"Cika.. Aku pergi kerja dulu." kata Linda, sambil memakai sepatu hight heels berwarna hitam.
"Oh, ya! Jangan kunci rumah lebih dulu nanti. Aku gak tahu pulang sampai jam berapa nanti." ucap Linda, mengibaskan tangannya. Sembari tersenyum semanis mungkin.
"Iya. Siap! Tapi, ingat.. Jaga diri kamu. Aku tahu pekerjaan kamu beresiko. Tapi, tetap jangan sampai kamu tergoda." kata Duke menciba mengingatkan.
"Tidak akan. Tenang saja! Aku bisa jaga diriku baik-baik." ucap Linda, yang sudah melangkahkan kakinya pergi. Sementara Cika hanya diam menggelengkan kepalanya.
Dia tahu jika Linda bekerja di sebuah club malam. Sebagai wanita panggilan. Untuk menemani minum para laki-laki. Tapi, pekerjaan yang tak jauh beda dengannya. Jadi simpanan laki-laki hidung belang. Bahkan, dirinya juga dekat dengan Rian. Pekerjaan sama-sama beresiko.
***
Sampai di sebuah club malam. Linda sudah berpakain rapi. Dengan baju yang memang sudah disediakan oleh club itu. Baju dengan lengan terbuka. Menunjukan punggung putihnya. Baju kurang bahan itu membuat Linda merasa risih. Apalagi terlihat jelas. Belahan dadànya. Rok pendek yang membuatnya juga tak kalah risih. Linda berjalan; membawa minuman sembari menarik-narik rok span hitam yang sangat pendek. Baru kali ini dia memakai rok sangat pendek. Hanya saat dia bekerja. Selebihnya, dia ogah memakainya.
"Linda... Kemarilah!" salah seorang manajer memanggilnya. Linda yang mendengarnya segera berlari menghampirinya. Beberapa laki-laki mata keranjang menatapnya penuh dengan gairah. Pandangan mata yang menjijikkan. Melihat setiap lekuk tubuh Linda yang memang terekspos bebas.
"Iya.. Boss. Ada apa?" tanya Linda seandainya.
"Hari ini kamu temani tamu vip. Ada di ruangan khusus untuk kelas vip pakai gold class. Tamu ini sangat spesial. Jadi kamu harus menemaninya minum. Jangan sampai buat dia kecewa." ucap sang boss. Dia adalah maneger club itu. Linda saja tidak tahu, siapa boss senangnya pemilik klub itu. Yang dia tahu hanya dua manajer yang bekerja mengatur semuanya selama ini.
"Baik, boss. Tenang saja. Aku akan membuat mereka nyaman berada disini. Serahkan semua padaku." ucap Linda penuh percaya dirinya.
"Baik, pergilah!" pinta sang bos.
Linda hanya tersenyum tipis. Dia beranjak pergi meninggalkan sang manajer. Berjalan menuju ke ruang Vip. Dia sudah tahu semua ruangan tamu spesial di club itu. Dan memang hanya ada satu ruangan gold untuk seorang yang sangat spesial. Bisa jadi teman boss. Atau keluarga boss.
Linda tanpa ragu membuka pintu kaca itu. Dia berjalan masuk perlahan, melirik sekilas ke arah beberapa laki-laki yang sudah berkumpul di sana. Linda menelan ludahnya seketika. Saat melihat laki-laki yang lebih dari satu. Hanya 3 orang laki-laki di sana.
"Hai.. Kemarilah!" pinta salah satu laki-laki melambaikan tangan ke arahnya. Linda, memberanikan dirinya untuk melangkah. Meski langkah kakinya semakin pelan dan ragu.
"Ternyata dia sangat cantik, bahkan juga seksi." ucap Salah satu laki-laki di sana.
"Tuangkan kita minuman!" ucap boss dari mereka. Duduk di tengah. Tepat di depan pandangan matanya. Mata 3 pria itu menjelajah di tubuhnya. Senyum sumringah membuat dia merasa jijik. Dia mencengkeram jemari tangannya sendiri. Mencoba untuk menghilangkan rasa ragu pada dirinya.
"Cepat tuangkan!" pinta salah satu dari mereka memaksa.
Linda mengangguk, dan segera duduk jongkok. Seketika mata mereka melotot melihat pemandangan indah di depannya. Linda, merasa dirinya harus pergi dari sana. Entah kenapa tamu ini terlihat berbeda. Tapi, dia sudah janji akan menjamin pelayanan terbaik untuk tamunya.
Dalam satu tarikan nafasnya. Linda mencoba mengangkat kembali kepalanya. Dia menatap jelas wajah ketiga laki-laki itu. Dan, melayangkan senyum manis membuat mereka semakin tergoda.
"Apa hanya satu gelas saja?" tanya Linda.
"Tuangkan tiga gelas untuk kita." pinta mereka.
"Baiklah!" Linda segera menuangkan tiga gelas minuman itu. Dan segera duduk di tengah, memegang pundak laki-laki yang memang duduk di tengah antara mereka bertiga.
"Sinilah! Lebih mendekat." ucap laki-laki itu memeluk pinggang Linda dari belakang. Merasa tidak suka dengan caranya. Linda mencoba menggerakan tubuhnya. Menarik Tangan laki-laki itu. Tetapi, tetap saja. Dia mencoba semakin menggodanya.
"Minumlah!" pintanya semakin memaksa.
"Maaf! Aku tidak minum." ucap Linda.
"Aku minta kamu minum. Lagian, aku tamu spesial disini. Jadi, jangan harap kamu bisa keluar dari sini. Jika kamu tidak mau minum." laki-laki itu menyentuh rahang Linda. Mencengkeramnya. Dengan paksa, mereka memberikan beberapa gelas minuman padanya. Memaksa dia untuk minum. Hingga minuman itu menetes membasahi bajunya.
"Gimana?" tanya salah satu dari mereka. Mencoba menyentuh bibirnya. Dengan sigap, Linda mendorong tubuhnya. Meski kedua matanya tak bisa melihat jelas siapa di depannya. Linda masih bisa mencoba membela dirinya.
"Duduklah! Temani aku minum sekarang." laki-laki itu menarik tangan Linda untuk duduk di pengakuannya. Dia orang laki-laki Hanya tersenyum menikmati pemandangan tubuhnya. Jemari Tangan laki-laki itu mencoba menyentuh pahànya. Mengusapnya lembut. Di tipis oleh Linda.
"Jangan menyentuhku! Aku hanya menemani kalian minum." ucap Linda. Dia mencoba menguatkan kedua matanya yang hampir saja terpejam tak berdaya. Linda, menyandarkan kepalanya di dadà bidang laki-laki itu. Tubuhnya terasa sangat lemas. Entah apa yang diberikan laki-laki tadi. Tanpa sepengetahuannya. Perlahan keringat mulai keluar dari tubuhnya. Bau alkohol terasa memenuhi sekujur tubuhnya.
"Panas." ucap Linda lirih. Dia mencoba berdiri. Dengan cepat, laki-laki itu menarik tangannya. Menjatuhkan di atas sofa. Dia memegang ke tangannya. Mengunci tangannya tepat di atas kepalanya.
Suara Linda memerah seketika. Sekujur tubuhnya terasa sangat panas. Entah kenapa, tubuhnya mulai merasakan gairah yang tinggi. Dia hanya bisa menahannya. menggeliat, sambil menegakan matanya. Tanpa sadar apa yang dilakukan laki-laki di atasnya sekarang.
Laki-laki itu menyentuh buah miliknya, mencoba menggodanya. Linda, mengernyitkan matanya. Seketika menendang telur laki-laki itu sangat keras dengan sisa tenaga yang dia miliki.
"Sialan!" teriak laki-laki itu memegang telurnya yang terasa sakit.
Mungkin masa depannya akan hancur jika Linda mengeluarkan semua kekuatan tendangannya. Linda, berjalan sempoyongan. Hingga terjatuh.
"Cepat bawa dia kemari. Aku akan memberinya pelajaran." pekik laki-laki itu.
"Tapi, kamu yakin. Nanti kamu ditendang lagi."
"Cepatlah!" pintanya memaksa.
"Kedua temannya mencoba meraih kaki, Linda. Menariknya paksa. Dan laki-laki itu mengangkat tubuh Linda Di atas sofa. Mereka saling memegang tangannya dan kakinya.
Sementara laki-laki di depannya. Menatap tajam ke arahnya. "Plaakk.. " tamparan keras mendarat di pipi Linda.
"Beraninya kamu membuat masalah denganku."
"Cuihh..." wanita itu meludah tepat di tubuhnya.
"Jangan pikir kamu bisa menyentuhku."
laki-laki itu menggeram kesal. Dia segera mencoba untuk membuka belaian tipis bajunya. Tetapi, Linda tetap saja memberontak. Meski kedua kaki dan tangannya dicengkram sangat erat oleh temannya.
"Aku bisa teriak." ucap Linda.
"Tidak akan bisa." laki-laki itu mencoba mengecup bibir linda. Belum sampai menyentuhnya. Linda menundukkan kepalanya. Mengenai bibirnya. Membuat laki-laki di depannya sangat marah.
Dia menyentuhnya paksa. Setiap lekuk tubuh Linda. Merasa sangat kesal. Linda menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Hingga dia berhasil lepas. Meski tubuhnya semakin lemas tak tertahankan lagi. Dia, Mencoba untuk kabur.
"Pegang dia yang kuat!" teriak laki-laki itu.
"Dia terus memberontak."
"Jangan sampai dia lepas. Aku akan nikmati tubuhnya. Pasti, dia masih virgin atau sudah berkali- kali dengan laki-laki." laki-laki itu memainkan lidahnya. Seolah terlihat sebagai predator wanita.
"Mau kemana kamu?" salah satu dari mereka menarik bajunya. Hingga belahan dadànya semakin lebar. Linda berlari, hingga terjatuh. Mereka terus mencoba mengejarnya. Linda menarik tubuhnya, sampai tepat dipintu. Dia mencoba berdiri. Kedua kakinya dipegang oleh tiga laki-laki itu.
Aku tidak bisa lagi. Tapi, aku harus pergi. Sekarang. Aku harus pergi dari sini.
Linda mencoba tetap bertahan. Meski tubuhnya semakin lemas.
"Linda menendang tepat wajah mereka yang hampir menyentuh kakinya. Linda memegang pintu kaca itu. Dia mencoba mencoba untuk berdiri. Dan berlari keluar menuju ke pintu utama terbuat dari kayu. Dengan tubuh lunglai. jemari lentik tangannya meraba pintu kayu itu. Mencoba mencari gagang pintunya. Dia berhasil membuka pintu. Hingga terjatuh tepat di depan pintu. Mereka bertiga berhenti terus mengejarnya. Sampai tepat di depannya. Tubuh Linda sudah tidak berdaya lagi. berdiri saja dia sudah tidak sanggup lagi. Linda hanya menarik tubuhnya ke belakang. Mencoba menghindari mereka.
"Mau kemana kamu? Kamu tidak akan pernah bisa kabur dariku." geram ketiga laki-laki yang sudah hampir beban telur di tentangnya.
Salah satu dari mereka mencoba memegang tangannya. Tubuh Linda yang lemas tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya bisa diam. Pasrah dengan keadaan.
"Ada apa ini?" suara berat dan serak seorang laki-laki membuat mereka terdiam sejenak.
"Apa yang kalian lakukan dengan wanita itu?" tanya laki-laki itu kesal. Dia berdiri dengan tatapan tajam. Kedua tangan di dalam sakunya. Berdiri tepat di depan. Di belakangnya ada beberapa ajudan dengan badan kekar. dan salah satu asisten pribadinya.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur denganku. Wanita ini sudah aku bayar untuk menemaniku." tajam laki-laki itu. Mendorong bahu laki-laki sok jagoan di depannya.
"Aku Vian. Jangan pikir kamu bisa memiliki dia. Berapa kamu bayar dia. Aku ganti semuanya. Dan, jangan sentuh wanita itu. Jika kamu berani menyentuh tubuhnya sedikit saja. Aku akan memotong tangan kalian."
"Lebih baik kita pergi!"
"Apa maksud kamu?" tanya temannya.
"Dia itu Vian. Pemilik perusahaan besar yang terkenal di kota."
"Maksud kamu?"
"Aku ceritakan di jalan. Lebih baik kita cari aman. Dari pada kamu buat masalah dengannya. Tidak hanya kedua tangan kamu yang hilang. Tapi juga semua aset harta yang kamu miliki." Kedua laki-laki itu menarik temannya yang hampir saja membuat masalah dengan Vian. Sementara Vian hanya diam, menarik sudut bibirnya tipis. Menatap ke arah Linda. Dia memang tergoda dengannya. Tapi, Vian tidak mau menyentuhnya.
"Kalian... Cepat cari mereka. Dan beri mereka pelajaran. Dia telah menyentuh wanitaku."
"Baik, tuan!"
Sementara Vian, melepaskan jas hitam miliknya. Memakaikan di tubuh Linda. Lalu mengangkat tubuh Linda. Keluar dari club malam itu. Tanpa pedulikan anak buahnya yang sedang mencari laki-laki yang berani menyentuh wanitanya. Dia tidak akan tinggal diam. Dan lebih dari dari seorang psikopat.
Vian membawanya ke dalam kamar hotel miliknya. Sebenarnya dia menyewa hotel itu dengan wanita lain. Tapi, setelah bertemu dengan Linda. Vian mengurungkan niatnya jalan dengan wanita lain.
Linda mengerjapkan matanya. Melihat sekilas laki-laki yang mengangkat tubuhnya. Linda mencoba mengangkat tangan kanan ya. Menyentuh pipi laki-laki itu.
"Kamu siapa?" tanyanya lirih. Suaranya sangat lembut.
"Tolong bantu aku! Tubuhku panas.. Aku mohon bantu aku.." ucap Linda, merangkul leher laki-laki itu. Suara Linda terdengar jelas. Desahan kecil di bibirnya membuat Vian terasa sangat aneh.
Vian meletakan tubuh Linda Di atas ranjang nya. Wanita itu, sudah membuka kedua matanya. Linda melayangkan sebuah tersenyum tipis melihat laki-laki di depannya.
"Om... kita bertemu lagi." ucap Linda. Dia masih ingat betul siapa laki-laki di depannya. Meski dengan keadaan pengaruh alkohol. dan, entah obat apa yang diberikan pada minumannya. Sekujur tubuh Linda Dipenuhi bau alkohol yang menyeruak masuk dalam penciumannya.