Bab 3. Awal Pertemuan

1198 Kata
Bab 3. Awal Pertemuan   Kala itu Esvaldo sedang ada bisnis di London. Dia baru saja memasuki ruangan pesta tempat koleganya mengadakan perayaan perusahaannya. Esvaldo jarang sekali menginjakkan kakinya di pesta. Akan tetapi kali ini, yang mengundangnya adalah perusahaan yang lumayan besar. Namun, tak sebesar bisnisnya. Tentu saja. Di sanalah pertama kalinya dia melihat sosok bak dewi. Sosok yang hanya ada dalam legenda, ternyata bisa menjelma dalam sosok wanita muda bergaun putih. Nampak anggun dan mempesona dalam satu penampilan. Membuat mata Esvaldo tak mampu berpaling barang sedetikpun. Ada yang mengganggunya. Di sebelah wanita itu berdiri dengan gagah sosok yang sama mempesonanya dengan dirinya. Akan tetapi, lelaki itu beraura positif. Berbeda dengannya yang beruara gelap. Menyerah? Tentu saja tidak. Tak ada dalam kamus Esvaldo untuk menyerah sebelum berjuang. Dia akan merebut wanita itu dari sisi lelaki itu apapun caranya. Tak peduli apa wanita itu setuju atau tidak. Yang Esvaldo tahu adalah kemenangan. Meski harus menggunakan trik licik. Dia menyuruh Esteban mencari tahu tentang wanita itu berikut data lelaki yang selalu menempel di sebelah wanita itu. Esvaldo menggeram kesal saat melihat betapa mesra keduanya. Saling menatap penuh cinta, sangat memuakkan. Esvaldo benci dan muak melihatnya. Tak ada yang boleh memiliki wanita itu selain dirinya. Dia bersumpah akan merebut wanita itu apapun yang terjadi. Dia yakin seratus persen saat wanita itu sudah merasakan berada dalam pelukannya, wanita itu bahkan akan menghiba supaya tak melepasnya. Bukankah selama ini begitulah wanita yang selalu dia temui. Jal*ng yang hanya mengincar kekayaan dan ketampanannya saja. Esvaldo yakin, bahwa wanita itu tak berbeda dengan wanita yang lain. Memang siapa yang bisa menolak dirinya dan juga kekuasaannya. Tidak ada! Esvaldo memicing tak suka saat Abraham memeluk wanita itu dengan erat. Ingin rasanya dia mematahkan lengan yang sudah lancing memeluk wanita incarannya. Mungkin saat ini Esvaldo bisa membiarkan Abraham memeluk wanita itu dengan sepuasnya. Akan tetapi, saat wanita itu sudah menjadi milik Esvaldo. Maka tak akan Esvaldo biarkan lelaki itu mendekati wanitanya barang seincipun. Tak akan! Tekad Esvaldo pada dirinya sendiri. Esteban mendekat kearahnya. Esvaldo sekilas tersenyum. Hanya sesaat, bagi orang yang tak begitu mengenal Esvaldo pasti tidak akan menyadarinya. Akan tetapi, bagi Esteban yang sudah mengenal Esvaldo sejak lelaki itu baru lahir ke dunia. Memang Esteban seusia ayah Esvaldo. Itulah kenapa lelaki itu sangat mengenal sosok Esvaldo. Layaknya dia mengenal anaknya sendiri. Tanpa banyak berbicara, Esteban menyerahkan tab-nya. Di sana sudah tersusun dengan rapi data-data tentang wanita yang menjadi incaran tuan mudanya. “Menarik,” gumam lelaki itu. “Jadi mereka akan bertunangan besok,” gumamnya lagi tanpa perlu mendengar jawaban dari Esteban. Seringai mengerikan menghiasi wajah tampan Esvaldo. Esteban mengenal seringai semacam itu. Itu tandanya Esvaldo sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik. “Tuan muda tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, bukan?” selidik Esteban. Tanpa perlu menjawab Esvaldo menatap tajam ke arah orang terpercayanya itu. Dia paling tidak suka dikritik. Meski itu oleh Esteban. Orang yang sudah menemaninya sedari dia lahir. Baginya, Esteban hanyalah orang yang dibayar olehnya. Tak peduli berapa lama lelaki itu melayaninya. Bukannya sudah tugas Esteban? Melayani dan setia pada klan Romanov. “Mohon maaf, tuan muda. Saya permisi dulu kalau begitu,” pamit Esteban dan hanya diangguki oleh Esvaldo sebagai jawaban. Lelaki itu kembali menatap pasangan yang tampak sekali saling memuja. “Malam ini aku akan memberi kalian kesempatan untuk pamer kemesraan. Karena besok, aku berjanji akan memisahkan kalian. Ini janji seorang Romanov.” Seringai kembali menghiasi wajah tampannya. Dia mengusap dagunya dengan mempesona membuat para wanita di sana terpesona. Mereka hanya melihat betapa mempesona dan berkarismanya seorang Esvaldo Romanov. Tanpa mengetahui sisi gelap lelaki berwajah bak malaikat itu. “Tuan Romanov,” sapa sang tuan rumah ramah. Keduanya berbincang tentang urusan bisnis yang sedang mereka kerjakan bersama. *** Lelaki itu berjalan dengan sangat percaya diri. Dia menghampiri seorang wanita yang berdiri membelakanginya. Tanpa harus melihat wajah, lelaki itu langsung mengetahui bahwa wanita itulah yang memang dicarinya. “Sendiri saja,” sapanya ramah. Wajah malaikatnya menipu wanita itu. Dia tak menyadari bahaya sedang mengincarnya. Bukan malaikat yang sekarang berdiri di depannya, melainkan iblis yang akan menghancurkan hidup dan kebahagiaan yang sudah lama dinanti wanita itu sebentar lagi. “Aku sedang menunggu tunanganku,” sahut wanita itu sopan. Wanita yang tak lain adalah Antonietta. “Wah, tunanganmu tega sekali meninggalkanmu sendiri di tempat seperti ini,” ucap lelaki tampan itu dengan wajah ramah. Siapa yang akan menyangka wajah setampan itu mempunyai niat yang begitu licik. “Sebenarnya dia tidak meninggalkanku. Aku memang ingin memberinya kejutan padanya,” sahut Antonietta tak suka saat lelaki asing itu menyela tunangannya. “Maaf, aku tidak mengetahui hal itu. Aku pikir dia membiarkanmu berkeliaran sendirian. Tempat ini terlalu bahaya bagi wanita secantik kamu,” sahut lelaki itu yang tak lain adalah Esvaldo Romanov. Sang mafia. Antonietta tersipu mendengar pujian terselubung tersebut. Memang mulut lelaki itu semanis madu. Membuat mangsanya kehilangan kewaspadaannya. “Apa boleh aku menemanimu sampai tunanganmu datang? Aku juga sedang menunggu teman,” tanya Esvaldo yang terdengar sebagai pernyataan dibanding pertanyaan. Dia tidak membutuhkan jawaban dari Antonietta. Kalimat itu hanya basi-basi semata. Karena, jikalau wanita itu menolak tawarannya, Esvaldo akan tetap menemani Antonietta. Tentu saja sampai keinginannya menjadi kenyataan. Apalagi jika tidak membawa Antonietta ke kamar dan mengklaim wanita itu selamanya. “Emm, tentu saja, jujur aku juga merasa kurang nyaman dengan tatapan lelaki di sini,” sahut Antonietta sembari memandang sekeliling. Apa yang dia harapkan jika dia berada di dalam sebuah club malam. Yups, demi memberi kejutan kepada Abraham yang kata orang terpercayanya sedang berada di club malam usai mereka menghadiri pesta tadi. Entah apa yang membuat Antonietta nekad melakukannya. Toh, besok dia akan bertemu dengan Abraham karena mereka akan bertunagan. Dia bisa menanyakan kepada Abraham apa yang dilakukannya di club malam selarut ini. Akan tetapi, orang terpercayanya mencurigai Abraham. Antonietta hanya ingin membuktikan kecurigaannya tidak berasalan. Pasti Abraham hanya bertemu dengan koleganya saja. Selama mengenal lelaki itu, Antonietta tidak pernah melihat Abraham melakukan hal yang buruk. “Apa kau yakin tunanganmu akan datang?” tanya Esteban karena sudah beberapa saat tak juga mendapati orang yang ditunggu wanita itu datang. “Entahlah. Aku harap, dia tidak datang,” sahut Antonietta tanpa sadar sudah meneguk beberapa gelas martini. Martini merupakan campuran gin dan dry vermouth. Dia bahkan tidak sadar bahwa Esvaldo sudah mencampur martininya dengan obat perangsang. Wanita itu mulai bergerak gelisah tanda obatnya sudah mulai bereaksi. “Kenapa? Bukannya kau menunggu karena ingin bertemu,” selidik Esvaldo. Dia ingin mencari tahu hubungan wanita itu dengan tunangannya. Biasanya orang mabuk berkata jujur. “Bu-bukaan, aku hanya ingin memastikan dia tak selingkuh … tentu saja. Tunanganku orang paliiing baik,” cerocos Antonietta, Wanita itu benar-benar sudah mabuk. Seringai Esvaldo kian lebar begitu melihat Antonietta mulai kegerahan. Keringat mengucur dari pelipisnya. Terlihat sangat sexy di matanya. “Kau mabuk.” Tangan Esvaldo sudah membelai paha Antonietta yang masih tertutup gaun ketat sebatas lututnya. Antonietta mendesis lirih merasakan sengatan listrik akibat gesekan tangan kekar itu di pahanya. Sengatan listrik yang baru kali ini dia rasakan. Abraham begitu menjaganya hingga tak pernah melakukan skinship yang melewati batas. Antonietta mengerang kian keras saat tangan lelaki itu menjalar ke bagian intinya yang masih tertutup celana dalam berenda hingga membuat sesuatu keluar dari intinya dan membasahi celana dalamnya. Esvaldo kian menyeringai senang.  >>Bersambung>>
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN