11. Mengganti rugi kemeja Keenan

1050 Kata
Sejak hilangnya Alicia, kemurungan di wajah Alice selalu ada. Setiap kali ia menyiapkan makanan namun seleranya tidak sesuai dengan keluarga Keenan. Terus di salahkan karena masakan Alice selalu asin. Bumbunya kurang. Padahal Alice sudah menakarnya dengan baik. Begitu demikian yang di lakukan oleh Vivi, ia berusaha membuat Alice agar di benci oleh Keenan. Tidak pernah ia berikan celah kosong di hati Keenan untuk Alice bertahta disana. Salah satunya yang sedang Vivi lakukan saat ini di kamar Alice. Mengendap-endap masuk. Keadaan sepi, semuanya sedang makan malam. Tapi Alice harus menyetrika kemeja Keenan untuk esok hari. "Berhasil," selesai meletakkan setrika di kemeja Keenan. Vivi segera pergi dari kamar Alice. Alice telah selesai mematikan kompor. Ia merebus air untuk dirinya sendiri. "Aku dan kakak memang berbeda. Kita kembar, tapi tak seiras," bibir Alice tersenyum jika mengingat sebuah moment kakaknya memarahinya karena iseng meminum air galon. Padahal ia tidak cocok, usai minum air galon esoknya ia pilek dan bersin. Selain itu, ia alergi udang, setiap kali ibunya membeli lauk, Alicia menghabiskan udangnya. Terlalu banyak kenangan tentang kakaknya. Alice kembali ke kamar Keenan. Ia sangat lelah karena menjalankan tugas rumah tangga seperti halnya bersih-bersih, menyiapkan makanan, dan mengurus kebutuhan Keenan. Semua itu Alice lakukan seorang diri. Mertuanya tak pernah membantu, hanya memerintah setiap jamnya. Bau gosong yang terasa di indra penciumannya. Alice terkejut. Kemeja Keenan mengepul panas. Segera Alice angkat setrika itu. "Berlubang?" mengangkat kemeja Keenan. Di tengah-tengah ada lubang bercap setrika, di pinggirannya bekas gosong karena terlalu panas. "Aduh, bagaimana ini? Jangan sampai mas Keenan tau," panik Alice. Ia tidak tau harus melakukan apa. Pastinya Keenan akan marah besar. Kemaja itu akan di gunakan Keenan besok. "Di tambal?" satu ide Alice muncul dari pikirannya. "Tapi bagaimana caranya? Aku tidak bisa menjahit seperti kakak," semakin gelisah, Alice berjalan mondar-mandir memikirkan nasib kemeja bolong Keenan. "Kemejaku sudah selesai kau setrika?" tanya Keenan. Suara itu mengejutkan Alice, segera ia sembunyikan kemeja itu di belakang tubuhnya. "Dimana kemejaku Alice?" tanya Keenan lagi karena istrinya itu tidak menjawab, justru diam dengan wajah berkeringat dinginnya. "Kemejamu rusak. Tadi mama melihat Alice sangat ceroboh. Dia membiarkan setrika itu merusak kemajamu hingga berlubang. Lihat saja sekarang," Vivi datang dan menjelaskan yang sebenarnya. Padahal itu ulahnya sendiri yang sengaja meletakkan setrikanya diatas kemeja Keenan. Tujuannya ingin Keenan semakin marah dengan Alice. Keenan seketika marah. "Serahkan kemejaku!" "Aku sudah melipatnya tadi. Kemajamu ada di lemari sekarang," Alice ingin menghindar juga berbohong pada Keenan. Melihat Alice sedang menyembunyikan sesuatu membuat Keenan yakin bahwa itulah kemejanya. "MAS KEENAN! JANGAN!" Alice histeris karena Keenan langsung merampas kemeja yang sedang ia sembunyikan. Keenan membentangkan kemajanya. Terlihat disana lubang bercap setrika merusak keindahan pakaiannya. "KAU HARUS GANTI RUGI!" tuntut Keenan. Ia menatap penuh kebencian pada Alice. Kemeja mahal yang telah ia beli saat masih berkuliah di luar negeri dulu saat pertukaran mahasiswa. Alice bingung. Ganti rugi apa? Ia sama sekali tidak tau apa-apa. "Mas Keenan, aku bisa jelaskan. Tadi, aku menjauhkan setrika itu dari kemejamu mas," ucap Alice membela diri. Ia sudah berusaha jujur pada Keenan. "Jelaskan apa? Ini terlihat kemejaku rusak karena ulahmu!" Keenan menyalahkan Alice. Selama ia menikah dengan wanita yang salah yakni Alice, selalu saja ada musibah atau kesialan yang menimpanya. Seperti saat ini. Dan Alice mencoba membela dirinya agar terhindari dari hukumannya. "Mas Keenan. Aku hanya pergi ke dapur sebentar, merebus air untuk persediaan minumku," lagi Alice berkata. Namun Keenan sudah terlanjur emosi. "Aku tidak mau tau. Hari ini juga kau harus menggantikan kemejaku dengan kemeja yang sama persis. Harganya, kualitasnya, warnanya, juga tekstur kainnya," jelas Keenan memerintah tegas. Alice harus menanggung kesalahannya sendiri. Andai saja Alice lebih berhati-hati tidak mungkin kemejanya bisa rusak begitu. Vivi tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya Alice terkena sasaran amarah Keenan di pagi hari ini. "Ratapi saja nasib malangmu. Kau tidak akan sanggup menggantikan kemeja Keenan," ucap Vivi semakin menyudutkan Alice. "Sudahlah, ma. Lebih baik aku berangkat kerja saja sekarang. Terpaksa aku hanya memakai jas ini. Kemarin juga belum sempat di cuci Alice," gerutu Keenan menahan emosinya. "Benarkah?" Vivi pura-pura tak percaya. Kemarin ia memberikan Alice banyak sekali tugas membersihkan rumah. Bahkan semuanya bersih pun ia tetap menyuruh Alice sampai lupa tidak mencuci jas yang di pakai Keenan usai pulang dari kerjanya. Keenan mengangguk. "Iya, Alice memang istri yang selalu membawa masalah. Aku tak pernah beruntung. Andai saja yang menyetrika kemejaku Alicia, pasti sudah rapi dan wangi," kemudian Keenan berlalu pergi. Vivi masih berdiri disana. Menatap kasihan Alice. "Jangan meminta uang padaku atau suamiku. Usahalah sendiri dan cari uangnya. Kemeja seharga satu jutaan itu rusak dan harus di ganti dengan yang baru." Alice memejamkan matanya, sejak tadi ia berusaha tidak menangis. Sejak mendengar kata-kata Vivi ia semakin sedih dan terpuruk. Uang sebanyak itu ia dapatkan darimana? Bahkan dirinya belum bekerja karena baru saja berhenti sekolah. Memang umurnya sudah cukup untuk terjun dunia kerja, tapi ijazah, pengalaman, jurusan sarjana juga perlu. Tidak begitu mudah ia bisa di terima di suatu perusahaan atau tempat kerja lainnya. Setelah Vivi pergi, barulah Alice menangis sesenggukan. Ia menutup pintu kamarnya. Menumpahkan tangisannya sendirian. "Aku harus mencari uang dimana? Ibu tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu. Hasil penjualan es potong sedikit," terlalu putus asa dan hampir menyerah. Tapi ia ingat seseorang yang pernah menolongnya di waktu tangannya tergores samurai tajam oleh orang misterius. "Arsen! Aku minta uang dengan Arsen saja. Dia pasti bersedia membantuku," bibir Alice merekah membentuk senyuman bahagia. Ia menemukan jalan keluarnya. Arsen seperti pria kaya raya sama halnya dengan Keenan. Arsen pasti sanggup membelikan kemeja Keenan. "Aku menyimpan nomornya ya? Atau Arsen tak memberikan nomornya padaku?" mencari nama kontak Arsen, setelah di teliti akhirnya nama Arsen ketemu. Alice mengetikkan pesan kepada Arsen. Anda Arsen, tolong belikan aku kemeja yang sama persis dengan milik mas Keenan. Kau mau ya? Tidak lama kemudian Arsen membalas pesannya. Arsen Ada apa? Memangnya untuk apa membeli kemeja yang sama? Apakah Keenan berulang tahun? Anda Bukan, aku baru saja tak sengaja membuat kemeja mas Keenan rusak. Padahal itu akan di pakai sekarang. Mas Keenan memintaku untuk segera membelinya sekarang Arsen Hanya masalah kemeja rusak saja kau sampai ganti rugi. Baiklah, fotokan kemejanya. Nanti aku kirimkan Alice merasa tenang dan lega, Arsen menolongnya. Ia bersyukur bisa mengenal Arsen. Selain menolongnya saat keadaan sulit, juga menyelamatkannya dari bahaya malam itu. "Terima kasih banyak Arsen," ucap Alice menatap foto profil Arsen yang tersenyum dengan gaya tangan di masukkan ke dalam saku celana. ***

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN