mana mengenai masalah kamu," balas kakek itu yang terdengar menyebalkan di telinga Jessica. "Terus kalau Kakek enggak ngasih tahu asal-usul Kakek, gimana aku bisa percaya sama perkataan Kakek?" Walaupun ia yakin apa yang dikatakan oleh kakek itu adalah benar, ia hanya ingin tahu dari mana asal kakek itu, apakah dari masa depan atau dunia lain yang ingin memberitahunya masalah ini. "Kamu memang anak yang waspada," ucap kakek itu. "Terserah itu kamu mau percaya atau tidak, semua ada di tangan kamu," lanjut kakek itu. Ia tidak akan memaksa Jessica percaya kepadanya, karena tanpa ia yakinkan pun pasti gadis itu percaya kepadanya. Suasana pun kembali hening setelah kakek itu memberikan penjelasan tentang Jessica. Mereka asyik dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga akhirnya suara kakek itu kembali menginterupsi dirinya. “Ini adalah karma yang kamu tuai. Tidak seharusnya kamu mempermainkan hati seorang perempuan. Semoga setelah kamu berada di dalam tubuh Jessica, kamu mengerti bagaimana beratnya menjadi seorang perempuan,” ucap kakek itu. Sontak Jessica pun menoleh ke arah kakek itu dengan perasaan tak menentu. Perkataan kakek itu berhasil menamparnya dari kenyataan. Semasa hidupnya menjadi Devan dirinya memang bukanlah pria baik-baik. Ia terlalu sering membuat orang lain sakit hati dan akhirnya ia mendapat ganjarannya atas perbuatan tidak menyenangkannya itu. Kakek itu tersenyum melihat Jessica menundukkan kepalanya. Pasti gadis itu sekarnag tengah merenungi kesalahannya. "Semua belum terlambat, kamu masih bisa memperbaiki diri kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi," ucap kakek itu. Setelah kakek itu berkata seperti itu, Jessica kembali merasakan pusing. Pandangannya kabur dan kunang-kunang hingga akhirnya ia kembali tidak sadarkan diri. *** "Jes! Bangun woi! Lo tidur atau hibernasi!" Jessica mengerjapkan matanya. Walaupun matanya masih lengket minta untuk diistirahatkan, indra pendengarnya menangkap suara seseorang yang tengah teriak-teriak memanggil namanya dan juga menggedor-gedor pintu kamarnya secara brutal. "Siapa, sih?! Ganggu aja!" gerutu Jessica. Sebelum beranjak dari ranjang atensi Jessica tak sengaja menangkap sesuatu yang membuatnya syok. Tangan Jessica pun repleks mengambil benda persegi panjang bersampul merah muda itu. "Ya ampun, bukannya ini buku diary yang dikasih sama kakek itu, ya? Kok bisa di sini?" gumam Jessica. Untuk mengusir rasa penasarannya, Jessica pun memeriksa buku diary itu dan isinya sama persis dengan apa yang ada dalam mimpinya. Eh, tunggu dulu! Atau jangan-jangan dirinya memang dibawa jalan-jalan ke dunia lain? Menyadari kejadian aneh ini Jessica pun sontak merinding. Kenapa akhir-akhir ini semuanya menjadi kacau seperti ini. "Jessi! Cepet buka pintunya!" Lagi-lagi terdengar teriakan sangat nyaring berasal dari luar kamar. Jessica pun segera menyudahi acara herannya. Ia pun beranjak menuju pintu kamar, lalu membukakan pintu kamar untuk tamu VVIP-nya yang sejak tadi teriak-teriak tidak jelas. "Lama banget sih, buka pintunya! Lo lagi ngapain, sih?" Jessica langsung kena semprot oleh Nabila, sepupunya. "Maaf, barusan gue tidur. Emangnya kenapa, sih?" tanya Jessica. "Suruh masuk dulu ke, masa gue disuruh berdiri kayak patung kayak gini," balas Nabila sedikit ketus. "Oh, maaf." Jessica pun mempersilakan Icha masuk ke dalam kamarnya. Dan mereka pun kembali melanjutkan obrolan mereka. "Ada apa?" tanya Jessica. "Cepet ganti baju sana, waktu kita enggak banyak," titah Nabila. Gadis itu langsung rebahan di kasur Jessica. Sementara itu Jessica pergi berganti pakaian sesuai perintah gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN