Satu Malam Menuju Hari Pernikahan

543 Kata
“Besok malam adalah hari pernikahan kita,” ujarnya sembari menatap bulan yang hampir bulat sempurna. “Apa? Besok malam pernikahan? Kau pasti sudah kehilangan akal sehatmu." “Kitsune no Yomeiri, pernikahan pemimpin Kitsune. Besok, di dunia manusia akan turun hujan saat matahari bersinar terang, lalu di malam hari akan terlihat lampu berkelap kelip di dalam hutan. Itu artinya adalah hari pernikahan raja Kitsune. Kau dan aku,” jelasnya. “Tunggu, kau tadi bilang Kitsune? Maksudmu siluman rubah yang ada dalam mitologi Jepang? Dan kau baru saja mengaku kalau dirimu adalah raja rubah?" tanya Mira dengan wajah menahan tawanya, “Kau pikir aku akan percaya dengan perkataan konyolmu itu, huh?” sambungnya dengan tawa pecahnya. “Apa ada yang lucu?” Kei bertanya dengan nada dinginnya. Mira pun langsung menghentikan tawanya, gadis itu berdehem, “Tidak, tidak ada yang lucu. Tapi ... aku pikir kau harus berhenti mengkhayalkan sesuatu yang tidak lucu itu,” lontar Mira. Kei mengepalkan kedua tangannya kuat, ia merasa dihinakan oleh pengantinnya sendiri. Pria itu menggeram marah, membuatnya berubah ke wujud setengah Kitsunenya. Sembilan ekor berwarna merah keemasan terlihat berkobar bagai api dari belakang tubuh pria itu. Matanya yang merah, bersinar semakin terang. Telinganya pun berubah menjadi runcing seperti telinga seekor rubah. Mira mundur satu langkah menjauhi sosok itu, ia terkejut melihat transformasi dari Kei. Mira menutup mulutnya tak percaya, ia lupa satu hal bahwa Kei, “Ka .... kau bu ... bukan manusia,” ujar Mira terbata-bata "Kau ... kau mon ... monster," timpalnya dengan nada bergetar ketakutan. Seketika itu, ingatan Mira tentang malam di mana ia dan keluarganya diserang oleh Kei dan para bawahannya pun kembali berputar di kepalanya. Kei tersenyum kecut melihat wanitanya itu tampak pucat ketakutan, ia juga merasa kesal ketika Mira menyebutnya 'monster'. Bagi Kei, itu julukan yang sangat teramat buruk. “Monster? Kau bilang aku monster?” Kei berjalan cepat mendekati Mira, dia mendorong kasar tubuh gadis itu ke dinding. Mira meringis merasakan punggungnya yang belum sepenuhnya sembuh harus menghantam dinding lagi. “Katakan sekali lagi jika kau berani. Kau bilang aku apa?!” seru Kei. “Kau ....” Gadis itu menahan napasnya, kemudian menatap Kei dengan keberanian yang menipis. “Kau monster,” tukas Mira. Kei menatapnya murka, gigi taring pria itu tampak memanjang seperti vampir, ujungnya runcing dan tajam, membuat Mira kembali membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang dia lihat. Detik selanjutnya, Mira terdengar mengerang kesakitan saat Kei tanpa aba-aba menancapkan taringnya ke leher gadis itu. Rasa perih dan panas pun menjalar ke leher putih Mira. “Kau ... kau vampire?” lirih Mira, suaranya melemah, ia merasa energinya terkuras habis, tubuhnya pun terasa lemas tak berdaya. “Bukankah aku sudah memberitahumu kalau aku adalah seorang Kitsune, sama seperti ayahmu, Sayang,” bisik Kei, pelan. Mira mendengarnya samar, pandangannya pun perlahan mulai kabur dan menggelap, kesadarannya kemudian hilang dalam sekejap. Tubuhnya ambruk dalam pelukan pria itu. Kei menggendong tubuh Mira dan membawanya ke atas ranjang. Ia merebahkan tubuh gadis itu lalu menyelimutinya. Sejenak Kei terdiam, menatap wajah wanitanya itu sendu. Ada binaran rasa bersalah di manik emasnya itu. Ya, Kei merasa bersalah karena telah membuat Mira ketakutan. “Maaf sudah membuatmu ketakutan,” ucap Kei. “Sayang, kau adalah bagian dari diriku, kau adalah separuh jiwaku yang telah ditakdirkan oleh Dewa Bulan sejak kau lahir. Karena itu, maaf aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja,” ujar Kei. Pria itu membelai wajah Mira lembut. Lalu, perlahan ia mengecup kening gadis itu dengan penuh kehangatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN