“Kamu mau bicara apa?” Iva memajukan wajah seolah-olah senang menerima tantangan Fabian. Fabian mengerjap lalu mengembus napas. Di dadanya masih ada dentaman yang terus menyuarakan hasrat lapar. Berusaha mengubah posisi duduk, Fabian justru merasakan nyeri lantaran si juniornya kian terhimpit celana. Serba salah, padahal niatnya hanya ingin menginterogasi Iva. Namun, wanita itu berhasil membuat Fabian mengubah rencana secara tidak langsung. Meski demikian, Fabian tidak ingin kehilangan momen penyelidikan. Dia harus tahu apa yang disembunyikan Iva. “Sejak kapan kalian bekerja sama?” Fabian merespons dengan melontarkan pertanyaan yang membuat Iva seketika bengong. Iva kemudian mengernyitkan dahi. Dia berusaha memahami pertanyaan Fabian, tapi hasilnya tetap buntu. “Maksudmu? Aku tidak meng