8.5

1833 Kata

Erwin Chavali sudah mengetuk pintu kamar di mana dua orang anak gadis sedang tidur, ia juga terus memanggil nama mereka sambil mengetuk pintu itu tapi tidak ada yang menyahut. Gumaman yang mereka berikan ketika ia memanggil mereka tidak bisa ia sebut sebagai sahutan. Pintu kamar itu sudah terbuka lebar. Suara Erwin Chavali jadi terdengar semakin nyaring karena tidak ada pembatas seperti tadi, pintu. Uci dan Bian yang ketika ia membuka pintu itu terlihat sedang tidur saling berangkulan kini berubah posisi menjadi saling membelakangi. “Anak-anak!! Papa benar-benar akan bawakan kalian air dingin kalau masih tidur begini,” ancamnya. Rupanya ancaman itu berhasil karena ia bisa melihat Bian dan Uci bangkit dari ranjang, meski dengan mata yang masih tertutup. “Shalat!” “Iya, Pa,” jawab Bian

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN