2. Rencana Pernikahan

583 Kata
"Besok orang tua ku akan kesini. Kita akan merencanakan pernikahan," ujar Keenan dengan senyum bahagianya. Alicia mengangguk. Inilah yang ia tunggu, selain menjadi menantu keluarga kaya raya sekaligus anak presiden akan membuat kehidupan Alicia berubah seratus delapan puluh derajat jika berhasil menikahi Keenan. Tak ada lagi kemiskinan, penderitaan, bahkan bekerja keras banting tulang. Yang Alicia pikirkan adalah segera mendapatkan harta Keenan meskipun sedikit. *** Di ruang tengah tempatnya keluarga berkumpul, Keenan berbicara pada ayah dan mamanya. "Besok kita ke rumah Alicia ya? Aku dan dia siap menikah," Keenan sangat yakin. Bahkan ucapannya terdengar sungguh-sungguh. Vivi tersenyum melihat keseriusan anak satu-satunya itu. "Bagus jika kamu siap menikah dengan Alicia. Kita merencanakan besok ya? Agar kedua keluarga tau tanggal berapa pernikahan dilangsungkan." Keenan tersenyum sumringah. Ia mendekat dan memeluk Vivi. "Terima kasih ma." "Mau di gelar pestanya dengan mewah?" tanya Arion menawarkan. Sudah seharusnya pernikahan Keenan dipublikasikan, tidak ada yang perlu disembunyikan. Keenan mengangguk. "Mau banget yah. Alicia pasti senang." Melihat keceriaan Keenan, Vivi dan Arion ikut senang. Memilih pasangan hidup itu tidak mudah. Tapi Keenan, kisah cintanya begitu manis bahkan berjalan sampai 6 tahun lamanya dan berakhir dengan menikahinya. "Kalau kamu sudah menikah dengan Alicia. Yang akan diuji oleh Tuhan adalah soal kekayaan dulu terutama keuangan. Mau kamu bangkrut atau berjaya, Alicia harus tetap berada di sisimu Keenan," jelas Vivi, Keenan menghela nafasnya. Memang, tidak harus soal keromantisan, namun seberapa sabar ketika keuangan di uji naik-turun oleh Tuhan. "Dulu," Arion mulai menceritakan masa awalnya dimana ia bisa sukses dan menjadi seorang presiden hingga sekarang. "Ayah itu tidak kaya. Bahkan mamamu membantu ayah sampai sejauh ini. Segala kebutuhan tidak pernah terpenuhi. Selalu merasa kurang. Tapi kamu beruntung sekali Keenan, sudah merasakan hasil kerja keras ayah selama ini," Arion tersenyum tulus. "Selalu istimewakan Alicia. Hanya dia, satu-satunya wanita di hidupmu yang akan mendampingimu," Vivi memberikan nasehat. Keenan mengerti, kedua orang tuanya sangat menyukai Alicia. Membuatnya spesial dan merasa istimewa seperti perlakuan manisnya dengan Alicia. "Semoga Tuhan memberkati pernikahan kalian," dengan kompak Arion dan Vivi mendoakan Keenan. "Amin." *** Keesokan harinya, keluarga Keenan menuju rumah Alicia untuk merencanakan pernikahannya. Saat memasuki kampung desa itu, warga yang melihat mobil mewah melintasi jalanan mereka dibuat takjub dan kagum dengan kilauan yang super indah itu. Mencerminkan sangat mahalnya harga mobil seorang presiden. Keenan menyapa Alicia yang sedang menyapu halaman rumah. Sangat rajin sekali untuk ukuran wanita zaman sekarang yang lebih memilih bermalas-malasan di dalam kamar atau keluar rumah karena merasa bosan dan jenuh. Alicia menyambut kedatangan Keenan. "Selamat pagi Keenan. Kamu sepertinya tidak sabar ya sampai datang pagi-pagi sekali," Alicia menatap Keenan dengan mata yang menyipit karena sinar matahari menampakkan dirinya malu-malu di pagi hari ini. Keenan tertawa kecil. "Iya. Tidak sabar melihat wajah calon istriku yang cantik natural," rayuan Keenan sangat indah sampai kedua pipi Alicia bersemu merah karena terbawa perasaan. "Ayo masuk. Ibu ada di dalam, masak pecel lele. Kamu mau?" Keenan mengangguk. Apapun makanannya, asalkan bisa melihat Alicia dalam jarak dekat. "Silahkan duduk. Aku panggil ibu hehe," Alicia berjalan menuju dapur. "Keenan, apa Alicia kuliah?" tanya Vivi ingin tau. Selain menjadi menantu nantinya, Alicia harus memiliki pendidikan tinggi. Keenan menggeleng. "Alicia berjualan es potong ma. Kalau yang kuliah itu Alice, adiknya." "Wah, pintar juga ya Alice. Mama pingin ketemu sama dia," Vivi seketika langsung kagum dengan Alice. Sedangkan di dapur, Alicia mendengar itu sedikit kesal. Kenapa memuji Alice? Memang apa istimewanya sebagai anak kuliahan? Riana menoleh menyadari kehadiran Alicia. "Kamu kenapa berdiri terus? Duduk nak." Alicia tersadar, sampai ia lupa harus memanggil ibunya untuk ke ruang tamu. "Ibu, Keenan sudah datang. Bersama kedua orang tuanya." Riana tersenyum senang. "Benarkah? Ayo kita kesana. Mengobrol tentang pernikahanmu." Saat di ruang tamu, Vivi menyapa Riana. "Halo Riana. Jarang bertemu. Aku kangen dengan moment kita berkumpul saat SMA dulu," Vivi membuka topik pembicaraan yang begitu ramah dan hangat. Riana adalah sahabatnya sejak waktu SMA. Riana yang baik dan selalu membantunya dalam keadaan apapun. "Halo juga Vivi. Tidak apa, sekarang kita bisa bertemu lagi. Tapi berbeda, karena hari ini kita merencanakan pernikahan Alicia dan Keenan. Nak, ayo duduk jangan berdiri," Riana beralih menatap Alicia. Anaknya itu tersenyum salah tingkah, sepertinya sedang memandang wajah tampan Keenan. "Anak kamu yang Alice kuliah ya?" Vivi bertanya lagi, ingin tau Alice. Tapi reaksi Alicia berbeda, rasa kesal itu menyelimuti hatinya. Kenapa sekarang Alice juga diperhatikan oleh Vivi? "Alice tadi pergi ke toko alat perlengkapan sekolah. Bukunya habis. Sebentar lagi dia kembali," jawab Riana dengan senang. Alicia dan Alice disukai oleh keluarga Keenan. Riana merasa senang. Alicia menghela nafasnya. Jika Alice kembali pulang, pasti perhatian semua orang hanya fokus dengan Alice. Memujinya karena pintar, dan hebat sebagai anak mahasiswi yang berhasil masuk di universitas favorit negeri idaman semua orang. Kampus mahal yang hanya bisa dimasuki oleh orang berada dan kaya. Tapi Alice mendapatkan beasiswa karena prestasinya yang hebat dan tanggap. Pasti akan menambah nilai tambah di mata keluarga Keenan. Tapi Alicia tidak terlalu mengkhawatirkan itu, ia akan menjadi menantu satu-satunya dan tidak ada yang bisa menghalanginya karena Keenan sudah sangat mencintainya, bisa dijelaskan dengan cinta mati. Dan Alice tidak bisa mendapatkan itu, hanya pujian saja. Alicia mengukir senyumnya senang, Alice tidak bisa seperti dirinya. "Alice pulang!" suara riang Alice itu mengalihkan perhatian mereka yang tengah berkumpul. Senyuman Vivi itu membuat Alicia ingin sekali memanggil Alice agar segera masuk ke dalam kamar dan tidak perlu tampil di depan Vivi. Bisa saja rencana pernikahannya menjadi hancur berantakan karena terlalu memuji kepintaran Alice. "Itu Alice. Duduklah nak. Kamu dicari tante Vivi," ucap Riana. Alice sedikit bingung, kenapa mencari dirinya? "Kamu kuliah sudah semester berapa Alice?" Vivi memilih pindah tempat duduk, ia duduk di samping Alice agar bisa mengobrol lebih dekat. Keenan hanya bisa diam. Sebenarnya tujuannya kesini adalah melamar Alicia, tapi sebaliknya mamanya itu memilih berbincang dengan Alice. "Maaf ma. Bagaimana dengan pernikahanku? Kapan dilaksanakan?" Keenan menatap mamanya penuh harap, kesempatan inilah yang ia tunggu sejak sekian lama berpacaran dengan Alicia. Sudah saatnya, menuju hubungan yang lebih serius. Vivi beralih menatap Keenan. "Maaf sayang mama lupa. Sepertinya besok lusa, karena persiapan sudah mencapai 90 persen." Alicia sangat senang, sebentar lagi. Hanya menunggu dua hari lagi ia bisa mempunyai segalanya termasuk seluruh harta Keenan yang pasti akan jatuh ke tangannya. "Besok lusa ma?" Keenan tidak percaya, sangat singkat dan cepat. Vivi dan Arion mengangguk. "Selamat ya kak. Tapi kalau kakak sudah ikut kak Keenan, aku disini sendirian," Alice berubah menjadi sedih, kakaknya selalu mengisi hari-harinya dengan canda tawa. "Nanti kakak pasti akan pulang. Kalau Keenan mengizinkan." "Boleh. Kapan saja kamu mau Alicia," ujar Keenan. "Kakak beruntung sekali mendapatkan laki-laki baik seperti Keenan. Mencintai kakak dengan tulus, menyayangi seperti kasih sayang ayah, bahkan perhatian Keenan sama seperti ibu. Semoga nanti aku juga mendapatkan pria yang tepat seperti kakak," Alice yang bijaksana itu berandai-andai suatu saat nanti bisa mendapatkan pria yang sama seperti kakaknya. "Amin. Semoga Tuhan mengabulkan doamu Alice," Vivi sangat menyetujui ucapan Alice. Gadis manis itu harus jatuh di tangan laki-laki yang tepat, bukan salah dan melainkan menyakiti perasaan Alice. "Terima kasih tante Vivi," Alice tersenyum bahagia. Senang didoakan semua orang, terutama tentang jodoh. Dan Alicia tidak perlu khawatir, pernikahannya akan segera dilaksanakan. Hanya ia yang akan menjadi menantu spesial di keluarga Keenan, meskipun tidak harus anak kuliahan setidaknya berhasil membuat Keenan jatuh cinta sedalam itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN